R1554 SKH

Kamis, 13 November 2014

PERSEPSI


PERISTIWA KOGNITIF: PERSEPSI


1.      PENGERTIAN PERSEPSI

     Persepsi adalah kemampuan mengunakan sinyal sensoris seperti visual, pendengaran, kinestetik, sentuhan dan lain-lain untuk memacu aktivitas motorik. Kemampuan ini bervariasi dari stimulasi sensoris, melalui seleksi, kemudian menerjemahkannya kemampuan tersebut akan tampak ketika seseorang bereaksi terhadap suatu informasi atau menyelesaikan suatu masalah, seperti pada saat memilih (chooses) menggambarkan atau menjabarkan (describes), membedakan (differentiates), mengidentifikasi (identifies), mengisolasi (isolates), menghubungkan (relates), menyeleksi (select) dan lain-lain.
     Chaplin (2002) mengartikan persepsi sebagai “proses mengetahui objek dan kejadian objek dengan bantuan indera.”
     Morgan (1979)  mengartikan persepsi sebagai “The process of discriminating among stimuli and of  interpreting their meaning.”
     Menurut Atkinson dan Hilgard (1991), persepsi adalah “proses di mana kita mengorganisasi dan menafsirkan pola stimulus dalam lingkungan.”
     Robin mendefinisikan persepsi sebagai proses di mana seseorang mengorganisasikan dan menginterpretasikan sensasi yang dirasakan dengan tujuan untuk memberi makna terhadap lingkungannya.
     Notoatmodjo mendefinisikan persepsi adalah suatu proses otomatis yang terjadi cepat dan kadang tidak kita sadari, di mana kita dapat mengenali stimulus yang kita terima.      
     Walgito (1997) menjelaskan pengertian persepsi merupakan stimulus yang diindera oleh individu, diorganisasikan, kemudian diinterpretasikan sehingga individu menyadari dan mengerti tentang apa yang diindera. Dengan kata lain persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Persepsi merupakan keadaan integrated dari individu terhadap stimulus yang diterimanya. Apa yang ada dalam diri individu, pikiran, perasaan, pengalaman-pengalaman individu, akan ikut aktif berpengaruh dalam proses persepsi.
     Gibson, dkk (1989) yang menyatakan definisi persepsi adalah proses kognitif yang dipergunakan oleh individu untuk menafsir dan memahami dunia sekitarnya (terhadap obyek), tanda-tanda dari sudut pengalaman yang bersangkutan. Dengan kata lain, persepsi mencakup penerimaan stimulus, pengorganisasian, dan penerjemahan atau penafsiran stimulus yang diorganisasikan dengan cara yang dapat mempengaruhi perilaku dan pembentukan sikap. Gibson, dkk (1989) juga menjelaskan bahwa persepsi merupakan proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh individu. Oleh karena itu, setiap individu akan memberikan arti kepada stimulus dengan cara yang berbeda meskipun obyeknya sama. Cara individu melihat situasi seringkali lebioh penting dari pada situasi itu sendiri.
      Jadi, persepsi pada dasarnya menyangkut hubungan manusia dengan lingkungannya, bagaimana ia mengerti dan menginterprestasikan stimulus yang ada di lingkungannya. Setelah individu menginderakan objek di lingkungannya, kemudian ia memproses hasil penginderaannya itu, sehingga timbullah makna tentang objek itu pada dirinya yang dinamakan persepsi.

2.      FAKTOR MUNCULNYA PERSEPSI


Ada beberapa faktor yang menyebabkan stimulus dapat masuk dalam rentang perhatian seseorang. Faktor penyebab ini dapat dibagi menjadi dua bagian besar yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal adalah faktor melekat pada objeknya, sedangkan faktor internal adalah faktor yang terdapat pada orang yang mempersepsikan stimulus tersebut.





Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi adalah sebagai berikut :
a. Faktor eksternal
    1. Kontras : Cara termudah untuk menarik perhatian adalah dengan membuat kontras      
 baik warna, ukuran, bentuk atau gerakan
          - Kontras warna; jika seseorang naik gunung maka dianjurkan menggunakan jaket  
            warna jingga. Hal ini untuk memudahkan pencarian jika tersesat di gunung. 
Warna jingga yang kontras dengan warna hijau disekelilingnya akan lebih cepat       
 menarik perhatian seseorang.
          - Kontras ukuran; cara ini banyak dilakukan oleh perusahaan iklan, di mana mereka     
 akan membuat papan iklan yang besar sekali (balihoo).
          - Kontras bentuk; diantara kumpulan orang yang kurus-kurus maka kita akan cepat
 menjadi perhatian orang jika kita berbadan gemuk
          - Kontras gerakan; gerakan akan menarik perhatian seseorang, jika benda-benda lainnya 
 diam.
2.      Perubahan intensitas: suara yang berubah dari pelan menjadi keras, atau cahaya yang 
 berubah dengan intensitas tinggi akan menarik perhatian seseorang.
3.   Pengulangan (repetition): iklan yang diulang-ulang akan lebih menarik perhatian,   
walaupun sering kali seseorang merasa jengkel dibuatnya. Dengan pengulangan,    
walaupun pada mulanya stimulus tersebut tidak masuk dalam rentang perhatian  
 seseorang, maka akhirnya akan mendapat perhatian.
4. Sesuatu yang baru (novelty): suatu stimulus yang baru akan lebih menarik perhatian  
daripada sesuatu yang telah kita ketahui.
5. Sesuatu yang menjadi perhatian orang banyak: suatu stimulus yang menjadi perhatian   
    orang banyak akan menarik perhatian seseorang. Misalnya; jika ada segerombolan orang
    yang berkerumun di rel kereta api, maka seseorang akan tertarik untuk melihat apa yang
    dilihat oleh gerombolan orang tersebut.



b. Faktor internal
Faktor internal yang ada pada seseorang akan mempengaruhi bagaimana seseorang menginterpratasikan stimulus yang dilihatnya. Itu sebabnya stimulus yang sama dapat dipersepsikan secara berbeda.
1. Pengalaman/pengetahuan: pengalaman atau pengetahuan yang dimiliki seseorang merupakan faktor yang sangat berperan dalam menginterpretasikan stimulus yang diperoleh. Pengalaman masa lalu atau apa yang telah dipelajari akan menyebabkan terjadinya perbedaan interpretasi.
2. Harapan (expectation): harapan terhadap sesuatu akan mempengaruhi persepsi terhadap stimulus. Misalnya; jika seseorang ke rumah sakit mengantarkan orang sakit dalam keadaan gawat, ketika ada orang dengan jas putih datang, maka kita akan langsung memanggilnya dokter. Namun jika yang datang kita tahu bukan dokter, maka orang tersebut akan kecewa dan berteriak “Mana dokternya?”
3. Kebutuhan: kebutuhan akan menyebabkan stimulus tersebut dapat masuk dalam rentang perhatian kita dan kebutuhan ini akan menyebabkan seseorang menginterpretasikan stimulus secara berbeda. Misalnya; seseorang mendapat uang sebesar 15 juta rupiah, seseorang akan merasa banyakr sekali bila yang dibutuhkan untuk membeli telivisi, namun jika yang dibutuhkan untuk membeli rumah, uang sebesar itu akan dipersepsikan sedikit.
4. Motivasi: motivasi akan mempengaruhi persepsi seseorang. Jika seseorang ingin lulus dengan cum laude maka nilai B akan diinterpretasikan sebagai nilai yang buruk, namun jika seseorang ingin cepat lulus maka nilai B adalah nilai yang sudah baik.
5. Emosi: emosi seseorang akan mempengaruhi persepsinya terhadap stimulus yang ada. Emosi takut akan mempengaruhi persepsi seseorang terhadap rasa sakit. Jika seseorang merasa takut maka setelah operasi akan merasa lebih sakit dibandingkan dengan mereka yang menghadapi operasi dengan perasaan tidak takut.
6. Budaya: seseorang dengan latar belakang budaya yang sama akan menginterpretasikan orang-orang dalam kelompoknya secara berbeda, namun akan mempersepsikan orang-orang di luar kelompoknya sebagai sama saja. Inilah yang membentuk terjadinya stereotip. Kita akan melihat orang tua sebagai sama saja cerewetnya dan suka membanggakan masa lalunya. Demikian pula orang tua akan mempersepsikan anak muda sekarang sebagai anak muda yang kurang tahu sopan santun dan kurang tahu bekerja keras.


3.      FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI

  1. Pengamat (orang yang memiliki persepsi). Penginterpretasian dari apa yang seseorang lihat bergantung pada karakteristik pribadi orang tersebut, antara lain:
  2. Sikap. Sikap atau attitude seseorang sangat mempengaruhi persepsi yang dibentuknya akan hal-hal di sekitarnya. Ketika tangah mewawancarai para kandidat yang akan mengisi satu posisi penting yang membutuhkan keahlian dalam bernegosiasi dengan supplier dalam perusahaan, Mr. X mungkin berpendapat bahwa pria merupakan pilihan yang tepat dibandingkan dengan wanita, karena wanita di sini dinilai tidak akan mampu melakukan pekerjaan ini dengan baik, terutama bila negosiasi berjalan dengan alot dan pelik. Sikap yang disertai dengan asumsi seperti ini akan mempengaruhi persepsi Mr. X terhadap para kandidat perempuan yang dia wawancarai.
  3. Motif atau alasan di balik tindakan yang dilakukan seseorang yang mampu menstimulasi dan memberikan pengaruh kuat terhadap pembentukan persepsi mereka akan segala sesuatu. Seseorang yang ambisius dan berkeinginan untuk meraih kekuasaan akan melihat orang-orang di sekelilingnya sebagai kompetitor yang harus ia kalahkan guna tercapainya tujuan.
  4. Ketertarikan atau interest. Fokus perhatian kita terhadap hal-hal yang tengah dihadapi turut dipengaruhi oleh ketertarikan kita akan sesuatu, yang menjelaskan mengapa pemahaman orang terhadap satu hal dapat berbeda dari apa yang dipersepsikan oleh orang lain. Sebagai contoh, seorang supervisor yang baru diberi peringatan oleh atasannya atas keterlambatannya akan lebih memperhatikan dan dan menyadari keterlambatan para kolega dan rekan kerjanya dibanding sebelumnya.
  5. Pengalaman. Pengetahuan atau kejadian yang telah didapatkan dan dialami seseorang. Contohnya, ketika secara tidak sengaja pernah menyaksikan suatu tragedi pembunuhan, seseorang menjadi tidak bisa melihat warna merah karena orang tersebut mengasosiasikan warna merah sebagai warna yang buruk.
  6. Harapan atau Ekspektasi, yakni gambaran atau ilustrasi yang membentuk sebuah pencitraan terhadap sebuah keadaan. Contohnya seseorang  yang memiliki latar belakang pendidikan yang baik dan penampilan yang meyakinkan akan dinilai sebagai orang yang kompeten dan reliabledi bidangnya.
    1. Situasi/ Keadaan. Situasi di mana interaksi antara sang pengamat dan target terjadi memiliki pengaruh pada kesan si pengamat terhadap targetnya. Berbagai faktor situasional dapat berperan seperti faktor tempat, panas, maupun cahaya. Persepsi orang tentang teknologi terkini yang dianggap canggih mungkin akan berubah di waktu-waktu mendatang ketika teknologi baru yang lebih canggih muncul dan menggantikan predesessornya.
    2. Target (Objek yang Dipersepsikan). Karakteristik dari target yang diamati dapat mempengaruhi apa yang dipersepsikan. Bahkan, orang-orang, benda maupun kejadian-kejadian yang mempunyai kemiripan satu sama lain juga memiliki kecenderungan untuk dikategorikan ke dalam suatu kelompok tertentu. Contohnya, apabila beberapa orang mahsiswi sering terlihat bersama-sama dan kesemuanya memiliki potongan rambut yang sama, kebanyakan orang akan mempersepsikan mereka sebagai sebuah kelompok yang tidak hanya memiliki kesamaan ciri-ciri fisik, tapi juga sifat-sifatnya.
Dikutip dari beberapa pendapat para ahli antara lain: David Krench dan Richard S. Crutchfield (1977) membagikan faktor-faktor yang menentukan persepsi menjadi dua, yaitu:
  1. Faktor Fungsional, adalah faktor yang berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal yang termasuk apa yang kita sebut sebagai faktor-faktor personal. Faktor personal yang menentukan persepsi adalah objek-objek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi.
  2. Faktor Struktural, adalah faktor yang berasal semata-mata dari sifat. Stimulus fisik efek-efek saraf yang ditimbulkan pada system saraf individu. Faktor struktural yang menentukan persepsi menurut teori Gestalt bila kita ingin mempersepsi sesuatu, kita mempersepsikannya sebagai suatu keseluruhan. Bila kita ingin memahami suatu peristiwa kita tidak dapat meneliti faktor-faktor yang terpisah, kita harus memandangnya dalam hubungan keseluruhan (Rakhmad, 1989: 52).
Menurut Kenneth, perhatian juga sangat berpengaruh terhadap persepsi. Dimana perhatian merupakan proses mental ketika stimulus atau rangkaian stimulus menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimulus yang lainnya melemah (dalam Rakhmad, 1989: 52). Tertarik tidaknya individu untuk memperhatikan satu stimulus dipengaruhi oleh dua faktor yaitu:
1.      faktor internal (kebiasaan, minat, emosi, dan keadaan biologis), dan
2.      faktor eksternal (intensitas,kebaruan, gerakan dan pengulangan stimulus).
Proses terbentuknya persepsi sangat kompleks dan ditentukan oleh dinamika yang terjadi  diri seseorang. Ketika ia mendengar, mencium, melihat, merasa atau bagaimana ia memandang suatu objek yang melibatkan aspek psikologis dan panca inderanya.

4.PROSES TERJADINYA PERSEPSI
Persepsi seseorang tidaklah timbul begitu saja, ada tahapan-tahapan atau proses tertentu yang harus dilalui oleh seseorang untuk bisa berpersepsi. Menurut Sunaryo (2004) persepsi melewati tiga proses, yaitu :
  1. Proses fisik (kealaman) — Objek è Stimulus è reseptor atau alat indera
  2. Proses fisiologis — Stimulus è saraf sensoris è otak
  3. Proses psikologis — proses dalam otak sehingga individu menyadari stimulus yang diterima
Sejalan dengan hal itu Bimo Walgito (2002) mengemukakan proses-proses terjadinya persepsi : 1) Suatu obyek atau sasaran menimbulkan stimulus, selanjutnya stimulus tersebut ditangkap oleh alat indera. Proses ini berlangsung secara alami dan berkaitan dengan segi fisik. Proses tersebut dinamakan proses kealaman, 2) Stimulus suatu obyek yang diterima oleh alat indera, kemudian disalurkan ke otak melalui syaraf sensoris. Proses pentransferan stimulus ke otak disebut proses psikologis, yaitu berfungsinya alat indera secara normal, dan 3) Otak selanjutnya memproses stimulus hingga individu menyadari obyek yang diterima oleh alat inderanya. Proses ini juga disebut proses psikologis. Dalam hal ini terjadilah adanya proses persepsi yaitu suatu proses di mana individu mengetahui dan menyadari suatu obyek berdasarkan stimulus yang mengenai alat inderanya.
secara lebih detail Gibson (1990) berpendapat mengenai proses terjadinya persepsi yaitu mencakup penerimaan stimulus (inputs), pengorganisasian stimulus dan penerjemahan atau penafsiran stimulus yang telah diorganisasi dengan cara yang dapat mempengaruhi perilaku dan membentuk sikap.
Dari beberapa pendapat di atas, maka proses terjadinya persepsi dapat kita visualisasikan dalam bagan sebagai berikut :

Bagan Proses Terjadinya Persepsi
http://deddysumardi.files.wordpress.com/2012/04/bagan-persepsi.jpg?w=470&h=310

Sumber:
1.      Desmita. 2005. Psikologi Perkembangan. Bandung. PT Remaja Rosda karya.
2.      Shahib, Nurhalim. 2010. Pembinaan Kreativitas Anak Guna Membangun Kompetensi. Bandung. PT ALUMNI Bandung 2010.


1 komentar:

  1. The Biggest Winners in Gaming: A Look at the Winners in
    The Biggest Winners in Gaming: A Look at the Winners in Gaming: A Look at the Winners in Gaming: A Look at the Winners in Gaming: A Look at the Winners in Gaming: A Look at the Winners in Gaming: A Look at the Winners in Gaming: A Look at the Winners in Gaming: A Look at 제주 출장샵 the Winners in Gaming: A Look at the Winners in Gaming: A Look at the Winners in Gaming: A Look 대전광역 출장샵 at the Winners in Gaming: A Look at the Winners in Gaming: A Look at the 충청남도 출장샵 Winners in Gaming: A Look at the Winners in Gaming: A Look at the Winners in Gaming: A Look at the Winners in Gaming: A Look at the Winners in Gaming: A 평택 출장마사지 Look at the Winners in Gaming: 의왕 출장샵 A Look at the Winners in Gaming: A Look at the Winners in Gaming: A Look at the Winners in Gaming:

    BalasHapus