HADIS-HADIS TENTANG KARAKTERISTIK
BIMBINGAN KONSELING (BK) ISLAM
A.
Pengertian
Bimbingan dan Konseling Islam
1.
Bimbingan
Bimbingan adalah terjemah dari istilah bahasa
inggris “Guidance”. Guidance adalah kata dalam
bentuk masdar yang berasal dari kata kerja ”to guide” artinya menunjukkan,
membimbing, atau menuntun orang ke jalan yang benar.
Jadi, guidance berarti pemberi petunjuk, pemberian bimbingan atau tuntunan
kepada orang lain yang membutuhkan.
2.
Konseling
Counseling adalah kata dalam bentuk masdar dari ”to counsel” yang artinya
memberikan nasehat atau memberi anjuran kepada orang lain secara face to face
(berhadapan muka satu sama lain).
Jadi, counseling adalah pemberian nasehat atau penasehatan kepada orang
lain secara individu (perseorangan) yang dilakukan dengan face to face.(Arifin,
1978:18)
3.
Islam
Islam adalah ajaran islam yang menyimpan khazanah-khazanah berharga yang
dapat digunakan untuk menyelesaikan problem kehidupan manusia.(Saiful Akhyar Lubis,
2007:85)
4.
Bimbingan konseling islam
Bimbingan konseling islami adalah proses
pemberian bantuan terarah, continu dan sistematis kepada setiap individu agar
ia dapat mengembangkan potensi fitrah beragama yang dimilikinya secara optimal
dengan nilai-nilai yang terkandung di dalam Al-Qur’an dan hadits. Dengan bimbingan dibidang agama islam merupakan kegiatan dari dakwah
islamiah. Karena dakwah yang terarah adalah memberikan bimbingan kepada umat
islam untuk betul-betul mencapai dan melaksanakan keseimbangan hidup fid
dunya wal akhirah. (Rasyad Shaleh, 1977:128-129).[1]
B.
Layanan BK
adalah Bagian Dari Ibadah Kepada Allah
Dalam proses bimbingan konseling
pelayanan sangat penting sekali bagi semua makhluk, baik untuk perserta
didik, pendidik, secara perorangan maupun kelompok, agar mampu untuk mandiri
dan berkembang secara optimal dalam bidang pengembangan kehidupan pribadi,
kehidupan sosial, kemamapuan belajar, dan perencanaan karir, melalui berbagai
jenis layanan dan berbagai kegiatan pendukung berdasarkan norma- norma yang
berlaku.
Bimbingan dan konseling realigus (Islami)
adalah suatu usaha untuk memberikan bantuan kepada seseorang (individu)
yang mengalami kesulitan rohaniah baik mantal dan spritual agar yang
bersangkutan mampu mengatasinya dengan kemampuan yang ada pada dirinya sendiri
melalui dorongan dari kekuatan iman dan ketaqwaan kepada Allah SWT, bimbingan
dan konseling realigus (Islam) ditujukan kepda
seseorang yang mengalami kesulitan lahiriah muapun batiniah yang menyangkut
kehidupannya di masa kini dan masa datang agar tercapainya kemampuan untuk
memahami dirinya, kemampuan untuk mengarahkan dan merealisasikan dirinya sesuai
dengan potensi yang dimilkinya dengan tetap berpegang pada nilai-nilai religius
Islam.[2]
Jadi dapat disimpulkan bimbingan
konseling realigus usaha yang dilakukan dalam rangka memberikan bantuan yang
dilakukan oleh orang yang ahli (konselor) untuk mengembangkan potensi klien dan
memecahkan masalah klien agar dapat dientaskan secara maksimal dan dapat
mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat berdasrakan nilai realigus.
Islam
menganjurkan aktifitas layanan bimbingan dan konseling itu merupakan suatu ibadah kepada Allah SWT suatu bantuan
kepada orang lain, termasuk layanan bimbingan dan konseling, dalam ajaran Islam
dihitung sebagai suatu sedekah. Layanan bimbingan konseling berusaha membawa,
membina dan mengoptimalkan segala sesuatu yang baik yang ada dalam diri
konselor itu sendiri. Layanan bimbingan dan konseling yang diberikan secara
profesional adalah suatu bentuk perbuatan yang mulia dimana klien mengalami
kesusahan, masalah, konselor dapat membantu untuk menyelesaikan masalah dari
hal itu semua merupakan ibadah kepada Allah SWT. Sebagaimana yang terdapat
didalam hadits dibawah ini:
عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِى بُرْدَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ عَنِ النَّبِىِّ
صلى الله عليه وسلم قَالَ « عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ صَدَقَةٌ ». قِيلَ أَرَأَيْتَ
إِنْ لَمْ يَجِدْ قَالَ « يَعْتَمِلُ بِيَدَيْهِ فَيَنْفَعُ نَفْسَهُ
وَيَتَصَدَّقُ ». قَالَ قِيلَ أَرَأَيْتَ إِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ قَالَ « يُعِينُ
ذَا الْحَاجَةِ الْمَلْهُوفَ ». قَالَ
قِيلَ لَهُ أَرَأَيْتَ إِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ قَالَ « يَأْمُرُ بِالْمَعْرُوفِ أَوِ
الْخَيْرِ ». قَالَ أَرَأَيْتَ إِنْ لَمْ يَفْعَلْ قَالَ « يُمْسِكُ عَنِ الشَّرِّ
فَإِنَّهَا صَدَقَةٌ ». [رواه مسلم] [3]
Artinya
: “Dari Abu
Hurairah Ra berkata: Rasulullah saw bersabda: barang siapa yang dapat
menghilangkan kesusahan seorang mukmin di dunia, niscaya Allah akan
menghilangkan kesusahannya kelak di akhiratnya; dan barang siapa
yang memudahkan orang yang mendapatkan kesulitan, niscaya Allah akan
memudahkan kesulitannya di dunia dan di hari kemudian ; dan barang siapa yang
merahasiakan keburukan orang Islam, niscaya Allah akan menutup segala keburukannya di dunia dan di akhiratnya; Dan Allah
akan selalu menolong hambanya, selama hambanya itu senantiasa memberikan bantuan kepada saudaranya; barang siapa
menginjakkan kaki di jalan Allah untuk mencari ilmu, niscaya Allah akan
memberikan kemudahan jalan menuju surga. Tidak seorangpun yang berkumpul
dalam suatu majlis di berbagai rumah Allah dengan belajar dan mengkaji
kitab Allah, kecuali di antara mereka itu akan memperoleh ketenangan,
meraih rahmat, memperoleh perlindungan dari para malaikat dan bahkan Allah menyebutkan mereka dengan orang-orang yang berada
di sekitarnya. Barang siapa yang menghapuskan segala amalnya, maka
mereka tidak disebut sebagai kelompok yang dimaksudkan”.
Jadi dapat disimpulkan dari hadis di atas bahwa
layanan BK yang dilakukan konselor
merupakan keibadahaan seseorang kepada Allah dimana ia mampu menghilangkan dan
menyelesaikan kesusahaan kliennya kelak diakhirat Allah akan membalas akan
mempermudah kesulitannya baik di dunia dan akhirat, bahkan Allah mengajak
manusia merahasiakan keburukan orang agar tidak adanya hal- yang kurang
menyenangkan.
C.
Mengacu pada
Al-Qur`an, Sunnah, Logika, dan Pengalaman
Sebagai uamt Islam segala tingkah
laku dan perbuatan yang pada sumber ajaran agama Islam, begitu juga dalam
bimbingan dan konseling Islami berdasarkan kitab suci kita Al- Qur’an dan Sunah
Rasul aktivitas yang berdasarkan pada akal dan pengalaman manusia.
Dalam pemberian bantuaan adanya hal
yang terarah, kontiniu, dan sistematis kepada setiap individu agar ia dapat
mengembangkan potensi atau fitrah beragama yang dimilkinya secara optimal
dengan cara menginternalisasikan nilai- nilai yang terkandung di dalam Al-
Qur’an dan Hadis, Rasulullah dengan tuntutan Al-Qur’an dan Hadist dapatnya
internalisasi nilai- nilai yang terkandung dalam al- Qur’an telah tercapai
fitrah yang beragama telah berkembang secara optimal maka maka individu
tersebut dapat menciptakan hubungan yang baik dengan Allah SWT.[4]
Jadi dapat dipahami dalam pemberian
bantuan untuk membantuk hal yang terarah, sistematis, kontiniu, berruntut
secara sistematis kepada individu agar dapat lebih mengembangkan potensi yang
dimilikinya hal itu semua berdasarakan Al- Qur’an dan Hadis sehingga akan
tercapai nilai fitrah dalam beragama seperti hubungan yang baik dengan Allah
SWT. Sebagimana terdapat pada hadis di bawah ini:
و حَدَّثَنِي عَنْ مَالِك أَنَّهُ بَلَغَهُ أَنَّ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ تَرَكْتُ فِيكُمْ أَمْرَيْنِ
لَنْ تَضِلُّوا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا كِتَابَ اللَّهِ وَسُنَّةَ نَبِيِّهِ. [رواه مالك] [5]
Artinya: “Telah menceritakan kepadaku dari Malik telah sampai
kepadanya bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Telah
aku tinggalkan untuk kalian, dua perkara yang kalian tidak akan sesat selama
kalian berpegang teguh dengan keduanya; Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya."
عَنِ الْحَارِثِ
بْنِ عَمْرِو بْنِ أَخِى الْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ عَنْ أُنَاسٍ مِنْ أَهْلِ
حِمْصَ مِنْ أَصْحَابِ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه
وسلم لَمَّا أَرَادَ أَنْ يَبْعَثَ مُعَاذًا إِلَى الْيَمَنِ قَالَ « كَيْفَ
تَقْضِى إِذَا عَرَضَ لَكَ قَضَاءٌ ». قَالَ أَقْضِى بِكِتَابِ اللَّهِ. قَالَ «
فَإِنْ لَمْ تَجِدْ فِى كِتَابِ اللَّهِ ». قَالَ فَبِسُنَّةِ رَسُولِ اللَّهِ
-صلى الله عليه وسلم. قَالَ « فَإِنْ لَمْ تَجِدْ فِى سُنَّةِ رَسُولِ اللَّهِ
-صلى الله عليه وسلم وَلاَ فِى كِتَابِ اللَّهِ ». قَالَ أَجْتَهِدُ رَأْيِى وَلاَ
آلُو. فَضَرَبَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم صَدْرَهُ وَقَالَ « الْحَمْدُ
لِلَّهِ الَّذِى وَفَّقَ رَسُولَ رَسُولِ اللَّهِ لِمَا يُرْضِى رَسُولَ اللَّهِ
». [رواه أبو داود] [6]
Artinya : “ ketika nabi mengutus muad
ke Yaman dia berkata apabila kamu dihadapkan pada persoalan tertentu dia
berekata saya akan menunjuk pada kitab Allah, dia berkata jika ia tidak
menemukan dalam kitab Allah mengatakan, maka aku akan merunjuk pada sunah
Rasullah, dia mengatakan bahwa jika ia tidak menemukan dalam sunak Rasullulah
maupun kitab Allah, dia berkata aku berusaha dengan pendapat saya. Nabipun
memukul tangannya kedadadanya berkata terima kasih ya Allah kepada yang diberi
petunjuk dan bagi siapa yang diridhohinya”.
Jadi dapat dipahami dalam pelaksaan
Bimbingan konseling Islami bersumber pada hal yang ditinggalkan oleh Rasullulah
SAW maupun kitabullah. Hadis ini menjelaskan sekali bahwa dalam aspek kehidupan
apapun manusia bertindak berdasarkan Al- Qur’an dan Sunnah, temasuk dalam pelaksanaan
Bimbingan dan Konseling Islam. Hadis ini menyatakan secara tegas bahwa Allah
memberikan jaminan keselamatan kepada
sertiap manusia, jika mengikuti dua hal yang ditinggalkan oleh Rasulullah SAW.
D.
Berorientasi pada Keseimbangan Hidup
Dunia dan Akhirat
Bimbingan dan konseling Islam sebagai suatu
proses pemberian bantuan terhap individu yang bersangkutan agar menyadari
kembali eksistensinya sebagai makhluk Allah SWT yang seharusnya hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk
Allah SWT, sehingga dapat mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Dalam
memberikan bimbingan dan konseling yang mana memabntu klien mengatasi
masalahnya, agar nanti permasalahan yang sedang dihadapi oleh klien terentaskan
dan klien bisa kembali menjalani kehidupannya dengan normal, dan bisa lebih
dekat kembali dengan sang pencipta, sehingga bisa merasakan ketenangan dalam
hidup di dunia dan akhirat.
Sedangkan konseling Islam merupakan proses
pemberian bantuan kepada individu agar memiliki kesadaran sebagai hamba dan
khalifah Allah yang bertanggung jawab atas dasar norma yang bersumber dari
Allah, (Al-Qur’an dan sunah Rasul untuk mewujudkan kesejahteraan hidup baik
secra fisik jasmaniah mapunpsikis rohaniah memilki komitmen bergama yang
termanifestasikan dalam kehidupan sehari- hari menuju kebahagiaan dunia maupun
diakhirat kelak. [7]
Jadi dapat disimpulkan dalam proses bimbingan
konseling Islam hal- hal yang dilakukan oleh konselor dalam rangka memberikan
bantuan tidak lepas dari berdasarkan Al- Qur’an dan Sunnah, apabila konselor
betul- betul ikhlas dalam meberikan bantuan, Allah akan memberikan rahmat
kepadanya baik di dunia maupun di akhirat. Begitu juga dengan klien dimana
klien tidak mengetahui kurang menyadari kalau hal yang telah dilakukan
merupakan hal yang yang tidak baik tentu dapat terjerumus kepada dosa, karena
adanya konseling maka dapat meluruskan kembali tentu si klien akan mendapatkan
kebahagian dunia dan Akhirat. Sebagimana dinyatakan dalam hadis berikut:
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اسْتَحْيُوا مِنَ اللهِ حَقَّ الحَيَاءِ. قَالَ : قُلْنَا :
يَا رَسُولَ اللهِ إِنَّا نَسْتَحْيِي وَالحَمْدُ لِلَّهِ قَالَ : لَيْسَ ذَاكَ ،
وَلَكِنَّ الاِسْتِحْيَاءَ مِنَ اللهِ حَقَّ الحَيَاءِ أَنْ تَحْفَظَ الرَّأْسَ
وَمَا وَعَى، وَالبَطْنَ وَمَا حَوَى، وَلْتَذْكُرِ الْمَوْتَ وَالبِلَى، وَمَنْ
أَرَادَ الآخِرَةَ تَرَكَ زِينَةَ الدُّنْيَا، فَمَنْ فَعَلَ ذَلِكَ فَقَدْ
اسْتَحْيَا مِنَ اللهِ حَقَّ الحَيَاءِ. [رواه الترمذي] [8]
Artinya :“ Rasulullah bersabda malulah kepada Allah
sebenar-benar malu, dan dia berkata wahai Rasulullah sesungguhnya kami sangat
malu dan alhamdulillah, nabi berkata bukan itu yang aku maksud akan tetapi malu
kepada Allah adalah kamu menjaga kepalamu dan apa yag dituangkannya dan menjaga
perutmu dan hawa nafsunya dan kamu ingat mati dan malam hari dan bagi siapa
yang menginginkan akhirat dia meninggalkan kelezatan dunia dan bagi siapa yang
melakukan itu maka dia lebih malu kepada Allah sebenar-benar malu”.
Dari hadis
diatas dijelaskan juga bagaimana bisa mengimbangi antara kehidupan di dunia dan
akhirat kelak, karena orang yang bisaseperti itu akan merasakan kebahagiaan di
dunia dan di akhirat, oleh sebab itu salah satu tujuan bimbingan konseling
adalah membantu klien keluar dari masalah dan menyadarkan klienya yang
berhubungan dengan mengimbangi kehidupan antara di dunia dan akhirat.
E.
Membahas Masalah Pahala dan Dosa
Bimbingan
konseling Islam tidak memberikan label yang tidak jelas terhadap apa yang
menjadi permasalahan klienya.Apakah permasalahaan yang sedang dialminya terkait
dengan pahala atau dosa, tetapi dalam
konseling menyadarkan dan membahas aspek- aspek prilaku yang berujung kepada
pahala dan dosa, serta dala konseling ini menaruh klien memikirkan kembali terhadap
masalah yang dihadapinya itu termasuk pahala dan dosa.
عَنِ النَّوَّاسِ بْنِ
سَمْعَانَ الأَنْصَارِىِّ قَالَ سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-
عَنِ الْبِرِّ وَالإِثْمِ فَقَالَ « الْبِرُّ حُسْنُ الْخُلُقِ وَالإِثْمُ مَا
حَاكَ فِى صَدْرِكَ وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاسُ ». [رواه مسلم] [9]
Artinya
: “Saya telah bertanya kepada Rasulullah tentang kebaikan dan kejahatan maka
Rasulullah berkata kebaikan adalah akhlak yang baik, dankejahatan adalah
membenci apa yang menjanggal atau menyesak di dalam dadamu dan kamu membencinya
apabila berbagi pada manusia lain.”
Berdasarkan
hadist diatas dapat disimpulan bahwa Rasulullah menyukai orang yang berakhlak
yang baik dan membenci orang yang berakhlak yang tidak baik, dan oleh karena
itu tujuan bimbingan konseling juga membantu dalam mengenal,memahami,menghayati,
mengamalkan, dan mengembangkan akidah keimanannya, sehingga menjadi pribadi
yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, mantap ( istiqamah), dan mandiri
(al-kaiyis), sehat dan bahagia, baik lahiriah maupun batiniah, berdasarkan
rukun Islam yang enam.
F.
Melayani Semua Individu
Sasaran
pelayanan bimbingan dan konseling adalah individu-individu baik secara
perorangan aupun kelompok yang menjadi sasaran pelayanan pada umumnya adalah
perkembangan dan perkehidupan individu, namun secara lebih nyata dan langsung
adalah sikap dan tingkahlakunya yang dipengaruhi oleh aspek-aspek kepribadian
dan kondisi sendiri, serta kondisi lingkungannya, sikap dan tingkah laku dalam
perkembangan dan kehidupannya itu mendorong dirumuskannya prinsip-prinsip
bimbingan dan konseling sebagai berikut:
1. BK melayani semua individu tanpa memandang umur, jenis
kelamin,suku, agama dan status sosial ekonomi
2. BK berurusan dengan pribadi dan tingkah laku individu yang unik dan
dinamis.
3. BK memperhatikan sepenuhnya tahap-tahap dan berbagai apek perkembangan individu.
Berdasarkan prinsip
bimbingan dan konseling, bahwa salah satunya adalah melayani semua
individu, dan dapat lihat dari hadist dibawah ini :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ... إِنَّ اللَّهَ لَا
يَنْظُرُ إِلَى أَجْسَادِكُمْ وَلَا إِلَى صُوَرِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى
قُلُوبِكُمْ وَأَشَارَ بِأَصَابِعِهِ إِلَى صَدْرِهِ [رواه مسلم]
Artinya :
Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada tubuh kalian dan tidak juga kepada rupa
dan harta kalian. Akan tetapi sesungguhnya Dia hanyalah melihat kepada hati
kalian: Nabi mengisyaratkan ke dadanya dengan jarinya”.
Dari hadist
diatas bisa kita ambil kesimpulan bahwa Allah saja tidak membeda-bedakan,
apalagi sesama ciptaannya. Begitu juga sebagai seorang konselor tidak boleh
membeda-bedakan klien yang datang baik dari segi apapun, bahwa sesungguhnya
klien yang datang itu membutuhkan bantuan dari konselor. Sesungguhnya membantu
orang yang lagi kesusahan itu bagian dari ibadah, karenameringankan beban orang
yang sedang membutuhkan bantuan itu bagian dari tugas seorang konselor yang
profesional dan termasuk tugas yang mulia.
PENUTUP
A.
Simpulan
Karakteristik bimbingan konseling Islam menjadi pembeda
antara bimbingan
konseling Islam dengan bimbingan konseling Barat. Selain itu hadist yang dibahas di atas sebagai bukti kekayaan
bimbingan konseling islam dibandingkan dengan bimbingan konseling barat.
B.
Saran
Berdasarkan kesimpulan di
atas, penulis memberi saran kepada pembaca, agar pembaca dapat membedakan antara bimbingan
konseling Islam dengan bimbingan konseling Barat. Selain itu juga dapat
memahami isi dari kandungan yang terdapat dalam hadist-hadis tersebut sebagai pedoman dalam memberikan layanan konseling
nantinya.
DAFTAR
PUSTAKA
Abû al-Husayn
Muslim ibn al-Hajjâj al-Qusyayrî al-Naysâbûrî, Shahîh Muslim, (Beirut: Dâr al-Afâq al-Jadîdah, [t.th.]), Juz 3, h. 83, hadits
2380 (selanjutnya disebut Muslim ibn al-Hajjâj)
Abû Dâwud
Sulaymân ibn al-Asy’ats al-Sijistânî al-Azâdî, Sunan Abî Dâwud, (Beirut:
Dâr al-Kitâb al-‘Arabî, [t.th.]), Juz 3, h. 330, hadits 3594 [selanjutnya
disebut Abû Dâwud]
Abû Isâ Muhammad
ibn Isâ ibn Sawrat al-Turmudzî, Sunan al-Turmudzî, (Beirut: Dar al-Gharb
al-Islami, 1998), Juz 4, h. 214, hadits 2458 [selanjutnya disebut al-Turmudzî]
Amar Suteja, 2014, Pengantar dan Pengertian
Bimbingan, (Online), Tersedia: http://amarsuteja.blogspot.co.id/2014/07/pengantar-dan-pengertian-bimbingan-dan.html
(13 Oktober 2015)
Farid
Hasyim, dkk, Bimbingan dan Konseling
Realigus, Jakarta: Ar-Ruzz Media,
2010
Fenti
Hikmawati, Bimbingan Konseling Edisi
Revisi cet.2, Bandung: PT. RajaGrafindo Persada, 2011
Hallen
A, Bimbingan dan Konseling Dalam Islam,
Jakarta : Ciputat Press, 2002
Mâlik ibn Anas
ibn Mâlik ibn ‘Âmir al-Ashbahî al-Madini, Muwaththa` Mâlik, ([t.tp]:
Mu`assasat Zayd ibn Sulthân Alî Nahyân, 1425 H/2004 M), Juz 5, h. 1323, hadits
3338 [selanjutnya disebut Malik ibn Anas]
[1] Amar Suteja, 2014, Pengantar dan Pengertian
Bimbingan, (Online), Tersedia: http://amarsuteja.blogspot.co.id/2014/07/pengantar-dan-pengertian-bimbingan-dan.html
(13 Oktober 2015)
[3] Abû al-Husayn Muslim ibn al-Hajjâj al-Qusyayrî
al-Naysâbûrî, Shahîh Muslim,
(Beirut: Dâr al-Afâq al-Jadîdah, [t.th.]), Juz 3, h. 83, hadits
2380 (selanjutnya disebut Muslim ibn al-Hajjâj)
[5] Mâlik ibn Anas ibn Mâlik ibn ‘Âmir al-Ashbahî
al-Madini, Muwaththa` Mâlik, ([t.tp]: Mu`assasat Zayd ibn Sulthân Alî
Nahyân, 1425 H/2004 M), Juz 5, h. 1323, hadits 3338 [selanjutnya disebut Malik
ibn Anas]
[6] Abû Dâwud Sulaymân ibn al-Asy’ats al-Sijistânî
al-Azâdî, Sunan Abî Dâwud, (Beirut: Dâr al-Kitâb al-‘Arabî, [t.th.]),
Juz 3, h. 330, hadits 3594 [selanjutnya disebut Abû Dâwud]
[7] Fenti Hikmawati, Bimbingan Konseling Edisi Revisi cet.2, (Bandung:
PT. RajaGrafindo Persada, 2011), h. 129
[8] Abû Isâ Muhammad ibn Isâ ibn Sawrat al-Turmudzî, Sunan
al-Turmudzî, (Beirut: Dar al-Gharb al-Islami, 1998), Juz 4, h. 214, hadits
2458 [selanjutnya disebut al-Turmudzî]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar