R1554 SKH

Minggu, 22 November 2015

KONSEP DASAR KONSELING KARIR



PEMBAHASAN

A.    Konsep Dasar Karir
1.      Pengertian Karir dan Pekerjaan
a.       Karir
Karier adalah sebuah kata dari bahasa Belanda; carriere adalah perkembangan dan kemajuan dalam pekerjaan seseorang. Ini juga bisa berarti jenjang dalam sebuah pekerjaan tertentu.
Karir adalah pekerjaan, profesi (Hornby, 1957). Seseorang akan bekerja dengan senang hati dan penuh kegembiraan apabila apa yang dikerjakan itu memang sesuai dengan keadaan dirinya, kemampuannya dan minatnya. Sebaliknya, apabila seseorang bekerja tidak sesuai dengan apa yang ada dalam dirinya maka dapat dipastikan ia akan kurang bergairah dalam bekerja, kurang senang dan kurang tekun.
Menurut Donal E. Super, karir adalah sebagai suatu rangkaian pekerjaan-pekerjaan, jabatan-jabatan dan kedudukan yang mengarah pada kedudukan dunia kerja.
Jadi, karir adalah adanya rasa kecintaan dan panggilan hidup terhadap pekerjaan yang kita jalani tersebut.
b.      Pekerjaan
Pekerjaan secara umum didefinisikan sebagai sebuah kegiatan aktif yang dilakukan oleh manusia. Dalam arti sempit, istilah pekerjaan digunakan untuk suatu tugas atau kerja yang menghasilkan sebuah karya bernilai imbalan dalam bentuk uang bagi seseorang.
Jadi, pekerjaan adalah segala bentuk aktivitas hidup untuk mendapatkan imbalan untuk pemenuhan kebutuhan.
2.      Hakikat Karir dan Pekerjaan
Surya (1988) menegaskan bahwa karir erat kaitannya dengan pekerjaan, tetapi mempunyai makna yang lebih luas dari pada pekerjaan. Karir dapat dicapai melalui pekerjaan yang direncanakan dan dikembangkan secara optimal dan tepat, tetapi pekerjaan tidak selamanya dapat menunjang pencapaian karir. Dengan demikian pekerjaan merupakan tahapan penting dalam pengembangan karir. Sementara itu, perkembangan karir sendiri memerlukan proses panjang dan berlangsung sejak dini serta dipengaruhi oleh berbagai factor kehidupan manusia.
Sifat-sifat karir, di antaranya:
a.       Unik
Karena mempunyai spesifik pada masing-masing diri seseorang, tergantung dengan potensi diri, bakat, minat dan kecendrungan terhadap karir.
b.      Dinamis
Memiliki sifat terus berkembang secara berkesinambungan, seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan yang ingin dicapai pada suatu masyarakat, baik bersifat lokal maupun global.
c.       Terbuka
Setiap orang berhak dan tanpa ada halangan dapat memasuki sebuah karir, baik pada lembaga atau organisasi pemerintah dan swasta selama individu yang terkait memiliki persyaratan-persyaratan yang dibutuhkan oleh lembaga yang dimaksud.
Selanjutnya yang menjadi hakikat atau hal-hal yang mendasar pada karir yang sesungguhnya bagi diri seseorang adalah:
1)      Aktualisasi Diri
Hakikat yang sangat mendasari perjalan karir seseorang dalam kehidupan adalah untuk mengaktualisasikan diri pada masyarakat. Artinya dalam mengaktualisasikan diri melalui pekerjaan atau karir tertentu, sangat berkaitan erat dengan kondisi diri, sifat dan karakteristik manusia. Semakin tinggi pandangan orang terhadap karir yang dilaluinya, akan semakin tinggi pula penghargaan orang lain terhadap dirinya.
2)      Pilihan Hidup
Karir merupakan sesuatu yang tak dapat dipisahkan dari diri seseorang. Hal ini disebabkan karena dalam pekerjaan suatu karir tidak dapat dilepaskan dari bakat, minat dan potensi diri seseorang, sehingga melahirkan berbagai pilihan karir dan pada prinsipnya akan menemukan sebuah ketetapan pilihan hidup.
3)      Perjalanan Hidup
Karir itu memiliki proses yang panjang dalam kehidupan manusia, yang memiliki tahap-tahap perjalanan karir.
4)      Panggilan Jiwa Hidup Manusia
Karir berkaitan erat dengan prinsip hidup seseorang, sehingga tidak salah seseorang yang sedang melalui suatu karir yang menurut pandangan kebanyakan orang ia adalah orang yang sukses, akan tetapi serta merta dia dengan seenaknya mengundurkan diri dari karir tersebut.
5)      Seni
Karir dalam hidup seseorang memiliki nilai-nilai estetika , atau nilai-nilai keindahan.

3.      Tujuan Karir dan Pekerjaan
a.       Pemenuhan Kebutuhan Hidup
Dalam perjalanan kehidupan ini seseorang memiliki berbagai kebutuhan hidup yang secara fisik mesti dipenuhi, diantaranya kebutuhan hidup yang amat mendasar adalah: 1) sandang, 2) pangan dan 3) papan. Ketiga ragam kebutuhan dasar ini tidak mungkin hadir begitu saja tanpa seseorang memiliki suatu usaha yang dapat memperoleh penghasilan melalui sebuah pekerjaan dan karir. Artinya karir dan pekerjaan tidak dapat dipisahkan dengan pemenuhan berbagai kebutuhan hidup yang mendasar bagi diri seseorang.
b.      Tuntutan Sosial Masyarakat
Setiap pekerjaan prinsip dasarnya adalah tuntutan sosial masyarakat, artinya semakin banyak tuntutan kebutuhan masyarakat akan melahirkan peluang kerja dan karir baru, sehingga berbagai kebutuhan yang dimaksud kesemuanya akan berimplikasi terhadap sebuah profesi baru.
c.       Mencari Kepuasan Psikologis
Bekerja dan berkarir merupakan panggilan hidup yang akan membawa kepada terpenuhinya kebutuhan psikologis. Berbagai tekanan-tekanan psikologis dan persoalan-persoalan kejiwaan lainnya akan dihadapi oleh seseorang yang tidak bekerja dan memiliki karir yang jelas. Hal ini tidak saja berefek kepada psikologis orang yang bekerja tetapi juga berkaitan erat dengan anggota keluarga lainnya.
d.      Status Sosial di Masyarakat
Melalui sebuah pekerjaan yang digeluti oleh seorang individu, akan melahirkan kepercayaan diri, meningkatkan harkat dan status sosial di masyarakat. Seseorang yang memiliki karir yang bagus dan profesi yang amat terpandang di masyarakat, dengan sendirinya status sosial individu akan terangkat seiring dengan profesi dan karir yang digelutinya.
e.       Pembangunan
Tujuan yang amat mendasar dari sebuah pekerjaan adalah untuk memakmurkan dan mensejahterakan masyarakat. Setiap kelahiran sebuah profesi akan berimplikasi terhadap sebuah kemajuan dan pembangunan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

4.      Sejarah Perkembangan Konseling Karir
Semenjak ditemukannya mesin uap oleh James Watt dalam abad 18, terjadilah revolusi industri di Inggris. Dampak dari revolusi industri tersebut terjadilah perubahan besar-besaran dalam tatanan kehidupan manusia, terutama sekali dalam sektor dunia kerja. Berbagai jenis pekerjaan baru pun bermunculan dari berbagai bidang sehingga membuka lapangan pekerjaan baru bagi generasi pencari kerja. Sebaliknya, ada diantara anggota masyarakat yang kehilangan pekerjaan akibat dari perubahan sistem kerja dari manual kepada pemakaian alat-alat.
Kondisi ini merupakan sebuah perubahan besar yang terjadi pada tataran kehidupan manusia terutama sekali dalam hal dunia kerja. Untuk menjawab tuntutan perubahan lapangan pekerjaan yang ada akan terjadi berbagai persoalan dalam penempatan dan pengisian sederetan porsi peluang kerja yang ada. Di satu sisi ini merupakan sebuah peluang yang perlu disikapi, akan tetapi disisi lain terjadi berbagai benturan dalam mengisi formasi kerja yang ada tersebut, diantaranya:
a.       Minimnya keterampilan yang dimiliki oleh pencari kerja untuk mengisi formasi kerja yang ada, sehingga hal ini akan menimbulkan kebingungan industri untuk mendapatkan pekerjaan.
b.      Terjadinya ketidaktepatan dalam menempatkan seseorang pada sebuah posisi kerja.
c.       Ketidak cocokan antara potensi yang dimiliki dengan penempatan kerja.
d.      Kurangnya pengetahuan dan keterbatasan data serta informasi untuk menempatkan seseorang pada posisi yang tepat.
e.       Perlunya sebuah perubahan dan penyesuain diri terhadap dunia kerja yang baru dimasuki.
Revolusi industri disamping mendatangkan peluang juga menimbulkan persoalan antara lain pekerjaan yang biasanya dikerjakan oleh manusia sekarang dikerjakan oleh mesin, hal ini tentu berakibat pada banyaknya jumlah pengangguran dari berbagai sektor pekerjaan yang selama ini dikerjakan oleh manusia. Maka berbagai efek dari persoalan di atas terjadilah ledakan pencari kerja di berbagai tempat.
Menurut Crites, konsep bimbingan jabatan lahir bersamaan dengan konsep bimbingan di Amerika Serikat pada awal abad ke-20 yang dilatarbelakangi oleh berbagai kondisi obyektif pada waktu itu (1850-1900), di antaranya: 1) keadaan ekonomi; 2) keadaan sosial, seperti urbanisasi; 3) kondisi ideologis, seperti adanya kegelisahan untuk membentuk kembali dan menyebarkan pemikiran tentang kemampuan seseorang dalam rangka meningkatkan kemampuan diri dan statusnya; dan 4) perkembangan ilmu (scientific), khususnya dalam bidang ilmu psiko-fisik dan psikologi eksperimental yang dipelopori oleh Freechner, Helmotz dan Wundt, psikometrik yang dikembangkan oleh Cattel, Binnet dan yang lainnya atas desakan kondisi tersebut, maka muncullah gerakan bimbingan jabatan (vocational guidance) yang tersebar ke seluruh negara.
5.      Pengertian dan Tujuan Konseling Karir
a.       Pengertian Konseling Karir
Menurut Dewa Ketut Sukardi, konseling karir adalah bantuan layanan yang diberikan kepada individu untuk memilih, menyiapkan, menyesuaikan dan menetapkan dirinya dalam pekerjaan yang sesuai, serta memperoleh kebahagiaan dari padanya.
Konseling karir pada dasarnya sama dengan jenis-jenis konseling lainnya, kecuali konseling karir ini memfokuskan pada perencanaan dan pengambilan keputusan tentang pekerjaan dan pendidikan.
Beberapa hal yang menjadi penekanan pengertian konseling karir, diantaranya:
1)      Suatu proses layanan yang sistematis, terencana dan terukur.
2)      Diberikan oleh seorang yang ahli (konselor) kepada seorang atau beberapa orang klien (orang yang menerima layanan).
3)      Konseling karir ini dimaksudkan agar potensi diri yang dimiliki oleh klien dapat dioptimalisasikan dengan baik dan sempurna, menuju kemandirian yang sesungguhnya dalam merencanakan dan memutuskan pilihan karir masa depan.
4)      Klien dalam menjalani karir pada masa hidupnya sesuai dengan bakat, minat dan potensi lain yang dimilikinya.
5)      Terhindarnya individu peserta layanan dari berbagai kesulitan dan persoalan, sehingga pengembangan diri dalam perjalanan karir berjalan dengan baik dan sempurna.
b.      Tujuan Konseling Karir
Tujuan-tujuan konseling karir tersebut dikaitkan  dengan tahapan-tahapan karir sebagai berikut:
1)      Pra-karir
Masa pra-karir termasuk masa yang cukup panjang dalam persiapan karir yang mesti dilalui oleh seseorang mulai dari tingkat yang paling rendah, dari sekolah dasar sampai pada tingkatan pendidikan yang paling tinggi.
Tujuan konseling karir pada masa pra karir yaitu:
a)      Memberikan pemahaman yang baik kepada siswa tentang makna karir yang akan dilalui pada masa selanjutnya.
b)      Menyadarkan diri siswa bahwa pada pada suatu saat nanti setelah masa pendidikan yang ia lalui berakhir, sesungguhnya ia akan memasuki masa-masa berkarir.
c)      Siswa mendapatkan sejumlah informasi karir yang ada pada masyarakat dan berbagai persyaratan yang harus dipenuhi untuk memperoleh karir yang ingin dilaluinya.
d)     Membimbing siswa agar memiliki kemampuan dalam merancang karir yang tepat sesuai dengan potensi diri yang dimilikinya baik bakat dan minat serta kultur masyarakat yang ada.
e)      Membantu siswa dan calon mahasiswa dalam memilih jurusan yang tepat dan untuk melanjutkan pendidikan pada level atau jenjang yang lebih tinggi sesuai dengan perjalanan karir yang diharapkan.
f)       Memberikan berbagai keterampilan dalam memilih karir yang tepat dan untuk mendapatkan peluang kerja yang ada.
g)      Membimbing siswa/ mahasiswa dalam melahirkan mentalitas yang baik untuk mendapatkan dan membuka peluang kerja.
2)      Masa Berkarir
Pada masa karir ini, konselor sebagai seorang yang ahli dalam konseling karir, berupaya secara maksimal agar tujuan konseling karir tercapai dengan baik. Diantara tujuan-tujuan konseling karir pada masa ini adalah:
a)      Memberikan pemahaman dan pengenalan tentang dunia kerja yang baru dimasuki.
b)      Latihan dalam beradaptasi dan berinteraksi baik dengan rekan kerja ataupun sengan atasan serta mitra lainnya.
c)      Membantu klien dalam mendapatkan berbagai peluang jabatan yang ada dan berbagai persyaratan yang mesti dimiliki, untuk pengembangan karir kedepan.
d)     Memberikan keterampilan kepada klien tentang langkah-langkah problem solving terhadap kemungkinan berbagai masalah yang akan terjadi di lingkungan tempat klien berkarir.
e)      Membimbing klien dalam melahirkan motivasi kerja yang baik dan kemauan yang tinggi dan pada akhirnya berimplikasi baik terhadap nilai dan kualitas kerja.
f)       Membimbing klien dalam membentuk kerjasama yang baik dan timwork yang solid serta memiliki kecakapan dalam manajemen waktu yang berkaitan dengan kebutuhan diri sendiri maupun terhadap karir yang dilalui.
g)      Menangani berbagai permasalah oleh seseorangan psikologis yang terjadi di lingkungan tempat klien bekerja yang akan mengganggu perjalanan karirnya.

3)      Pasca-karir
Yang menjadi tujuan dilakukannya konseling karir oleh seorang konselor kepada klien yang akan memasuki masa-masa menjelang pensiun ataupun pada masa pensiun adalah sebagai berikut:
a)      Membimbing klien dalam memanfaatkan waktu luang yang tersedia dan mencari kompensasi pengganti berbagai aktivitas yang dapat dimanfaatkan oleh klien dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
b)      Membantu klien untuk mendapatkan kepercayaan diri dan ketegaran dalam beraktivitas sehari-hari.
c)      Mencegah klien agar terhindar dari virus power sindroom.
d)     Mencegah klien mengalami serangan psikosomatis (penyakit fisik yang berawal dari persoalan-persoalan kejiwaan), kepikunan dini.
Secara garis besar tujuan konseling karir meliputi: pertama terhindarnya individu dari berbagai persoalan dalam mempersiapkan, memilih, menjalani karir dan masa mengakhiri karir dari berbagai persoalan yang ada, kedua klien mampu memecahkan berbagai persoalan karir yang ada dan dapat menemukan problem solving terhadap masalah yang sedang dihadapi tersebut, dan yang ketiga pengembangan karir klien berjalan dengan baik dan sukses sesuai dengan potensi dirinya, seperti kecerdasan dan bakat, serta minat yang dimilikinya pada setiap tingkatan/ level karir yang dilaluinya.
6.      Ruang Lingkup Konseling Karir
Perjalanan karir dalam hidup manusia merupakan perjalanan yang amat panjang dan bahkan ada yang mengatakan karir merupakan perjalanan hidup manusia (long life career). Batasan dan ruang lingkup gerakan dari pembagian karir dalam kehidupan manusia diantaranya adalah:
a.       Ruang Lingkup Pra-karir
Masa-masa persiapan yang harus dilakukan oleh seorang individu sebelum memasuki karir tertentu, masa tersebut diantaranya adalah:
1)      Masa Pendidikan
Masa ini ditandai dengan keberadaan individu pada aktivitas sekolah, mulai dari tingkatan yang paling rendah sampai pada level yang paling tinggi.
Pada masa sekolah ini, individu sedang mempersiapkan berbagai karir yang akan dilaluinya nanti dan keberhasilan siswa ditandai dengan kemampuannya meraih berbagai sukses yang mesti didapatkan. Sukses yang diraih tersebut yaitu four successes siswa dan mahasiswa, yang tergolong pada four successes tersebut adalah sukses akademik, sukses perencanaan karir, sukses sosial masyarakat, sukses religius.
2)      Pelatihan dan Diklat
Pada masa ini juga termasuk masa persiapan karir bagi seseorang yang belum memasuki dunia kerja. Diantara diklat dan pelatihan yang ada tersebut adalah:
a)      Pelatihan bahasa
b)      Pelatihan teknisi komputer, mesin, pertukangan dan admintrasi
c)      Pelatihan keterampilan dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain
d)     AMT
3)      Pencarian Karir
Masa seperti ini adalah masa yang amat labil dan perlu mendapatkan penanganan konseling karir dengan baik, terutama dalam membantu individu dalam mendapatkan dan merebut peluang kerja, dapat bersaing secara sehat dan atau membuka peluang kerja baru sebagai wujud kemandirian dalam berkarir.
b.      Ruang Lingkup Masa Karir
Masa-masa seseorang telah memasuki dunia kerja baik di instansi, lembaga, organisasi pemerintah dan swasta. Masa ini menjadi garapan konseling karir karena pada masa ini banyak hal yang perlu mendapat bantuan, seperti cara menyesuaikan diri dengan pekerjaan dan dengan individu lain di tempat kerja, persoalan menghadapi mutasi dan berbagai persoalan lainnya.
c.       Ruang Lingkup Pasca-Karir
Setelah seseorang selesai menjalani masa pengabdian disuatu lembaga, instansi, organisasi pemerintah dan swasta, maka seseorang akan kembali kepada masyarakat sebagai wujud aktivitas hidupnya. Maka ini menjadi garapan konseling karir karena pada masa ini banyak hal yang akan terjadi pada diri seseorang yang selama ini bekerja akan tetapi sertamerta ia harus pensiun, apalagi bagi pejabat negara dan elit perusahaan tentu hal ini tidak mudah bagi mereka untuk menjalaninya. Kondisi fisik yang mulai menurun, lepas dari jabatan yang kadang-kadang membuat seseorang merasa kurang berharga, serta kondisi-kondisi serupa lainnya ini perlu penanganan konseling karir yang profesional.

B.     Hubungan Karir dengan Kesehatan Mental dan Sistem Pendidikan serta Karir dalam Perspektif Islam
1.      Hubungan Karir dan Kesehatan Mental
individu adalah pilihan hidup tang akan dijalani sepanjang hayat, pilihan terhadap pekerjaan yuang tepat sesuai dengan bakat, minat, keahlian dan lingkungan kerja yang kondusif, serta akan membawa kepada kepuasan dan kenyamanan dalam menjalanin karir. Begitu juga sebaliknya ketidak cocokan pekerjaan yang dilalui dan menyebabkan karir seseorang terganggu akan berakibat terhadap diri pribadi, baik kesehatan fisik maupun kesehatan psikologisKarir bagi seseorang.
Kondisi mnganggur akan mnyebabkan banyak akibat dan salah satu diantaranya adalah terganggunya ketenangan dan kenyamanan jiwa. Pengangguran merupakan sebuah ancaman  yang amat serius yang dihadapi oleh  seseorang individu ketika dirinya berada pada status tidak bekerja ataupun PHK.
Betapa kerusakan mental dan rapuhnya jiwa seseorang tatkala tidak lagi memiliki pekerjaan dan bahkan lebih tragis lagi orang mau melakukan apa   saja tatkala menginginkan suatu pekerjaan, apakah itu namanya menyogok atau melakukan manipulasi data dan manipulasi proses. Gejala seperti ini bahagian dari kerusakan mental.  
Persoalan pekerjaan dalam hubungannya dengan kesehatan mental, ada beberapa efek psikologis yang ditimbulkan seseorang yang berada pada posisi menganggur diantaranya: rapuhnya tataran kehidupan keluarga, ancaman psikosomatis, lemahnya kesehatan mental, rendahnya nilai-nilai dalam kehidupan, dan berpeluang tinggi mengalami psikopatologi.
Seseorang yang memiliki karir bagus dan pekerjaan yang baik, akan melahirkan efek positif terhadap jiwa dan kesehatan mental, diantanya dampak positif yang dimaksud yaitu:
a.       Terpenuhinya berbagai kebutuhan hidup yang akan berimplikasi  terhadap keutuhan keluarga.
b.      Munculnya kenyamanan dan ketenangan dalam hidup, karena  seseorang dengan karir bagus  yang mampu menciptakan keteraturan dalam hidup.
c.       Memiliki status social yang terhormat ditenggah masyarakat, hal ini berimplikasi terhadap kepuasan jiwa dan kestabilan mental.
Secara garis besar dapat diambil kesimpulan  bahwa pekerjaan memiliki hubungan yang amat erat dengan kesehatan mental dan kestabilan jiwa seseorang. Semakin bagus dan baik karir yang dilalui akan semakin ketahanan dan kesehatan mental yang dimiliki, dan begitu sebaliknya.
Grafik I
Hubungan kehatan mental dengan karir

kesehatan mental
                                                            kesuksesan


                                                                                                                                karir




Keterangan: dalam grafik diatas tergambar prediksi korelasi positif antara kesehatan mental dengan karir, artinya semakin sehat mental yang dimiliki seseorang akan semakin sukses karir yang dilaluinya.

2.      Hubungan Karir dan Sistem Pendidikan
                 Berbagai penyebab pengangguran yang terjadi, tidak lepas dari kesiapan  pembentukan SDM oleh dunia pendidikan, berkenaan dengan hal tersebut dunia pendidikan perlu mendapatkan perhatian khusus oleh berbagai elemen yang terkait diantara focus perhatian yang amat fundamental untuk melahirkan out put yang baik dan berkualitas adalah sebagai berikut:
a.    Berkaitan dengan kurikulum pendidikan
b.    Proses pembelajaran dalam pendidikan
c.     Sumber daya manusia (SDM) tenaga pengajar
d.    Sarana dan prasarana
e.     Kebijakan politik dari pemerintahan yang sedang berkuasa.
Muhammad Amin (dalam Hendrianti Agustian 2006:89) menjelaskan bahwa proses hasil pendidikan sekolah mesti bersifat kemanusiaan dengan cirri-ciri sebagai berikut:
a.    Menghasilkan lulusan yang percaya diri dan bersikap positif terhadap masa depannya dan atau memiliki konsep diri yang positif.
b.    Berpengetahuan dan kecakapan yang tampak dalam kreatifitas berfikir dan kemampuan memecahkan masalah  yang dihadapinya
c.    Menghayati serta mengamalkan nilai-nilai hidup yag luhur serta mendamaikan diri sendiri serta lingkungan social
d.   Mampu mengembangkan semua potensi siswa secara seimbang, terpadu, dan kurang lebih optimal (minat serta bakat perorangan siswa dipandu perkembangan secara wajar.
         Pendidikan  mampu menciptakan peserta didik yang memiliki kemandirian yang sesungguhnya dan mampu menciptakan terobosan baru untuk mnciptakan lapangan pekerjaan, ditopang dengan kekuatan akhlak yang mulia beriman dan bertaqwa. Dunia pendidikan atau orang yang terkait didalamnya harus mampu menciptakan dan menemukan format pendidikan yang ada pada akhirnya bersentuhan dengan dunia kerja, sehingga kondisi objektif yang terjadi mampu dicarikan problem solving. Diantaranya  yang mesti dipenuhi oleh dunia pendidikan adalah:
a.    Sinkronisasi dunia pendidikan dengan dunia kerja
b.    Dunia pendidikan mampu memandirikan peserta didik
c.    Penekanan dunia pendidikan bernuansa life skill
d.   Dunia pendidikan mampu melahirkan peserta didik yang berkreasi dan inovasi
e.    Berakhlak mulia, beriman dan bertaqwa  kepada  Allah.

                            Grafik 2
Hubungan pendidikan dengan dunia kerja
Kualitas pendidikan







 
              Pengangguran                                                              Tingkat

Keterangan: semakin tinggi kualitas pendidikan yang diperoleh oleh seseorang, maka diprediksi  akan semakin rendah tingkat pangganguran yang dialami dalam hidupnya. 

3.      Karir Perspektif Islam
a.       Hakikat bekerja dan karir dalam perspektif Islam
            Bekerja berdasarkan pandangan Islam, bukan hanya memenuhi kebutuhan hidup seseorang diantaranya sandang, pangan, papan, psikis, tuntutan masyarakat dan harga diri, tetapi jauh dari itu   diantaranya:
1)      Bekerja adalah ibadah dan penghambaan diri seseorang kepada Allah.
2)      Bekerja adalah untuk terciptakan kenakmuran dan kemajuan
3)      Bekerja adalah bimbingan hidup untuk mendapatkan  rizki halal lagi baik.

b.      Bimbingan karir dalam Islam
1)      Bekerja dengan sungguh-sungguh
      Islam amat menekankan lahirnya sikap bekerja dengan sungguh-sungguh. Sikap bekerja sungguh-sungguh akan nampak dalam bentuk: bekerja dengan niat ikhlas, kemauan yang tinggi, dVdikasi yang kuat dan bagus, pantang menyrah ketika mendapatkan tantangan baik secara internal maupun ekternal.
2)      Bekerja dengan unggul
Selalu memberikan yang terbaik  dan bagus dalam berbagai aktivitas  termasuk adalam masalah bekerja. Hal ini akan menjadi prioritas bagi seseorang dalam bekerja untuk mendapatkan  yang terbaik, seorang pekerja harus menbenahi diri.
3)      Mendayagunakan hikmah
      Makan mendayagunakan hikmah dalam bekerja  adalah setiap seorang muslim harus bekerja  dengan mengunakan akal, mengkedepankan ilmu pengentahuan, bekerja sesuai dengan aturan dan prosedur yang ada serta selalu menghargai dan menghormati berbagai profesi yang ada.
4)      Seimbang
Seorang mukmin dalam mVnjalankan aktivitas bekerja dan menggeluti suatu profesi tidak hanya melihat pada sisi dunia saja akan tetapi selalu memperhatikan keuntungan akhirat.
5)      Saling manguntungkan
Sesuatu yang sangat urgen dalam bekerja  dan berkarir adalah bagaimana suatu karir yang dilalui memiliki nilai-nilai saling menguntungkan satu sama lain.
6)      Menciptakan koneksi
Suatu kerjasama atau hubungan yang dibangun dalam suatu kerja dan karir  yang dilalui oleh seseorang. Koneksi sangat penting karena tidak semua pekerjaan mampu dilakukan seseorang atau sekelompok orang.
7)      Bekerjasama
Makna bekerjasama adalah suatu kesepakatan atau MOU yang dibangun oleh seseorang  dengan orang lain untuk mengerjakan  sesuatu kegiatan dengan berbagi materi dan rincian atau berbagi penjelasan yang dibuat sebagai batasan dan pedoman kerjasama tersebut.
c.       Sikap dalam bekerjasama
Sikap dalam bekerja adalah pandangan seseorang tentang sesuatu ataupun orang lain yang berkaitan  dengan masalah kerja dan karir. Islam memberikan bimbingan yang sempurna bagaiman seorang individu dalam menjalani karir dan upaya memiliki sifat-sifat terpuji sehingga dapat melakukan aktifitasnya dengan lebih efektif dan efisien.
Sikap-sikap yang harus dimiliki adalah sebagai berikut:
1)      Jujur
Jujur artinya benar atau apa adanya. Jujur juga bearti berkata sesuai dengan yang sesungguhnya.
2)      Amanah
Amanah bearti dipercaya, atau mampu memelihara berbagai bentuk kepercayaan yang diberikan.
3)      Disiplin
4)      Istiqomah
5)      Rendah diri
6)      Adil
7)      Saling menghargai
8)      Menjahui sikap prasangka
9)      Professional

C.    Teori-teori dalam Pilihan Karir
1.      Teori Traid and Factor
Teori Traid and factor  dikembangkan oleh Frank Parsons berawal pada akhir abad ke-19. Frank Persons mulai mencari suatu cara untuk membantu anak-anak remaja yang memiliki kesulitan dan permasalahan dalam memilih suatu bidang pekerjaan yang sesuai dengan potensi, bakat, minat yang dimiliki mereka.
Awal abad ke-20 konseling karir yang bersumber pada gerakan bimbingan jabatan, mendapat tempat yang semakin baik di Amerika Serikat. Secara bahasa Traid dapat diartikan sebagai sifat, karakteristik seorang individu, sedangkan factor berarti tipe-tipe, syarat-syarat tertentu yang dimiliki oleh sebuah pekerjaan atau suatu jabatan. Teori Traid and Factor memberikan asumsi bahwa kecocokan antara Traid dengan Factor akan melahirkan kesuksesan dalam suatu karir yang dilalui oleh seseorang, dan begitu juga sebaliknya kegagalan dalam sebuah pekerjaan.
2.      Teori Holland
Holland telah merumuskan teori perkembangan vokasional dengan fokus akhir pada enam tipe kepribadian yaitu tipe realistik, intelektual, sosial, konvesional, kerja sama, dan artistik. Masing-masing tipe mempunyai tujuan empiris, peranan dan teknis, sedangkan nilai-nilai ekonomik, sosial, dan estetik mempunyai kepentingan yang lebih rendah. Mereka melihat dirinya orang yang bersifat jantan, praktis, dan konvensional.
Menurut Sukardi (1987: 72) Holland mengungkapkan bahwa pemilihan karir atau jabatan merupakan hasil dari interaksi antara faktor hereditas dengan segala pengaruh budaya, teman bergaul, orang tua, serta orang dewasa yang dianggap memiliki peranan yang penting. Pokok pikiran yang mendasari teori Holland (Manrihu, 1992: 70) yaitu sebagai berikut.
a.    Individu dapat dikategorikan menjadi enam tipe kepribadian, yaitu: realistik, investigatif, artistik, sosial, giat (suka berusaha), dan konvensional.
b.    Dalam menentukan pilihan karir, individu di arahkan untuk memilih lingkungan pekerjaan (okupasional) yang sesuai dengan tipe kepribadiannya. 
c.    Individu mempelajari lingkungan-lingkungan pekerjaan dan melatih keterampilan dan kemampuannya, mengekspresikan sikap-sikap dan nilai- nilai, dan menerima masalah-masalah serta peranan-peranan yang sesuai.
d.   Perilaku seseorang ditentukan oleh interaksi antara kepribadian dengan ciri- ciri lingkungannya.
John Holland (Sukardi, 1987: 82-83) mengemukakan bahwa pengetahuan diri mempunyai peranan meningkatkan (increase) atau mengurangi (decrease) ketepatan pilihan seseorang. Pengetahuan diri diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk membedakan berbagai kemungkinan lingkungan yang dipandang dari sudut kemampuan yang dimiliki oleh individu itu sendiri. Penilaian diri (self-evaluation) berbeda dengan pengenalan diri. Penilaian diri lebih menitikberatkan pada penghargaan terhadap dirinya, sedangkan pengetahuan diri berisikan sejumlah informasi yang dimiliki seseorang tentang dirinya sendiri. Penilaian diri yang terlalu tinggi mengakibatkan pilihan yang melebihi kecakapannya atau aspirasi yang tidak realistis (over-evaluation leads to the selection of environment beyond the person’s adaptive skills or unrealistic aspirations), dan penilaian yang kurang menyebabkan pilihan di bawah kecakapan atau aspirasi yang tidak realistis (under-evaluation leads to the selection of environment below the person’s skills or unrealistic aspirations).
Dalam proses pilihan pekerjaan, Holland (Sukardi, 1987: 81) bependapat bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu faktor diri dan faktor lingkungan. Faktor diri meliputi pengetahuan tentang diri (self-knowledge), evaluasi diri (self-evaluation), dan pengetahuan karir (arah atau luasnya pekerjaan). Sedangkan faktor lingkungan meliputi potensi lingkungan, tekanan sosial yang bersumber dari keluarga dan teman, penilaian atasan dan potensi dari atasan, serta batasan-batasan yang berasal dari sumber sosial ekonomi dan lingkungan fisik. Teori perkembangan Holland ini membantu seseorang menghadapi pilihan karir untuk mempertimbangkan dimensi kepribadian yang kompleks dari suatu pekerjaan dalam suatu cara yang sistematik dan realistik (Surya, 1988: 260).
3.      Teori Roe
Teori roe dirumuskan berdasarkan hasil penelitian-penelitian yang dilakukan mengenai latar belakang perkembangan dan kepribadian para ilmuwan diberbagai bidang, antra lain ilmu-ilmu pengetahuan sosial dan ilmu-ilmu pengetahuan alam. Teori roe tergolong teori pilihan karir yang berdasar pada teori kepribadian. Roe mengenali delapan kelompok pekerjaan dan enam aras (tingkatan) untuk setiap kelompok. Kelompok (penggolongan) itu adalah :
a.       Jasa: orang bekerja untuk melayani orang lain.
b.      Kontak bisnis: hubungan orang-orang dalam pekerjaan lebih menekankan tujuan mempengaruhi orang lain daripada memberikan bantuan.
c.       Organisasi: pekerjaan-pekerjaan manajerial, kerah putih, hubungan formal antar orang.
d.      Teknologi: pekerjaan berkenaan dengan produksi, pemeliharaan, pengangkutan barang, dan keperluan umum, teknik kerajinan, transportasi, komunikasi, dan sebagainya.
e.       Luar rumah: pekerjaan-pekerjaan di luar rumah, seperti pertanian, pengairan, pertambangan,kehutanan, peternakan; hubungan antar orang tidak penting; pekerjaan luar yang mengenakan mesin masuk golongan 4.
f.       Sains: pekerjaan keilmuan, penerapan teori, penelitian; untuk penelitian-penelitian di bidang ilmu-ilmu perilaku, seperti psikologi ini ada hubungannya dengan golongan 7.
g.      Budaya umum: pekerjaan-pekerjaan pelestarian dan pewarisan budaya,seperti pendidikan-keguruan, wartawan, hukum, keagamaan, bahasa dan bidang humaniora lainnya.
h.      Seni dan hiburan: hubungan dalam pekerjaan ini adalah antara satu orang atau kelompok orang yang memiliki ketrampilan khusus di bidang seni kreatif dengan masyarakat umum.
Adapun keenam aras itu adalah :
a.       Profesional dan manajerial 1: mencakup pencipta, pembaharu, dan manajer puncak; bekerja dengan tanggung jawab dan kemandirian penuh, pengambil keputusan dan pembuat kebijakan berpendidikan tinggi tingkat doktor/setara.
b.      Profesional dan manajerial 2: otonomi tetapi tanggung jawab lebih sempit, penafsir kebijaksanaan, pendidikan tingkat tinggi tingkatsarjana sampai magister/setara.
c.       Semiprofesional dan bisnis kecil: tanggung jawab rendah, penerapan kebijaksanaan hanya unutk diri sendiri, berpendidikan menengah atas umum atau teknologi kejuruan.
d.      Terampil:pekerjaan yang mensyaratkan pendidikan-pelatihan ketrampilan dan pengalaman khusus.
e.       Semi terampil: pekerjaan yang menghendaki pendidikan dan pelatihan tingkatan yang agak kurang, otonomi
f.       Tak terampil: pekerjaan tingkat ini tidak mempersyartakan pendidikan atau pelatihan khusus.
4.      Teori Super
Teori ini dasarnya adalah bahwa kerja itu perwujudan konsep diri. Artinya bahwa orang mempunyai konsep diri dan ia berusaha menerapkan konsep diri itu dengan memilih pekerjaan, hal yang menurut orang tersebut paling memungkinkannya berekspresi diri. Menurut paham ini, pilihan karir adalah soal mencocokan (matching). Teori perkembangan menerima teori matching (teori konsep diri), tetapi memandang bahwa pilihan kerja itu bukan peristiwa yang sekali terjadi dalam hidup seseorang. Orang dan situasi lingkungannya itu berkembang, dan keputusan karir itu merupakan rangkaian yang tersusun atas keputusan yang kecil-kecil. Pilihan kerja merupakan fungsi tahap perkembangan orang dan prosesnya berlangsung dalam rangka penunaian kegiatan-kegiatan atau tugas tugas yang dinamakan super tugas-tugas perkembangan pekerjaan. Tugas-tugas perkembangan itu adalah preferensi pekerjaan (14-18 tahun), spesifikasi preferensi (18-21 tahun), implementasi preferensi (21-25 tahun), stabilisasi di dalam suatu pekerjaan (25-35 tahun), dan konsolidasi status dan kemajuan ( masa akhir usia30-an dan pertengahan usia 40-an).
Teori Super dinyatakan dalam bentuk proposisi. Pada mulanya yaitu pada tahun 1953, Super mengenali sepuluh proposisi, kemudian tahun 1957 bersama Bachrach, itu dikembangkan menjadi 12. Proposisi-proposisi itu adalah:
a.       Orang itu berbeda-beda kemampuan, minat dan kepribadiaanya.
b.      Karena sifat-sifat tersebut, orang itu mempunyai kewenangan untuk melakukan sejumlah pekerjaan.
c.       Setiap pekerjaan menghendaki pola kemampuan, minat, dan sifat kepribadian cukup luas, sehingga bagi setiap orang tersedia beragam pekerjaan dan setiap pekerjaan terbuka bagi bermacam-macam orang.
d.      Preferensi dan kemampuan vokasional, dan konsep diri orang itu berubah- rubah. Pilihan dan penyesuaian merupakan proses yang berkelanjutan.
e.       Orang mengalami proses perbuahan melalui tahap-tahap pertumbuhan (growth), ekplorasi, kemapanan (establishment), pemeliharaan (maintenance) dan kemunduran (declane). Tahap eksplorasi selanjutnya terbagi atas fase-fase fantasi, tentatif dan realistik, sedangkan kemapanan terbagi atas proses-proses uji cooba (trial) dan keadaan mantap (stable). Tahap-tahap kehidupan tersebut disebut “daur besar” (maxycycle). Orang-orang juga mengalami daur yang lebih kecil ketika dalam peralihan satu tahap ke tahap berikutnya, yaitu waktu terjadi ketakmapanan karir. Keadaan ini menimbulkan pertumbuhan baru, ekplorasi baru dan pelembagaan baru.
f.       Pola karir yang ditentukan oleh taraf sosio ekonomi orang tua, kemampuan mental, ciri kepribadian, dan oleh tersedianya kesempatan.
g.      Perkembangan orang dalam melewati tahap-tahap dapat dipandu dengan bantuan untuk pematangan kemampuan dan minat dan dengan bnatuan untuk melakukan uji realitas serta untuk mengembangkan konsep diri.
h.      Perkembangan karir adalah proses mensintesis dan membuat kompromi dan pada dasarnya ini adalah soal konsep diri. Konsep diri merupakan hasil interaksi kemampuan bawaan, keadaan fisik, kesempatan berperan, dan evaluasi apakah peranan yang dimainkan itu memperoleh persetujuan orang yang lebih tua atau atasan dan teman teman.
i.        Proses mensintesis atau kompromi antara faktor-faktor individu dan sosial antara konsep diri dan realitas adalah proses permainan peranan dalam berbagai latar dan keadaaan.
j.        Penyaluran kemampuan, minat, sifat kepribadian, dan nilai menentukan diperolehnya kepuasan kerja dan kepuasaan hidup.
k.      Kepuasaan yang diperoleh dari pekerjaan itu selaras dengan penerapan konsep diri.
l.        Bekerja dan pekerjaan merupakan titik pusat organisasi kepribadian bagi kebanyakan orang, sedangkan bagi segolongan ornagn lagi yang menjadi titik pusat adalah hal lain, misalnya pengisisan waktu senggang dan kerumahtanggaan.

D.    Model-model Konseling Karir
1.      Model-model Konseling Karir
Menurut Zunker 1986, terdapat tujuh model konseling karir, yaitu yaitu (1) module model, (2) effective problem-solving model, (3) paraprofessional model, (4) metroplex model, (5) decision-making model, (6) replicable model, dan (7) experience model.  
Module model menekankan pendekatan instruksional terhadap strategi konseling karir. Effective problem-solving model mengajarkan teknik-teknik pemecahan masalah dalam perencanaan karir dan pendidikan. Paraprofessional model memberikan contoh pemilihan dan penggunaan paraprofesional dalam program konseling karir. Metroplex model mempertimbangkan berbagai macam pelayanan yang terkait dengan karir untuk mahasiswa, alumni, dan orang dewasa di daerah metropolitan. Decision-making model memberikan contoh sistem pembuatan keputusan. Replicable model memberikan cara untuk mengevaluasi prosedur dan program konseling karir. Experience model adalah contoh program extern yang memberikan pengalaman kerja kepada para mahasiswa.
a.       Module Model
Model modul ini dikembangkan oleh Curricular Career Information Service (CCIS), Florida State University. Program ini menekankan pendekatan instruksional terhadap layanan perencanaan karir. CCIS berorientasi self-help, menggunakan model instruksional, dan berbasis multimedia. Program dilaksanakan dengan menggunakan tenaga paraprofesional. Modul pembelajaran ini dirumuskan untuk mencapai tujuan behavioral tertentu melalui kegiatan-kegiatan yang terstruktur. Program ini terdiri dari 12 modul dengan isi sebagai berikut:
1)      Model I berisi penjelasan tentang tujuan CCIS. Modul ini diawali dengan presentasi slide 10 menit tentang garis-garis besar tujuan CCIS.
2)      Modul II berisi tinjauan umum tentang variabel-variabel yang dipandang penting dalam perencanaan karir. Modul dilengkapi dengan slide dan materi pilihan.
3)      Modul III berisi self-assessment, yang dilakukan sendiri dan hasilnya ditafsirkan sendiri, tentang inventarisasi minat, menggunakan instrumen Self-Directed Search dari Holland, 1977.
4)      Modul IV terdiri dari presentasi slide tentang sumber-sumber informasi karir.
5)      Modul V dimaksudkan untuk membantu mahasiswa mengenal karir-karir yang terkait dengan kajian akademik utama yang ditempuhnya.
6)      Modul VI sampai XII mencakup harapan kerja, perencanaan waktu senggang, perencanan karir untuk orang kulit hitam, pembuatan keputusan karir untuk perempuan dewasa dan penyandang cacat, dan eksplorasi minat karir melalui keterampilan kerja dan okupasional.
Modul tambahan dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan yang teridentifikasi. Segera setelah kebutuhan akan program yang baru teridentifikasi, seperti bantuan karir untuk kelompok minoritas, modul instruksional dapat dikembangkan menggunakan materi dan contoh yang sudah ada.
CCIS merupakan sebuah sistem yang tidak mahal untuk layanan karir. Penggunaan tenaga paraprofesional direkomendasikan untuk supervisi on-line dan berbagai lokasi outreach. Jumlah staf yang dibutuhkan untuk pengembangan modul dan evaluasi relatif kecil. Modul instruksional yang dikembangkan untuk CCIS mempunyai desain yang fleksibel dan dapat dikonversikan ke dalam sistem informasi karir berbasis komputer.
Sistem Perpustakaan untuk CCIS. Perpustakaan CCIS membagi materi ke dalam dua jenis: informasi tentang perencanaan karir, dan informasi tentang okupasi. Informasi tentang perencanaan karir diklasifikasikan berdasarkan Dewey Decimal Classification (DDC), sedangkan semua informasi yang terkait dengan okupasi diklasifikasikan berdasarkan Dictionary of Occupational Titles (DOT).
b.      Effective Problem Solving (EPS) Model
Model EPS merupakan sebuah program pembelajaran karir yang self-directed yang dikembangkan di University of Maryland. Kegiatan belajar ini mengajarkan teknik-teknik pemecahan masalah dan mengaplikasikan teknik tersebut pada perencanaan pendidikan dan vokasional. Program ini sangat terstruktur dan menuntut individu untuk mengikuti prosedurnya langkah demi langkah guna mendapatkan arah vokasional dan pendidikannya. Model problem-solving ini mencerminkan pertukaran informasi yang sering terjadi antara klien dan konselor dalam konseling karir. Langkah pertama menuntut klien mengemukakan three okupasi yang dirasakannya paling cocok dengan kualifikasi yang dimilikinya, berdasarkan estimasi dirinya sendiri. Klien juga dituntut untuk mengindikasikan tingkat dan jenis pendidikan yang diharapkan dan mengemukakan bidang studi yang terkait dengan okupasi tersebut. Selanjutnya, "self-directed learning program" itu digariskan sebagai berikut:
1)      Klien belajar langkah-langkah dalam problem solving dan kemudian mengaplikasikan proses pemecahan masalah itu pada perencanaan vokasional dan pendidikannya.
2)      Sebagian besar program ini dalam bentuk tertulis. Keberhasilan Klien tergantung pada kesungguhan dan ketelitian respon tertulis klien itu. Banyak pertanyaan yang diajukan dan klien dituntut untuk berusaha keras guna sampai pada jawaban yang diharapkan. Menemukan jawaban tersebut serta menuliskannya merupakan cara konkret untuk melibatkan klien dalam pemecahan masalah.
3)      Klien harus berhati-hati agar tidak sampai pada jawaban secara cepat tetapi kabur dan superfisial.
4)      Materi disusun secara berurutan dan harus dikerjakan secara berurutan pula agar memiliki nilai bagi klien.
5)      Klien mungkin mendapati bahwa terdapat sesuatu yang penting tidak tercantum di dalam perencanaan dan klien dapat menambahkannya.
6)      Peranan konselor dalam proses ini adalah membantu dengan:
a)      Menyediakan materi yang dirancang untuk menstimulasi pemikiran dan perencanaan klien;
b)      Mengklarifikasi hal-hal yang tidak dimengerti oleh klien;
c)      Bertindak sebagai konsultan dan katalisator untuk usaha pemecahan masalah klien.
7)      Selanjutnya klien dilibatkan dalam proses pemecahan masalah yang efektif.
Langkah-langkah dalam pemecahan masalah yang efektif adalah sebagai berikut:
a)      Mendefinisikan masalah.
b)      Mengumpulkan informasi yang relevan.
c)      Menimbang evidensi yang terkumpul.
d)     Memilih alternatif perencanaan atau tujuan.
e)      Mengambil tindakan berdasarkan rencana.
f)       Mengkaji ulang rencana secara periodik.
Setelah merumuskan langkah-langkah pemecahan masalah yang efektif secara tertulis, klien mulai dengan proses yang sesungguhnya. Langkah-langkah dalam proses tersebut dapat dirangkum sebagai berikut:
(1)   Klien menginventarisasi waktu belajar dan efisiensinya. Kegiatan ini menuntut evaluasi terhadap teknik belajar dan penggunaan waktu.
(2)   Klien menginventarisasi kemampuan dan prestasinya. Kegiatan ini menuntut klien untuk mengevaluasi skor ACT-nya berdasarkan norma-norma lokal, membuat daftar nilai rata-rata untuk setiap semester perkuliahannya, memberikan informasi tentang prestasinya di SMA, dan hasil evaluasi perkuliahannya.
(3)   Klien menginventarisasi berbagai pengalaman kerjanya. Bagian ini menuntut klien mengevaluasi pekerjaan yang pernah dialaminya dari sudut pandang jenis pekerjaan yang paling disukainya dan yang paling tidak disukainya serta pengalaman belajar dari berbagai pekerjaan yang pernah dijabatnya.
(4)   Klien menginventarisasi berbagai pengalaman kegiatan waktu senggangnya. Bagian ini menuntut klien mengevaluasi relevansi antara kegiatan waktu senggangnya dengan perencanaan karirnya. Klien mendaftar berbagai kegiatannya dan menelaah pengalaman belajar yang terkait dengan masing-masing kegiatan itu.
(5)   Klien menginventarisasi minat-minatnya. Di sini klien mendaftar berbagai hal yang diminatinya dan membandingkannya dengan minat-minat yang terukur.
(6)   Klien menginventarisasi berbagai pendapat orang lain. Pada bagian ini klien diminta mengevaluasi pendapat orang-orang tertentu yang signifikan (orang tua, saudara, guru, teman) sehubungan dengan pengaruhnya terhadap pembuatan keputusan karirnya.
(7)   Okupasi untuk Diinvestigasi. Pada langkah ini, klien mendaftar hingga sepuluh okupasi untuk dievaluasi, terutama okupasi yang tidak memerlukan kualifikasi pendidikan tinggi.
(8)   Overview. Di sini klien diminta meninjau ulang informasi yang sudah dikumpulkannya.
(9)   Rangkuman dan Evaluasi. Langkah ini menuntut dilakukannya evaluasi komprehensif terhadap masing-masing okupasi yang dipilih melalui serangkaian pertanyaan terstruktur tentang topik-topik seperti kualifikasi pendidikan atau pelatihan untuk masing-masing okupasi, evaluasi diri sehubungan dengan okupasi, dan kajian tentang prestasi akademik serta kemampuan yang terukur yang terkait dengan okupasi yang akan dipilih.
(10)  Pilihan Rencana dan Tindak Lanjutnya. Di sini klien harus menjawab sejumlah pertanyaan sehubungan dengan rencana yang telah dirumuskannya untuk karir yang dipilihnya. Klien mengevaluasi perencanaannya berdasarkan lembar evaluasi yang dipersiapkan pada langkah 9. Klien harus membuat rencana yang realistik berdasarkan hasil evaluasi tersebut.
(11)  Evaluasi personal tentang proses pemecahan masalah. Pada bagian ini klien diminta mengevaluasi program EPS.
c.       Paraprofessional Model
                    Pada tahun 1976, Career Development Resource Center (CDRC) didirikan di Southwest Texas State University. Staf pusat sumber pengembangan karir ini terdiri dari paraprofesional terlatih yang terdiri dari mahasiswa S1 dan S2. CDRC ini buka setiap hari untuk konseling karir atau bimbingan akademik. Pusat ini diawasi oleh konselor profesional dari pusat konseling universitas.
                    Konseling karir diberikan melalui program penelusuran karir CDRC yang terdiri dari enam tahapan yaitu:
1)      Orientasi
2)      Asesmen
3)      Interpretasi
4)      Penelusuran mandiri (solo search)
5)      Kajian opsi penelusuran (review solo option) dan
6)      Tindak lanjut.
                    Sesi orientasi dapat dilakukan secara individual ataupun kelompok, tergantung pada tuntutan konseling dan kapan mahasiswa memasuki program ini. Pada tahap asesmen, mahasiswa mengisi lembar inventarisasi yang dipergunakan dalam tahapan penelusuran karir. Pada tahap interpretasi, paraprofesional mendorong setiap mahasiswa untuk mengaitkan pilihan karir dan orientasi gaya hidup dengan harapan-harapan masa depannya. Ini dilaksanakan dengan mengunakan inventarisasi minat (interest inventory) dan Dimensions of Life-style Orientation Survey (DLOS). Sebagian besar mahasiswa didorong untuk melewatkan sekurang-kurangnya tiga jam di perpustakaan karir, untuk mengkaji sekurang-kurangnya tiga alternatif karir menggunakan pedoman penelusuran tertulis yang disebut “solo-option form”. Sesi kajian opsi mandiri )solo-option review) adalah untuk menentukan rencana aksi yang berakhir dengan pemilihan karir atau melihat kegiatan alternatif untuk melanjutkan penelusuran karir. Sesi tindak lanjut biasanya dilakukan melalui surat. Pada selang waktu tertentu selama semester berjalan, paraprofesional mengkaji para mahasiswa yang aktif dan secara sistematik mengirimkan surat kepada mereka untuk mengingatkan jadwal konseling berikutnya. Seorang mahasiswa dapat mengakhiri program ini dengan mengindikasikan pilihan karirnya atau kembali ke perpustakaan karir atau pusat sumber lain untuk mendapatkan informasi tambahan. Para mahasiswa yang belum menentukan pilihan akan diundang ke CDRC lagi untuk mengikuti bimbingan akademik pada semester berikutnya. Dalam bimbingan ini, para mahasiswa itu didorong untuk berpartisipasi dalam program penelusuran karir. Kali ini penekanannya adalah pada pemilihan mata kuliah.
                    Secara rinci, keenam tahapan dalam program penelusuran karir itu adalah sebagai berikut:
1)      Orientasi:
a)      Reviu program penelusuran.
b)      Reviu tujuan CDRC.
c)      Reviu peran paraprofesional.
d)     Reviu sumber kepustakaan karir di CDRC.
e)      Reviu materi dan instrumen asesmen di CDRC.
f)       Reviu tahapan kegiatan dalam program penelusuran karir.
g)      Mencari tahu alasan mengapa mahasiswa datang ke CDRC.
h)      Mencari tahu tentang ekspektasi mahasiswa terhadap CDRC.
i)        Mendorong mahasiswa mengambil keputusan untuk berpartisipasi dalam CDRC.
j)        Mengisi kartu komitmen.
k)      Menentukan waktu yang tepat untuk tahapan berikutnya.
2)      Asesmen
a)      Mengisi lembar inventarisasi minat.
b)      Mengisi survey dimensi orientasi gaya hidup.
c)      Menetapkan tanggal untuk interpretasi.
3)      Interpretasi
a)      Merangkum hasil inventarisasi minat.
b)      Mendiskusikan estimasi kemampuan diri.
c)      Mendiskusikan hubungan antara gaya hidup dengan pilihan karir.
d)     Mengklarifikasi nilai-nilai yang dianut mahasiswa.
e)      Mahasiswa mempertimbangkan ekspektasi masa depannya.
f)       Menentukan karir yang akan dikaji.
g)      Menjelaskan tujuan formulir opsi mandiri (solo-option form).
4)      Penelusuran Mandiri (Solo search)
a)      Reviu sistem klasifikasi karir.
b)      Mendemonstrasikan penggunaan sistem kode warna.
c)      Menunjukkan lokasi berbagai materi yang terkait dengan karir.
d)     Mendorong penggunaan opsi mandiri.
e)      Menetapkan jadwal untuk reviu karir.
f)       Menetapkan janjian selanjutnya.
5)      Reviu Opsi Mandiri (Solo option)
a)      Reviu masing-masing opsi mandiri.
b)      Menetapkan rencana aksi.
c)      Sumber-sumber alternatif: (a) ketua jurusan, (b) sumber-sumber lain di kampus, (c) sumber-sumber masyarakat, (d) reviu karir lanjut.
6)      Tindak Lanjut
a)      Memberitahukan janjian kepada mahasiswa melalui surat. Reviu rencana aksi.
b)      Melanjutkan penelusuran karir.
d.      Metroplex Model: Konseling Karir di Universitas Besar
                    Sebuah universitas besar yang berlokasi di daerah metropolitan mungkin mempunyai tanggung jawab tambahan berupa pemenuhan kebutuhan alumni yang jumlahnya banyak di samping harus melayani sejumlah besar mahasiswanya yang berasal dari berbagai macam program studi. Berikut ini adalah contoh kompleksnya program yang dibutuhkan di pusat konseling karir seperti ini:
1)      individu (orang dewasa muda hingga orang setengah umur) yang mengantisipasi perubahan arah karir,
2)      individu yang menghendaki relokasi dalam bidang karirnya,
3)      individu yang menginginkan mobilitas dalam bidang karirnya melalui pendidikan lanjut,
4)      individu yang mencari informasi mengenai tren pasar kerja dalam bidang tertentu,
5)      individu yang ingin membuat perencanaan untuk melanjutkan kembali studinya, dan
6)      individu yang mencari karir kedua setelah pensiun dini dari karir pertama.
                    Di samping itu, banyak orang dewasa yang tinggal di daerah metropolitan akan meminta bantuan untuk perencanaan pendidikan karirnya sebelum masuk universitas.
                    Satu contoh model metroplex adalah The UCLA Placement and Career-Planning Center. Pusat ini menawarkan perencanaan karir dan layanan penempatan kerja kepada para mahasiswa dan alumni dari semua kampus University of California. Secara operasional, pusat ini terbagi ke dalam beberapa unit yaitu:
1)      unit pengembangan karir,
2)      unit informasi kerja bagi mahasiswa,
3)      program wawancara kampus, dan
4)      tiga unit khusus yang memgurus kebutuhan mahasiswa dalam bidang pendidikan, manajemen, dan teknik. Ketiga unit khusus ini menawarkan program tambahan untuk mengakomodasi prosedur penempatan dalam masing-masing bidang tersebut.
                    Unit pengembangan karir memberikan konseling karir kepada mahasiswa dan alumni. Inventarisasi minat, survey nilai-nilai, tes kepribadian, latihan-latihan khusus, dan instrumen-instrumen lain dipergunakan untuk membantu individu dalam perencanaan karir, pembuatan keputusan, dan pemecahan masalah. Tiga program khusus dirancang untuk memberikan bimbingan karir kepada mahasiswa dari kelompok minoritas, mahasiswa penyandang cacat, dan mahasiswa asing. Beberapa seminar eksplorasi karir diselenggarakan setiap kuartal yang memberikan konseling kelompok yang intensif dan mendalam mengenai topik-topik seperti pembuatan keputusan karir dan pemecahan masalah, hubungan hidup/kerja, sumber-sumber informasi karir, pemilihan program pasca-sarjana, dan karir alternatif untuk para pendidik.
e.       Decision-Making Model
                    Perolehan keterampilan membuat keputusan merupakan tujuan yang sangat vital dari konseling karir. Pembuatan keputusan berbeda dengan pemecahan masalah. Pembuatan keputusan merupakan alat untuk menemukan suatu solusi yang memuaskan berdasarkan satu jenis variabel tertentu, sedangkan dalam pemecahan masalah tidak ada patokan benar/salah yang jelas.
                    Dalam pembuatan keputusan, individu harus menerapkan nilai-nilai yang dianutnya, minatnya, aptitude-nya, dan kualitas-kualitas lain yang terkait khusus dengan suatu keputusan yang dibuat. Jadi, pembuatan keputusan adalah sebuah keterampilan yang dipelajari yang harus mengarah pada solusi yang lebih memuaskan menurut nilai-nilai pribadi seseorang.
                    Krumboltz dan Sorenson (1974) telah merancang sebuah sistem pembuatan keputusan untuk siswa SMA. Aplikasinya tidak hanya pada pembuatan keputusan yang sedang berlangsung tetapi juga pada pembuatan keputusan yang akan dihadapi individu sepanjang kehidupannya. Terdapat delapan langkah dalam proses pembuatan keputusan yang dapat diajarkan secara kelompok maupun individual. Diskusi kelompok tampaknya memiliki beberapa keuntungan karena setting kelompok memberikan kesempatan untuk reinforcement dari teman sebaya. Oleh karena itu, kedelapan langkah tersebut dideskripsikan untuk konseling kelompok. Berdasarkan deskripsi tersebut, dirumuskanlah model untuk pembuatan keputusan dan tujuan khususnya serta tugas-tugas yang tepat untuk masing-masing langkah itu.
                    Langkah pertama menuntut individu untuk menyatakan alasan atau masalah yang telah memotivasinya mengikuti konseling karir. Dengan individu menyatakan masalah pribadinya sendiri, tujuan individu dapat dirumuskan secara lebih mudah dalam kelompok. Oleh karena itu, langkah pertama adalah untuk merumuskan tujuan individual bagi setiap anggota kelompok. Tujuan tersebut harus dirumuskan secara behavioral agar kemajuanya dapat dievaluasi secara lebih efektif.
                    Langkah kedua adalah membuat komitmen waktu. Konselor harus memastikan bahwa setiap individu membuat komitmen tentang waktu yang diperlukanya untuk mencapai tujuan individual yang telah ditetapkannya. Waktu yang ditetapkan itu harus realistis dan harus benar-benar dipatuhi.
                    Langkah ketiga adalah mengarahkan kegiatan. Tujuan langkah ini adalah untuk mempersempit alternatif dalam penelusuran karir. Siswa diharuskan menyelesaikan tugas-tugas individual (seperti mengerjakan tes minat, mereviu film, dan mempelajari literatur tentang okupasi). Presentasi individual dalam kelompok mungkin diperlukan untuk memberi penguatan terhadap pembuatan keputusan ini.
                    Langkah keempat adalah mengumpulkan informasi. Pertemuan kelompok diadakan untuk berbagi cerita tentang kegiatan yang telah diselesaikan pada langkah sebelumnya. Interaksi kelompok teman sebaya akan cenderung memberikan reinforcement kepada para siswa dalam eksplorasi karir lebih jauh. Konselor harus siap untuk memberikan saran-saran tentang sumber-sumber informasi yang spesifik untuk setiap individu. Diskusi kelompok sebaiknya mencakup hakikat pengelompokan karir, informasi pasar kerja, kesempatan untuk mengembangkan diri, rekan sekerja, waktu yang dibutuhkan untuk mempersiapkan diri untuk okupasi tertentu, skala gaji, dan informasi lain semacamnya untuk masing-masing karir yang sedang dipertimbangkan. Fase pengumpulan informasi ini juga dapat mencakup kunjungan ke tempat kerja di masyarakat. Bila kunjungan ke tempat kerja itu tidak memungkinkan, konselor dapat menggunakan “the job-experience kit” (Krumboltz, 1980), yang berisi latihan-latihan untuk mensimulasi pengalaman kerja yang sesunguhnya.
                    Langkah kelima adalah berbagi informasi dan memperkirakan konsekuensi yang mungkin dihadapi. Langkah ini dimaksudkan untuk membantu siswa memprediksi keberhasilan berdasarkan informasi yang terkumpul. Konselor dapat menyediakan “local expectancy tables” untuk memprediksi keberhasilan di perguruan tinggi tertentu. The Career Data Book (Flanagan, Tiedeman, Willis, & McLaughlin, 1973) direkomendasikan untuk infomasi tentang banyak okupasi, yang dapat digunakan oleh siswa untuk mengevaluasi peluang keberhasilannya.
                    Langkah keenam adalah untuk evaluasi ulang, dan biasanya dilaksanakan dalam diskusi kelompok. Para siswa berbagi kemungkinan keberhasilan dalam jenis okupasi tertentu yang telah mereka eksplorasi pada langkah-langkah sebelumnya. Tujuan langkah ini adalah untuk memberikan stimulus untuk memperkuat pengambilan keputusan tentang karir yang telah dipilih atau untuk mengubah arah dan kembali ke langkah-langkah terdahulu. Presentasi individual mungkin diperlukan, terutama bagi mereka yang akan kembali ke langkah-langkah sebelumnya.
                    Langkah ketujuh adalah untuk mengambil keputusan tentatif. Di sini tujuannya adalah agar siswa mempersempit pilihannya dan mencoret kemungkinan yang paling tidak diinginkan yang telah dipertimbangkannya hingga tahap ini. Proses pencoretan tersebut mungkin memerlukan pertimbangan teman sekelompok dan mengeksplorasi kemungkinan-kemungkinan itu bersama-sama atau, bagi individu tertentu, untuk mengeksplorasi pekerjaan-pekerjaan lain yang belum dipertimbangkan. Para siswa itu sebaiknya didorong untuk mengingat-ingat berbagai keterampilan yang sudah mereka pelajari hingga saat ini atau mempertimbangkan alternatif lain.
                    Langkah terakhir dalam proses pembuatan keputusan karir ini disebut “recede” (surut). Setiap anggota kelompok didorong untuk memandang pembuatan keputusan karir sebagai proses yang berlangsung terus yang dapat digunakan dalam berbagai situasi lain. Idealnya, kelompok ini sebaiknya mengakui bahwa meskipun pembuatan keputusan itu harus sistematik, membawa individu pada umumnya menuju solusi yang memuaskan, ini juga merupakan proses yang senantiasa berulang setiap kali orang menyerap informasi baru, mengkristalkan ekspektasi karir, dan belajar tentang lebih banyak nilai-nilai pribadi yang terkait dengan dunia kerja.
f.       Replicable Model
                    Prosedur konseling yang dapat direplika (yang memungkinkan orang lain menerapkan prosedur yang sama) dirancang sebagai satu cara mengevaluasi keefektifan berbagai prosedur konseling, termasuk program konseling karir. Evaluasi replicable counseling procedure dilaksanakan dengan mengukur hasil konseling dan perilaku konseling bila prosedur konseling yang sama dipergunakan terhadap berbagai kelompok individu dengan tujuan yang sama. Artinya, studi itu dilaksanakan terhadap individu yang berbeda, menggunakan prosedur konseling yang dirancang secara teliti langkah demi langkah (dengan tindakan dan perkataan yang sama) dalam lingkungan yang serupa. Baik komponen prosedur konseling mnaupun hasil masing-masing komponen (berupa perilaku konseli) harus ditentukan secara spesifik.
                    Meskipun replicable procedures terutama efektif sebagai cara untuk melakukan evaluasi internal terhadap hasil perilaku klien dan kinerja konselor, tetapi prosedur ini juga mempunyai keuntungan tambahan yaitu:
1)      memberi kesempatan bagi konselor untuk memperkaya jumlah prosedur yang terbukti efektif untuk masalah yang spesifik.
2)      Dapat dipergunakan sebagai evaluasi formatif pada saat mengembangkan suatu prosedur.
3)      Dapat mengarahkan perhatian terhadap variabel-variabel tertentu (seperti tindakan klien, interaksi kelompok, dan perilaku, sikap atau tindakan konselor) yang paling berpengaruh terhadap perubahan pada diri klien. Idealnya, hasil yang sesungguhnya dari variabel prosedur atau perlakuan konseling diukur terhadap tujuan spesifik untuk masing-masing fase konseling dan perilaku konseling.
                    Replicable counseling tidak menuntut dilakukannya duplikasi prosedur konseling secara persis. Demikian pula, konseling untuk kelompok individu yang berbeda tidak harus diberikan dengan cara yang persis sama. Melainkan, komponen-komponen konseling dapat diidentifikasi sebagai kategori-kategori tindakan, bukan sebagai tindakan-tindakan tertentu. Misalnya, usaha klien harus diberi reinforcement, tetapi cara memberikan reinforcement-nya dapat bervariasi sesuai dengan tindakan klien masing-masing. Isi spesifik dari respon konselor tidak dapat diidentifikasi karena ditentukan oleh tindakan dan respon klien secara individual.
                    Salah satu bentuk replicable model adalah Translation Career-Counseling Procedure. Model ini didasarkan atas kerangka teori Super bahwa pilihan karir merupakan implementasi dari self-concept. Program ini dirancang untuk mengembangkan keterampilan perencanaan karir dan pemecahan masalah dalam menentukan tujuan dan keputusan karir. Prosedur konseling ini dilaksanakan dalam lima sesi, masing-masing sesi berlangsung selama sekitar 100 menit, terhadap kelompok tiga hingga tujuh klien, dan dapat juga dilaksanakan secara individual.
g.      Experience Model
                    Model ini disebut juga Extern Program. Program ini memberikan pengalaman kerja nyata kepada para mahasiswa. Dalam program ini, mahasiswa ditempatkan di perusahaan atau lembaga selama waktu tertentu, misalnya selama satu minggu. Tujuan program ini adalah untuk memberikan kesempatan kepada para mahasiswa untuk mengamati kegiatan di tempat kerja yang terkait dengan bidang keilmuannya dan berinteraksi dengan para pegawai di tempat kerja tersebut. Penyelengaraan program ini disponsori bersama oleh ikatan alumni universitas, pusat kegiatan mahasiswa, kantor penempatan, dan pusat layanan konseling mahasiswa.
                    Mahasiswa diseleksi dan ditempatkan berdasarkan proposal yang diajukannya. Dalam proposal tersebut, mahasiswa harus menyatakan minat okupasionalnya, karir yang ditujunya setelah lulus, dan bagaimana program pengalaman kerja nyata ini dapat membantunya dalam memenuhi tujuan okupasionalnya. Pada dasarnya, biaya partisipasi dalam program ini ditanggung oleh mahasiswa sendiri, tetapi dalam kasus-kasus tertentu, perusahaan tempat pelaksanaan program ini mungkin menawarkan bantuan untuk sebagian pembiayaan itu.

E.     Konseling Karir di Sekolah
1.      Konseling Karir di Sekolah Dasar (SD)
               Bimbingan karier di sekolah dasar tidak dimaksudkan untuk mengarahkan anak melakukan pilihan prematur. fokusnya malahan akan kesadaran akan pilihan yang bakal tersedia, cara mengantisipasi dan merencanakannya, serta hubungannya dengan ciri pribadi. Banyak murid yang perlu mengetahui bahwa mereka akan mempunyai kesempatan kesempatan untuk memilih dan kompetensi untuk melaksanakannya. Murid ini juga perlu menyadarinya, bagaimana mereka berubah, dan bagaimana mereka dapat menggunakan penggalaman sekolah untuk menjelajah dan bersiap guna menyongsong masa depan. Diantara asumsi yang menyebabkan bimbingan karier mendapatkan kepercayaan disekolah dasar adalah sebagai berikut:
a.       Kesadaran bahwa gaya prilaku memilih pada masa remaja dan dewasa di pengaruhi oleh tipe pengalaman perkembangan yang berlangsung pada masa kecil;
b.      Terbukti bahwa banyak materi dan teks yang digunakan disekolah dasar mengambarkan dunia kerja atau dunia pendidikan dimasa depan secara tidak seksama dan membantu perkembangan yang tidak perlu mengenai tipe okupasi menurut jenis kelamin atau pandangan pandangan yang sempit mengenai kesempatan kesempatan pendidikan atau okupasional yang tersedia;
c.       Pengakuan bahwa perasaan perasaan mengenai kompetensi pribadi menghadapi masa depan tumbuh dari pengetahuan tentang kelebihan kelebihan. Cara untuk memodifikasi kelemahan, keterampilan dalam merencanakan dan menggunakan sumber eksploratoris yang tersedia, pemahaman tentang hubungan antara persekolahan dan penerapannya dalam pekerjaan serta peranan masyarakat lainnya (Herr&Cramer,1984:21)
Anak Sekolah Dasar
               pada dasarnya anak-anak pada usia sekolah dasar secara has terbuka kepada dan berintraksi dengan rentang stimuli yang luas dan berbagai perilaku. Dalam antusiasme dan keingin tahuannya yang tak terkendalikan, mereka belum dipaksa oleh realitas realitas sosial yang mengganggu dan yang mengubah persepsi-persepsi dari saudara-saudaranya yang lebih tuah dan banyak orang dewasa dimana mereka beridentifikasi.
               Maslow (1959 ) mengemukakan hierarki kebutuhan-kebutuhan dasar sebagai berikut:
a.       kebutuhan-kebutuhan fisiologis,
b.      kebutuhan-kebutuhan keamanan,
c.       kebutuhan akan keikut sertaan dan kecintaan,
d.      kebutuhan akan penghargaan, harga diri , kebebasan dan dianggap penting,
e.       kebutuhan akan impormasi,
f.       kebutuhan akan pengertian,
g.      kebutuhan akan keindahan,
h.      kebutuhan akan aktualisasi diri.
               Tujuan bimbingan karier disekolah dasar adalah tujuan memberikan pengalaman-pengalaman sehingga murid-murid dapat mengerjakan yang berikut: (Herr, 1976: 1-2 ):
a.       Menyadari bahwa memahami kelebihan kelebihan, nilai-nilai dan perepensi-perepensi seseorang merupakan pondasi bagi pilihan-pilihan pendidikan dan okupasional
b.      Mengerti bahwa adalah mungkin mencapai tujuan tujuan masa depan dengan perencanaan dan persiapan yang dilakukan sekarang.
c.       Mencapai kedadaran akan kompetensi pribadi untuk memilih dan memenuhi syarat syarat dari alternatif alternatif pendidikan danokupasional.
d.      Mempertimbangkan imlikasi imlikasi dari perubahan dalam diri, pilihan pilihan, dan hubungannya dengan kebutuhan akan lanjutan pendidikan selama hidup
e.       Memahami kesamaan kesamaan antara keterampilan keterampilan pemecahan masalah dan pengambilan keputusan pribadi
f.       Mengembangkan dari dasar impormasi yang tidak menyimpang dan tidak stercotif untuk menjadi pedoman merencanakan keputusan keputusan pendidikan dan okupasional selanjutnya
g.      Memahami bahwa persekolahan terdiri dari banyak kesempatan umtuk menge plorasi dan mempersiapakan kehidupan
h.      Mengenal hungan hubungan antara keterampilan keterampilan akademik membaca,menulis,berhitung dan bahan pelajaran lainnya dan bagai mana hal ini digunakan dalam pilihan pilihan pendidikan dan pekerjaan dimasa depan
i.        Mengidentifikasi okupasi okupasi dimana orang orang berkerja dengan oaring lain dengan ide ide, atau dengan bends benda.
j.        Memperhitungkan hubungan hubungan antara okupasi karier dan gaya hidup.
k.      Mengambarkan maksud yang pekerjaan sajian untuk orang orang yang tidak sama
l.        Mempertimbangkan pentingnya penggunaan efektif dari waktu luang.
               Norriss (1963: Herr & Cramer, 1984: 223). Menyarankan konsekuensi bimbingan karier di sekolah dasar, khususnya yang berkenaan dengan informasi okupasional:
               Taman kana-kanak. Anak mempelajari tentang aktivitas kerja ibunya, ayahnya dan angota rumah tangga lainnya.
a.       Kelas I Anak belajar tentang perkerjaan dalam lingkungan yang dekat –rumah,sekolah,dan tetangga.
b.      Kelas II Anak belajar tentang pemberi pemberi bantuan jasa dalam masyarakat yang melayaninya dan juga tentang tokoh tokoh dan usaha usaha tetangganya yang dikenalnya.
c.       Kelas III Anak meluaskan studi studinya dalam masarakat .penekananya pada tranfortasi ,komunkasi dan industri indistri utama lainnya.
d.      Kelas IV Anak belajar tentang dunia kerja pada tingkat provinsi termasuk iindistri indusri utama pada provinsi itu .
e.       Kelas V Studi studi anak diperluas sehingga meliputi kehidupan industri nasional .industri industri utama di berbagai bidang bagian dari Negara di pilihnya .
f.       Kelas VI Program anak diperluas sehingga mencakup seluruh bagia dunia (Halverson, 1970: 56; Herr & Cramer, 1984: 223).
2.      Konseling Karir di Sekolah Menengan Pertama (SMP)
             Bimbingan karir di SLTP merupakan proses bantuan yang dberikan oleh konselor sekolah kepada siswa dalam rangka pemberian informasi karir dan pekerjaan sehingga muncul kesadaran pada diri siswa untuk memilih pekerjaan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan yang dimiliki.
             Karakteristik siswa di SLTP, adalah:
a.       Siswa berusia antara 12/13 - 15/16 tahun.
b.      Tugas-tugas pokok perkembangan yang harus dicapai anak, yaitu:
1)      Mengenal kemampuan, bakat, minat, serta arah kecenderungan karir.
2)      Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan untuk pendidikan lanjutan.
3)      Mengenal gambaran dan mengembangkan sikap pribadi yang mandiri.
4)      Mengarahkan diri pada peranan sosial sebagai pria atau sebagai wanita.
c.       Perkembangan kemampuan berpikir anak sudah pada tahap operasional formal, dimana anak sudah mulai berpikir secara abstrak, namun masih perlu bantuan dengan contoh-contoh konkrit dalam kehidupan sehari-hari.
d.      Konsep belajar sudah mulai berkembang pada tahap pemahaman, dimana setiap informasi/konsep atau peristiwa belajar dapat dicerna oleh aspek kognitifnya sehingga mereka memperoleh pemahaman diri yang lebih baik.
e.       Berada pada tahap perkembangan remaja, sedang mengalami masa pubertas dan mencari identitas diri.
             Tujuan umum bimbingan karir di SMP/SLTP adalah memberikan kesempatan pada siswa untuk melibatkan diri secara aktif dalam suatu proses yang dapat mengungkapkan berbagai macam karir. Melalui proses tersebut diharapkan siswa menyadari dirinya, kemampuannya, dan hubungan antara keduanya dengan berbagai karir dalam masyarakat.
             Tujuan khusus bimbingan karir di SMP adalah:
a.       Memahami lebih tepat tentang keadaan dan kemampuan diri para siswa.
b.      Membina kesadaran terhadap nilai-nilai yang ada pada diri pribadi siswa.
c.       Mengenal berbagai jenis sekolah lanjutan tingkat menegah atas (SMA/MA).
d.      Mengenal berbagai jenis pekerjaan.
e.       Memberi penghargaan yang obyektif dan sehat terhadap dunia kerja.
             Fungsi bimbingan karir di SMP adalah:
a.    Memberikan arahan kepada siswa agar mempunyai wawasan awal yang objektif tentang pendidikan lanjutan dan lapangan pekerjaan
b.    Memberikan bekal tambahan dalam melalui masa peralihan yang sistematis dari status siswa menjadi anggota masyarakat yang produktif.
c.    Memberikan kesempatan untuk mengenal serta membina sikap, minat, dan nilai terhadap dunia kerja.
Ada lima materi pokok bimbingan karir di SMP/SLTP, yaitu:
a.    Pengenalan konsep diri berkenaan dengan bakat dan kecenderungan pilihan karir/jabatan serta arah pengembangan karir.
b.    Pengenalan bimbingan karir khususnya berkenaan dengan pilihan pekerjaan.
c.    Orientasi dan informasi jabatan dan usaha untuk memperoleh penghasilan.
d.   Pengenalan berbagai jenis lapangan pekerjaan yang dapat dimasuki tamatan SMP.
e.    Orientasi dan informasi pendidikan menengah sesuai dengan cita­-cita melanjutkan pendidikan dan pengembangan karir.
Bimbingan karir di SMP merupakan kelanjutan dari bimbingan karir di SD, melalui guru pembimbing siswa mendapatkan berbagai informasi tentang karir sehingga dapat membina sikap dan apresiasinya terhadap jenis pendidikan, jenis pekerjaan, dan menelusuri hubungan antara kerja dan waktu luang, memperluas minat kerja, serta memberikan berbagai informasi tentang pekerjaan sehingga memunculkan kesadaran siswa untuk menentukan pilihan pekerjaannya dimasa datang sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya.


3.      Konseling Karir di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA)
             Walaupun baru sedikit yang diketahui tentang kapan para remaja menyatakan pilihan pilihan okupasionalnya, beberapa estimasi kasar sudah tersedia. Crites (1969) melakukan review terhadap beberapa studi yang berkaitan dan menyimpulkan bahwa sekitar 30 persen siswa bimbang saat di sekolah lanjutan dan perguruan tinggi. Hal ini agak lebih tinggi dari pada penemuan yang lebih muktahir dan fottler dan Bain (1980) yang hanya 18 % dari sample siswa sekolah lanjutan atas di Alabama yang bimbang dan kurang dari studi longitudinal Marr (1956) yang melaporkan bahwa 50 persen subjek tidak membuat sesuatu keputusan hingga usia 21 tahun. Penelitian Holander (1974) telah menunjukkan bahwa kemampuan mengambil keputusan di antara siswa-siswa sekolah lanjutan atas bervariasi menurut sipat-sipat intelektual siswa.
             Perbedaan dalam aspirasi karier, diantara siswa-siswa lanjutan atas ternyata terdapat perbedaan-perbedaan subtansial dalam kebutuhan kebutuhan perkembangan dan kematangan kariernya. Banyak faktor yang menyebabkan perbedaan-perbedaan ini (misalnya, tingkat bantuan orang tua, latar belakang jenis kelamin rasial dan konsep diri, perkembangan dan kesehatan fisik ) Dillart dan Campbell (1981) membandingkan pengaruh dari orang tua terhadap prilaku karier dari 194 orang anak anak dikelas tiga SLTP hingga kelas tiga SLTA. Sampel diambil dari keluarga keluarga yang utuh dan tidak utuh dengan ciri-ciri sosio ekonomik menenggah dan rendah mereka menemukan bahwa orang-orang tua ini secara deferensial mempengaruhi perkembangan karier anak anaknya.
             Plata(1981) membandingkan aspirasi-aspirasi okupasional dari 40 pria remaja normal dan 40 pria remaja yang mengalami gangguan emosional dengan menggunakan okupasional aspirasion scale, ia menemukan bahwa taraf aspirasi okupasional pria remaja normal lebih tinggi dari pada kelompok kelompok yang menderita gangguan emosional.
             Pound(1978) melakukan studi tentang konsep diri dari 500 siswa pria dan 500 siswa wanita yang dipilih secara acak dari enam sekolah lanjutan pada bagian barat New York dan mencoba memprediksi kematangan karier sub-sub kelompok ras dan jenis kelamin. dengan menggunakan skala sikap dari Vocational Development Inventory (sekarang CMI) dan Tennessee Self-Consep Scale sebagai prediktor ia menemukan bahwa konsep diri nampak mempunyai efek yang berbeda pada kematangan karier yang tergantung pada ras dan jenis kelamin peserta.
             Perbedaan dalam Perkembangan Karier
             Pandangan tentang perbedaan - perbedaan dalam perkembangan karier diantara siswa siswa lanjutan atas datang dari the nasional Assesment of Educasional progress project on career and occupational Development. Sekitar 37.500 anak anak laki laki dan perempuan antar bangsa termasuk dalam sample penemuan-penemuannya antara lain sebagai berikut: (Mitchell,1977).
a.       Kebanyakan anak anak umur tujuh belas tahun telah membicarakan secara serius kepada seseorang tentang rencana rencananya di masa depan .rencana rencananya didiskusikan dengan orang tua dua kali lebih sering daripada dengan para konselor advisor atau teman sebaya. Hanya sekitar dua pertiganya merasa bahwa orang lawan bicaranya menyadari kemampuan-kemampuannya.
b.      Anak anak laki-laki cendrung lebih percaya kepada kemampuan kemampuannya mengerjakan sesuatu dari pada anak-anak perempuan.
c.       Gengsi dan status tercatat dua kali lebih banyak daripada tantangan dan tanggung jawab, kepuasan pribadi, kesempatan dan kemajuan sebagai alasan-alasan untuk menerima promosi dalam pekerjaan.
d.      Hanya 2,2 persen dari responden memandang bidang-bidang sekolah dan akademik sebagai aktivitas-aktivitas yang mungkin bermanfaat untuk suatu pekerjaan.
e.       Sumber utama untuk mengetahui syarat-syarat suatu pekerjaan adalah observasi terhadap bidang pekerjaan.
f.       Hampir semua anak-anak umur tujuh belas tahun telah memikirkan tentang jenis pekerjaan yang mereka suka kerjakan kelak.
             Implikasi-implikasi bagi Bimbingan Karier di SLTA
             Karena pelajar di sekolah menengah akan sampai pada tingkat kematangan karir yang berbeda melalui rute yang berbeda (lancar atau tidak lancar) aktivitas bimbingan karier harus memiliki tiga penekanan :mendorong perkembangan karier, menyediakan perlakuan,dan membantu penempatan (mengacu kepada perpindahan pelajar ketingkat pendidikan selanjutnya atau kekehidupan pekerjaan.
             Kegiatan (aktivitas) bimbingan karier pada sekolah menengah harus bisa mengantar setiap pelajar untuk menangulangi tugas perkembangan menuju perkembangan karier, dan membimbing pelajar kepada kreasi dan prestasi dari seperangkat pilihan dan rencana yang akan di tetapkan.
             Penekanan utama dalam aktivitas aktivitas bimbingan karier untuk berbagai individu haruslah didasarkan pada intensitas perencanaan, kesiapan berpartisipasi dalam kehidupan sebagai pribadi yang independent, dan keterarahan individu-individu kepada tujuan. Dalam hubungan dengan itu, the nasional conference on Guidance, Counseling, and placement in Career Development and Education Occupasional Decision-Making (Cysbers&Pritchard,1969:74) merekomendasikan tujuan-tujuan untuk aktivitas-aktivitas bimbingan karier di sekolah menengah sebagai berikut:
a.       Siswa mengembangkan kesadaran akan perlunya implementasi yang lebih khusus dari tujuan-tujuan karier.
b.      Siswa mengembangkan rencana-rencana yang lebih khusus guna mengimplementasikan tujuan-tujuan karier.
c.       Siswa melaksanakan rencana-rencana untuk dapat memenuhi syarat-syarat memasuki pekerjaan dengan mengambil mata pelajaran di tingkat sekolah lanjutan, dengan latihan dalam jabatan, atau dengan mengejar latihan lebih lanjut di perguruan tinggi atau pendidikan pasca sekolah lanjutan yang mengantar pada kualifikasi-kualifikasi untuk suatu okupasi khusus.
       Tujuan bimbingan karier di SLTA.
       Herr (1976 : 1-2) mengemukakan tujuan tujuan bimbingan karier di SLTA yang meliputi membantu siswa siswa belajar untuk:
a.       Menunjukkan hubungan antara hasil-hasil belajar, nilai-nilai aspirasi aspirasi pendidikan.dan kariernya
b.      Menganalisis kompetensi pribadi sekarang dalam keterampilan keterampilan yang diperlukan untuk pilihan-pilihan karier dan mengembangkan rencana-rencana untuk memperkuat keterampilan ini bila di perlukan
c.       Memegang tanggung jawab dalam perencanaan karier dan konsekuensi- konsekuensinya.
d.      Siap untuk memenuhi syarat bagi taraf memasuki pekerjaan-pekerjaan dengan mengambil mata pelajaran yang sesuai, dengan pendidikan kooperatif, atau dengan latihan-latihan dalam jabatan.
e.       Siap untuk memenuhi syarat bagi pendidikan pasca sekolah lanjutan dengan mengambil mata pelajaran yang diperlukan oleh tipe program dan lembaga yang diinginkan (perguruan tinggi,perdagangan,perusahaan.
f.       Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan keterampilan yang berhubungan dengan kehidupan sebagai konsumen.
g.      Mengembangkan keterampilan-keterampilan yang berhubungan dengan penggunaan efektif waktu luang.
h.      Secara sistematis menguji realitas pilihan-pilihan karier dengan menghubungkannya dengan hasil belajar dalam mata pelajaran.
4.      Konseling Karir di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
             Salah satu upaya yang paling berhasil dari konselor sekolah adalah kolaborasi langsung dengan guru-guru kejuruan memperbaiki kembali baik citra maupun substansi disiplin-disiplinnya. Pendidikan ke.juruan disebut sebagai “jembatan antara manusia dan pekerjaannya” dan bagian dari pendidikan yang menjadikan individu lebih dapat bekerja dalam suatu kelompok akopasi-okupasi daripada dengan yang lainnya (Evans & Herr, 1978).
             Herr dan Cramer (1984: 283), ada empat peranan konseling karir dalam pendidikan vokasional (kejuruan), yaitu:
a.       Menarik minat, merekrut, dan menyeleksi siswa dalam menetapkan pilihan-pilihan pada sekolah menengah kejuruan.
b.      Membantu dalam menyeleksi siswa untuk pendaftaran pada beragam program pendidikan kejuruan, antara lain: asesmen kemampuan (aptitude) dan kelebihsukaan (preference) individu dalam kaitannya dengan probabilitas keberhasilan dan kepuasan calon siswa nantinya.
c.       Siswa pendidikan kejuruan membutuhkan akses terhadap pelajaran dalam keterampilan dalam konteks pekerjaan (work-context skills)dan keterampilan pengembangan teknik (technical) dan pekerjaan (occupational) khusus.
d.      Penempatan siswa, terutama dalam membantu siswa SMK untuk fokus pada kemampuan pembelajaran dan performansi mereka, memperoleh kapastas dalam pengambilan keputusan, merumuskan kesadaran terhadap pilihan mereka, bagaimana mempersiapkan dan memperoleh akses untuk mereka, dan memperoleh pencarian informasi kerja dan perilaku wawancara kerja yang diyakini tidak hanya mempersiapkan siswa kearah transisi sekolah ke dunia kerja, namun sebagai perluasan alami dari semua pendidikan kejuruan.

5.      Konseling Karir di Perguruan Tinggi (PT)
             Pelayanan bimbingan dan konseling di perguruan tinggi, khususnya bimbingan konseling dan karir, pada prinsipnya telah dilaksanakan sejak tahun 1981. Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling ini diawali dengan pelatihan dosen perguruan tinggi negeri di dua fakultas psikologi yaitu Universitas Indonesia dan Universitas Padjajaran selama tiga bulan. Dalam pelatihan tersebut masing-masing dosen perguruan tinggi telah menyusun program bimbingan dan konseling untuk perguruan tinggi masing-masing. Pelaksanaannya belum seperti yang diharapkan, karena pimpinan perguruan tinggi ataupun pemerintah belum mampu memfasilitasi berdirinya biro atau pusat pelayanan bimbingan dan konseling. Suatu yang menggembirakan, beberapa IKIP waktu itu telah melaksanakannya termasuk IKIP Padang yang sekarang beralih nama menjadi Universitas Negeri Padang (UNP). Biro Bimbingan dan Konseling inilah yang menjadi cikal bakal berdirinya Unit Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling (UPBK).
             Tahun 1996, UPBK berkembang dengan adanya Proyek Dirjen Dikti Depdikbud Student Support Services And Career Planning Development (3SCPD). Pelaksanaan di tingkat Departemen adalah Dosen PTN, khususnya dari IKIP Padang (Prof.Dr. A.Muri Yusuf, dkk). Proyek ini mengembangkan pelayanan Bimbingan dan Konseling di Perguruan Tinggi Negeri se Indonesia yang langsung melibatkan mahasiswa dengan berbagai jenis layanan bimbingan dan konseling. Sesuai dengan nama proyeknya, di samping mambantu masalah akademik mahasiswa, juga membantu rencana pengembangan karier mahasiswa. Tahun 2000-an proyek ini berakhir, pengembangan selanjutnya diserahkan kepada perguruan tinggi masing-masing.
             Herr, dkk. (1996:294) mengungkapkan hal-hal yang harus diperhatikan perguruan tinggi dalam rangka mengembangkan pelayanan bimbingan karir terhadap mahasiswa, yaitu:
a.       Komitmen Institusi
       Agar mahasiswa memiliki perencanaan yang baik terhadap karir dan kehidupannya di masa akan dating, dibutuhkan komitmen/keteguhan hati yang sungguh-sungguh dari lembaga pendidikan tinggi itu sendiri. Survey yang dilakukan Reardon, dkk(dalam Herr, dkk. 1996:295) ditemukan program bimbingan karir yang dibutuhkan mahasiswa diantaranya berkenaan dengan informasi pekerjaan, informasi pendidikan yang sedang ditempuh, informasi pengungkapan diri mahasiswa, pelatihan pengambilan keputusan, konseling kelompok berkenaan dengan karir, dsb. Hal ini tentunya membutuhkan komitmen yang kuat dari seluruh komponen di perguruan tinggi, termasuk pimpinan, dosen dan karyawan, untuk mengembangkan karir mahasiswanya.
b.      Pertimbangan Perencanaan
       Berhubungan dengan kesegeraan bimbingan karir yang diberikan kepada mahasiswa, jangan sampai informasi/pelayanan yang diberikan tidak lagi dibutuhkan oleh mahasiswa dalam rangka pengembangan dirinya.
c.       Pelayanan yang Komplek
       Meliputi hal hal sebagai berikut:
1)      Career Advising
      Hal ini berkaitan dengan peran penasehat akademis dalam mencapai tujuan pendidikan yang sedang ditempuh serta hubungan antara kurikulum program studi yang ditempuh dengan kesempatan karir nantinya
2)      Konseling Karir
      Konseling karir merupakan bantuan yang diberikan oleh konselor dalam rangka membantu mahasiswa untuk evaluasi diri dan pengentasan permasalahannya yang berkenaan dengan karir.
3)      Perencanaan Karir
      Merupakan arahan yang akan dipakai mahasiswa dalam mengenal dunia kerja dan mengarah kepadanya.
      Ketiga komponen tersebut saling berhubungan dan akan bisa dilaksanan dengan pembentukan lima komponen dalam universitas yaitu:
a)     Program universitas/perguruan tinggi dalam pendidikan karir secara terstruktur dan komprehensif
b)     Badan/unit tertentu yang melayani untuk mahasiswa dan penasehat akademis dalam rangka informasi karir dan penempatan karir
4)      Penasehat akademis dengan berbagai pengetahuannya.
5)      Pusat adminsitrasi pelayanan akademik yang secara sungguh-sungguh memiliki waktu dan kemauan yang tinggi untuk membantu mahasiswa
6)      Badan/unit konseling dan penasehat akademik.
            Tujuan bimbingan karier adalah untuk membantu mahasiswa memahami perencanaan karier dan proses penempatan setelah mereka menamatkan perguruan tinggi. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan adanya:
1)      Bantuan dalam pemilihan bidang pelayanan utama
2)      Bantuan dalam penilaian diri dan analisis diri
3)      Bantuan dalam memahami dunia karier
4)      Bantuan dalam pengambilan keputusan
5)      Bantuan dalam memasuki dunia kerja
Program Bimbingan Karir di Perguruan Tinggi
            Herr, dkk (1996, 300) mengemukakan bahwa program konseling kelompok, konseling individual dan konseling teman sebaya merupakan pendekatan yang banyak dilakukan dalam pemberian pelayanan bimbingan dan konseling karier. Prosedur dan kegiatan yang dapat digunakan dalam menyusun pedoman karier dan konseling mahasiswa perguruan tinggi ialah:
a.      Melakukan seminar karier dengan melibatkan lembaga penerima tenaga kerja (konsumen) dengan mahasiswa dan PT.
b.      Menyusun program intensif yang dapat memberi pengalaman dalam beberapa disiplin ilmu.
c.       Melakukan aplikasi instrumen, sebagai balikan bagi mahasiswa dalam upaya pemahaman dirinya.
d.      Menugaskan mahasiswa melakukan interview kapada karyawan suatu pekerjaan.
e.       Kunjungan perpustakaan, bursa kerja dan pertemuan-pertemuan karier yang banyak dilakukan pengusaha.
f.       Konselor menginformasikan berbagai jenis dan persyaratan berbagai macam pekerjaan yang mungkin dapat dilamar mahasiswa setelah tamat kuliah.
            Jenis Konseling yang dapat digunakan dalam konseling/bimbingan karir di perguruan tinggi adalah:
a.       Layanan Orientasi
      Dalam layanan ini mahasiswa bisa diperkenalkan terhadap lingkungan kerja dengan cara melakukan kunjungan-kunjungan ke dunia usaha dan dunia industri.
b.      Layanan Informasi
      Konselor bekerja sama dengan program studi perlu memberikan dan menyediakan layanan informasi karir, informasi ini dilakukan agar mahasiswa mampu mengenal secara jelas arah pembinaan yang akan dijalani mahasiswa dan sekaligus memandang ke depan tentang apa yang hendak dicapai dan diterapkan setelah lulus nantinya. Walters dan Saddlemire (dalam Herr, 1996:292) menyatakan bahwa 85% dari mahasiswa Universitas Negeri Green Bowling membutuhkan informasi karier, berkenaan dengan:
1)     Pekerjaan yang sesuai dengan dengan jurusan yang diambilnya
2)     Tempat dan personil yang dapat membantu perencanaan karier
3)     Pengalaman langsung dan kunjungan kerja serta kerja separoh waktu tentang pekerjaan yang diyakininya.
4)     Pemahaman diri (potensi diri) untuk memantapkan pilihan pekerjaan yang sesuai dengan pensifatan yang dimilikinya.
5)     Pengetahuan dan keterampilan tentang pasar kerja.
6)     Membantu merencanakan perkuliahan yang fleksibilitas dalam memilih beberapa pekerjaan yang berbeda
      Selanjutnya, informasi karir perlu dilengkapi dengan informasi lowongan karir yang memperlihatkan “keberadaan” karir tersebut di lapangan, khususnya tentangjumlah posisi yang ada, di mana lowongan itu ada, penerimaan masyarakat terhadap karir tersebut, dan hal-hal lain yang perlu dikembangkan berkenaan dengan karir yang dimaksudkan itu (Prayitno, 2007:7). Lebih jau, informasi setiap karir dapat diuraikan lebih rinci lagi dengan mengembangkan berbagai tuntutan ataupun kondisi yang dikehendaki dari orang-orang atau tenaga yang memiliki kehendak/minat memasuki pekerjaan/karir yang dimaksudkan itu, seperti persyaratan ijazah, umur dan jenis kelamin, penguasaan keterampilan dan pengalaman, riwayat diri dan pekerjaan, kesehatan, kemampuan khusus dan lulus seleksi. Dengan informasi karir yang diberikan tersebut, dapat memberikan arahan yang nyata kepada mahasiswa tentang pekerjaan-pekerjaan apa saja yang akan diampu.
      Selain informasi karir yang dimaksud, juga bisa diberikan informasi kepada mahasiswa secara klasikal bagaimana mengembangkan dirinya secara optimal Contoh : Layanan informasi tentang Meniti Karir, dengan bagian-bagian penjelasan berkenaan dengan kenali diri, citra diri, yakin dan percaya terhadap diri, mengatur diri, pengendalian diri, berpikir menang-menang, bersikap positif dan proaktif, motivasi diri, sikapi pekerjaan dengan semangat yang tinggi, tingkatkan diri secara berkelanjutan, dahulukan apa yang utama dan penting, selesaikan apa yang telah anda mulai, mengelola krisis secara kreatif, dan berdoa dan berserah diri kepada tuhan yang maha kuasa (A. Muri Yusuf, 2002:88).
c.       Layanan Penempatan dan Penyaluran
      Bagi mahasiswa di perguruan tinggi, pilihan dan penempatan mereka pada program/jurusan yang sesuai dengan “siapa dia” sangat penting, karena pilihan program studi yang tidak tepat akan mengakibatkan persiapan arah karir mereka tidak berada pada jalur yang benar (A.Muri Yusuf, 2002:60), oleh karena itu Konselor melalui lembaga yang menaunginya perlu memperhatikan hal ini.
d.      Konseling Perorangan
      Mayoritas masalah mahasiswa ialah kemungkinan-kemungkinan bekerja sambil kuliah, ekonomi orang tua lemah, kesulitan biaya hidup mempersiapkan diri mengikuti persaingan untuk masuk kerja.
e.       Bimbingan dan Konseling Kelompok
      Permasalahan yang banyak muncul dari mahasiswa diantaranya takut menjadi pengangguran, salah pilih program studi, memilih alternatif pekerjaan, upaya mendapatkan pekerjaan paroh waktu (part time), tidak memahami potensi diri dan sebagainya, yang tentunya dalam pelayanan konseling bisa dilaksanakan konseling kelompok, hal-hal berkenaan dengan fenomena-fenomena di lapangang tentang suatu hal, seperti : mempersiapkan diri menempuh ujian CPNS, pelayanan konseling yang dapat diberikan adalah layanan bimbingan kelompok, baik topic tugas maupun topic bebas.
f.       Instrumentasi
      Penggunaan instrument untuk pengungkapan potensi dasar individu, minat dan kecendrungan pribadi, sikap dan kebiasaan bertingkah laku dapat diberikan kepada mahasiswa sehingga konselor akan mengetahui arah pengembangan karir mahasiswa, yang terutama mahasiswa memahami potensi dasarnya.
g.      Lembaga Khusus
      Untuk mengakomodir dan memberikan pelayanan bimbingan karir yang baik bagi mahasiswa sehingga mampu berkembang dengan optimal, masing-masing perguruan tinggi perlu membentuk lembaga khusus yang mewadahi untuk itu. Prayitno (2007:135) mengungkapkan perguruan tinggi perlu membentuk Unit Pelayanan Konseling (UPK) yang memberikan pelayanan konseling kepada mahasiswa dan klien-kliennya, baik dari dalam maupun dari luar kampus. UPK ini akan mengelola pelayanan kepada mahasiswa dalam arti luas yaitu, pelayanan pra perguruan tinggi, pelayanan era perguruan tinggi dan pelayanan pasca perguruan tinggi. Pelayanan pra perguruan tinggi diperlukan untuk menjangkau siswa-siswa SLTA yang akan memasuki PT sebagai informasi awal tentang program studi yang akan diikuti sehingga mampu merencanakan karir yang lebih baik dan sesuai dengan potensinya, pelayanan era perguruan tinggi diberikan kepada mahasiswa yang sedang menjalani perkuliahan di kampus, untuk lebih memantapkan pengembangan keilmuannya, sedangkan pelayanan pasca perguruan tinggi diberikan terhadap alumni-alumni sebagai upaya untuk memasuki dunia kerja.
      Selain itu, perguruan tinggi perlu membentuk pusat tenaga kerja, yang berusaha untuk memfasilitasi mahasiswa terhadap kebutuhan tenaga kerja di lapangan (Herr, 1996:307).



F.     Materi Layanan Klasikal Bidang Karir
1.      Cita-cita dan Impianku
a.       Cita-cita
            Harapan dalam hati yang ingin di wujudkan, baik harapan-harapan tersebut bersifat sementara maupun tidak. Cita-cita ini dapat diwujudkan melalui usaha dan proses yang cukup panjang. Cita-cita merupakan bagian dari perkembangan karir manusia.
b.      Impian
            Sesuatu yang benar-benar diinginkan, baik berupa materi maupun non materi sehingga berusaha keras untuk mewujudkannya.

2.      Jenis-jenis Profesi di Masyarakat
a.       Profesi dalam bidang ketenaga ahlian dan teknis
1)      Ilmuan sains (peneliti) dan teknisnya
Contoh: ahli kimia, ahli fisika, ahli geofisika
2)      Ilmuan perencana dan pelaksanaan pembangunan serta teknisnya
Contoh: arsitek dan perencanaan kota, ahli mesin
3)      Ilmuan hayati da teknisnya
Contoh: ahli biologi, ahli pertanian
4)      Ilmuan teknologi penerbangan dan perkapalan
Contoh: pilot, kapten kapal
5)      Ilmu kedokteran
Contoh: dokter, ahli farmasi, ahli gizi
b.      Profesi bidang ketatalaksanaan dan pengelolaan
1)      Pejabat legislatif, eksekutif dan yudikatif
2)      Pengelola
c.       Profesi dalam bidang ketatausahaan
1)      Pengawas
2)      Penatabukuan dan kasir
3)      Pekerja dinas
Contoh: pos, telegraf dan telepon
d.      Profesi dalam bidang perdagangan
Contoh: manager, penjual, penjaga asuransi dan perumahan
e.       Profesi dalam bidang jasa
Contoh: konsultan, pelayan hotel, tukang pangkas rambut
f.       Profesi dalam bidang militer
Contoh: tentara, polisi, prajurit
3.      Perencanaan Karir Masa Depan
             Suatu aktivitas atau kegiatan yang dilakukan secara terarah dan terfokus dengan berdasar pada potensial (bakat, minat, keyakinan dan nilai-nilai) yang kita miliki untuk mendapatkan sumber penghasilan yang memungkinkan  kita untuk maju dan berkembangbiak secara kualitas (hidup) maupun kuantitas (kesejahteraan) masa yang akan datang.
4.      Sikap Positif Meraih Karir Masa Depan
a.       Menyadarkan diri terhadap peluang, kendala dan pilihan serta konsekuensi yang akan dihadapi
b.      Mengidentifikasi tujuan hidup terutama yang berkaitan dengan karir
c.       Penyusunan program pendidikan, keterampilan dan pengalaman-pengalaman yang bersifat pengembangan dalam meraih tujuan karir
5.      Hubungan Bakat Minat dengan Karir
             Bakat adalah elemen terpenting dalam menentukan karir dengan bakat dan minat yang dimiliki, kita bisa merasakan kesenangan atau kepuasan kerja yang dihasilkan dan mengarahkan kepada kesuksesan dan berkarir.
6.      Mengatasi Masalah dalam Pilihan Karir
             Keberhasilan siswa dalam menentukan dan memilih karir amatlah ditentukan dari kemampuan guru pembimbing memberikan gambaran dan memberikan keyakinan kepada siswa tentang kemampuan dan potensi yang dimiliki serta mampu mengarahkan siswa menuju karir yang sesuai dengan kemampuannya tersebut.
             Dalam memberikan keyakinan dan munculnya kepercayaan siswa terhadap guru pembimbing setidaknya guru harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a.       Perlakuan terhadap siswa sebagai individu yang memiliki potensi untuk berkembang dan maju serta mampu mengarahkan dirinya sendiri untuk mandiri
b.      Sikap positif dan wajar
c.       Perlakuan terhadap siswa secara hangat, ramah, rendah hati, menyenangkan
d.      Pemahaman siswa secara empatik
e.       Penghargaan terhadap martabat siswa sebagai individu
f.       Penampilan diri secara asli dihadapan siswa
g.      Kekongritan dalam menyatakan diri
h.      Penerimaan siswa secara apa adanya
i.        Perlakuan siswa secara premisive, kepekaan terhadap perasaan yang dinyatakan oleh siswa dan membantu siswa menyadari dari perasaan itu
j.        Penyesuaian diri terhadap keadaan khusus.
Kesadaran bahwa tujuan pengajaran bukan terbatas pada penguasaan siswa terhadap bahan pengajaran saja, melainkan menyangkut pengembangan siswa menjadi individu yang lebih dewasa. Jika hal tersebut sudah dilaksanakan oleh guru pembimbing, maka tidak akan ada kesulitan bagi guru pembimbing untuk mengarahkan siswa ketempat yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki siswa tersebut.

G.    Informasi Karir
1.      Pengertian Informasi Karir
             Permasalahan karir merupakan permasalahan masa depan siswa. Agar siswa dapat mempersiapkan masa depannya dengan baik, maka perlu informasi yang lengkap tentang dirinya, kekuatan dan kelemahannya, serta karir yang akan dipilih. Menurut John Hayes dan Barrie Hopson, informasi karir adalah informasi yang mendukung perkembangan bidang pekerjaan, dan berdasarkan informasi tersebut memungkinkan seseorang mengadakan pengujian akan kesesuaian dengan konsep dirinya.
             Isaacson dan Duane Brown menjelaskan bahwa informasi karir adalah informasi yang terkait dengan dunia kerja yang sangat bermanfaat dalam proses perkembangan karir, termasuk didalamnya informasi pendidikan, pekerjaan dan psikososial yang berkaitan dengan pekerjaan.
             Menurut Dewa Ketut Sukardi (1988: 142) pada dasarnya informasi karir terdiri dari fakta-fakta mengenai pekerjaan, jabatan atau karir yang bertujuan untuk membantu individu memperoleh pandangan dan pemahaman tentang dunia kerja dan aspek-aspek dunia kerja. Dijelaskan lebih lanjut informasi karir/jabatan meliputi fakta-fakta yang relevan dengan point-point berikut:
a.       Potensi pekerjaan, termasuk luas komposisinya, faktor-faktor geografis, jenis kelamin, tingkat usia dan besarnya kelompok-kelompok industri.
b.      Struktur kerja dan besarnya kelompok-kelompok kerja.
c.       Ruang lingkup dunia kerja, meliputi: pemahaman lapangan kerja, perubahan populasi permintaan dari masyarakat umum yang membaik dan perubahan teknologi.
d.      Perundang-undangan peraturan atau perjanjian kerja
e.       Sumber informasi dalam rangka mengadakan studi yang berkaitan dengan pekerjaan.
f.       Klasifikasi dan informasi pekerjaan.
g.      Penting dan kritisnya pekerjaan.
h.      Tugas-tugas nyata dari pekerjaan dan hakekat pekerjaan.
i.        Kualifikasi yang memaksa untuk bekerja dalam bermacam-macam pekerjaan.
j.        Pemenuhan kebutuhan untuk bermacam-macam pekerjaan.
k.      Metode dalam memasuki pekerjaan dan meningkatkan prestasi kerja.
l.        Pendapatan dan bentuk-bentuk imbalan dari bermacam-macam pekerjaan.
m.    Kondisi kerja dalam bermacam-macam jenis pekerjaan.
n.      Kriteria untuk penilaian terhadap materi informasi pekerjaan.
o.      Ciri-ciri khas tempat kerja.
2.      Langkah-langkah Informasi Karir
             Informasi karir memiliki arti yang amat penting bagi seorang siswa, mahasiswa dan para pencari kerja. Banyak hal yang dapat ditarik dari informasi karir, sesuai dengan kondisi dan tingkatan perkembangan seseorang, diantaranya:
a.       Bagi siswa, untuk memberikan pemahaman tentang berbagai karir yang tersedia  pada masyarakat dan dapat dilalui pada masa yang akan datang.
b.      Bagi mahasiswa, memberikan pemahaman tentang berbagai peluang kerja yang tersedia dan sejumlah terobosan-terobosan yang dapat dibuka yang berkaitan dengan konsentrasi ilmu yang sedang dialami.
c.       Bagi pencari kerja, informasi karir sangat penting sekali, untuk mendapatkan berbagai peluang kerja yang ada. Hal yang sangat urgen bagi diri individu adalah informasi yang berhubungan dengan formasi-formasi yang dibutuhkan, persyaratan yang harus dimiliki dan teknik-teknik untuk menghadapi masa rekrutmen.
d.      Bagi pekerja/pegawai, informasi karir akan sangat bermanfaat sekali terutama dalam penyesuaian diri dengan lingkungan kerja baru, mendapatkan berbagai job yang ada , persoalan mutasi serta kenaikan pangkat.
e.       Bagi klien yang akan memasuki masa pensiun, informasi karir dapat membantu mereka dalam memberikan pemahaman tentang suasana yang akan dihadapi setelah masa kerja berakhir.
Seorang konselor harus memiliki kemampuan dalam merancang sebuah informasi karir yang baik, sehingga klien merasa puas dan mendapatkanwawasan baru dari informasi yang disajikan. Untuk dapat menyusun informasi kerja yang baik, ada beberapa langkah kerja yang harus dilakukan oleh konselor, diantaranya adalah:
a.       Mencari informasi karir
Berbagai upaya harus dilakukan oleh seorang konselor dalam rangka mendapatkan berbagai informasi yang akurat. Informasi tersebut dapat dicari melalui beberapa sumber, diantaranya melalui internet, media cetak dan elektronik, melakukan kunjungan ke Depnaker setempat, membuat jaringan dengan sesama konselor atau dengan pihak-pihak yang memungkinkan untuk memberikan informasi yang dibutuhkan atau berbagai upaya lainnya. Dengan ini diharapkan seorang konselor karir mampu memiliki berbagai informasi yang berkaitan dengan karir yang ada pada masyarakat, baik instansi, pemerintah maupun swasta, cara memasukinya, syarat-syarat yang dibutuhkan dan sebagainya.
b.      Merancang Informasi Karir
Seorang konselor berdasarkan informasi yang ada harus mampu merancang sebuah informasi karir yang bagus yang siap untuk disampaikan kepada klien atau individu-individu yang membutuhkan. Menurut A. Muri Yusuf (1998:3) ada beberapahal yang yang harus ada dalam sebuah informasi karir, sehingga informasi karir dipandang layak untuk disampaikan, diantaranya:
1)      Nama karir
Nama karir merupakan hal yang paling utama untuk dijelaskan kepada klien. Karena dengan penjelasan tersebutmenjadikan klien mampu mengenali nama karir dengan baik.
2)      Deskripsi karir
Target yang diharapkan dari mendeskripsikan karir tersebut adalah bagaimana klien mampu memahami dengan baik berbagai aktivitas dan  uraian tugas dari deskripsi karir yang disampaikan, dan menjadikan klien mampu membuat pertimbangan dan keputusan terkait dengan permasalahan karir.
3)      Standar prestasi kerja
Dalam informasi  karir, konselor menjelaskan kepada kliennya tentang berbagai hal yang menjadi standar prestasi. Dengan penjelasan ini klien diharapkan dapat memahami indikator keberhasilan yang harus diraih.
4)      Lingkungan kerja, sarana dan prasarana
Untuk lebih mendapatkan gambaran tentang suatu karir, seorang konselor harus menjelaskan kepada kliennya tentang lingkungan kerja dan juga sarana dan prasarana yang dibutuhkan, sehingga diharapkan nantinya klien memahami lingkungan kerja dan menerimanya dengan positif serta mampu beradaptasi dengan lingkungan secara baik dan sempurna.
5)      Daerah kerja
Maksudnya yaitu menjelaskan dimana karir itu berada dan lingkup kerjanya (lembaga, depertemen dan instansi). Penjelasan tersebut diharapkan agar klien paham akan hal-hal yang harus dilakukan dan dipersiapkan dalam bekerja.
6)      Status karir
Status karir bermanfaat untuk klien dalam menentukan pilihan dan sikap, apakah karir tersebut cocok untuk dirinya atau sebaliknya. Bagi klien yang sudah bekerja, informasi tersebut akan memberikan manfaat untuk keputusan saelanjutnya.
7)      Kualifikasi dan pendidikan
Kualifikasi dan pendidikan dimaksudkan agar klien bisa mempersiapkan diri dengan berbagai persyaratan akademik atau keterampilan yang dibutuhkan oleh karir yang sedang dijelaskan konselor. Konselor harus memberikan penekanan-penekanan terhadap berbagai persyaratan yang harus dimiliki.


8)      Jenjang karir
Konselor harus menjelaskan tentang jenjang-jenjang karir yang akan dilalui klien nantinya, sehingga klien mampu melakukan pembenahan diri secara maksimal.
9)      Kenaikan pangkat
Konselor menjelaskan dalam informasi karir, hal-hal apa saja yang akan dilakukan oleh klien untuk mencapai jenjang yang lebih tinggi. Serta pemahaman tentang tingkatan-tingkatan dari pangkat yang ada.
10)  Penghasilan
Penghasilan dijelaskan kepada klien untuk membentuk pertimbangan matang pada dirinya apakah karir ini layak untuk dimasuki atau sebaliknya. Bagi klien yang telah bekerja, hal ini bermanfaat untuk mengelola aktifitas perbelanjaan dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
11)  Rekruitmen
Klien harus memiliki informasi yang lengkap tentang proses rekruitmen, sehingga klien dapat menangkap peluang dengan cepat. Disamping itu, klien harus paham tentang hal-hal apa saja yang harus dipersiapkan untuk merebut peluang yang ada. Untuk itu, konselor harus menjelaskan secara detail tentang proses rekruitmen, sehingga klien memiliki informasi dan pemahaman yang lengkap tentang bagaimana menangkap peluang.
c.       Merancang media
Setelah merancang sebuah informasi karir dengan baik, seorang konselor harusmencocokan media apa yang sesuai dengan materi informasi karir yang akan disampaikan sehingga informasi karir yang dirancang menjadi apik dan layak suguh buat klien. Media yang tepat dipakai antara lain: in focus, slide, gambar dan berbagai brosur lainnya.
3.      Teknik-teknik Menginformasikan Karir
             Salah satu keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang konselor adalah kemampuan dalam memberikan layanan informasi karir kepada klien sehingga klien betul-betul mengerti dan paham tentang apa-apa yang disampaikan oleh konselor. Dalam menginformasikan karir, ada beberapa persiapan yang harus dilakukan konselor terlebih dahulu, diantaranya:

a.       Persiapan mental
Seorang konselor yang akan menyampaikan layanan informasi karir harus memiliki kondisi mental yang baik dan sehat. Diantara kondisi tersebut adalah konselor berada dalam keadaan senang, bahagia, bersemangat, antusias, yakin dan bertanggung jawab. Ketika kondisi seperti ini hadir pada diri konselor sewaktu proses penyampaian layanan informasi karir, tentunya akan memiliki pengaruh positif terhadap terciptanya suasana yang lebih baik. Begitupun sebaliknya.
Prinsipnya, semua orang tentu memiliki berbagai persoalan dalam hidup dan begitu juga halnya dengan konselor. Ketika seorang konselor memasuki ruangan untuk memberikan layanan, semua permasalahan yang telah dialami dilupakan. Pada akhirnya konselor terlihat lebih baik dan klien akan merasa nyaman.
b.      Persiapan fisik
Seorang konselor ketika memberikan layanan informasi karir betul-betul memiliki kondisi fisik yang fit, sehingga layanan dapat dilaksanakan dengan baik dan sempurna. Ketika konselor dalam kondisi tidak fit, maka pilihan yang bijak adalah menunda pelaksanaan layanan. Namun ketika dipandang mampu, tidak ada salahnya dengan catatan kondisi diri yang dialami tidak akan membawa pengaruh negatif terhadap proses layanan yang diberikan.
c.       Persiapan metode
Seorang konselor harus memahami dan menguasai berbagai metode yang ada, diantaranya dalam bentuk ceramah, diskusi, permainan peran atau metode aktif learning serta berbagai metode-metode lainnya, serta terampil dalam mengaplikasikannya. Melalui metode yang bervariasi, akan tercipta suasana yang menyenangkan. Sebaliknya, seorang konselor yang tidak terampil dalam mengaplikasikan suatu metode tertentu dan tidak tepat dalam memilih metode, yang akan terjadi adalah suasana yang membosankan, mengantuk dan rasa tertekan.




Di samping metode, ada beberapa hal yang mesti dperhatikan, diantaranya adalah:
a.       Intonasi suara
Intonasi suara berkaitan dengan pengaturan nada suara yang dilakukan oleh konselor, misalnya kapan konselor harus menempatkan intonasi suara agak tinggi, rendah, ataupun sedang.
b.      Gerakan tubuh
Sekecil apapun gerakan tubuh yang dilakukan oleh konselor dalam aktivitas memberikan layanan informasi karir tidak luput dari perhatian klien. Seorang konselor harus menyadari berbagai gerakan tubuh yang ditampilkan,sehingga tidak terjadi gerakan yang tidak lazim, berulang-ulang dan monoton.
c.       Warna wajah
Warna wajah yang bersahaja, penuh ceria, mudah senyum dan dan meyakinkan penting diciptakan oleh seorang konselor ketika memberikan layanan informasi. Sehingga klien akan menjadi senang, bersemangat dan antusias.
d.      Perhatian
Apapun yang terjadi pada ruangan tempat informasi karir disajikan, baik yang bersifat positif ataupun negatif, pada prinsipnya akan membawa pengaruh kepada proses layanan karir yang sedang berjalan, ini harus diperhatikan konselor. Jika dalam bentuk negatif, tentu akan direspon dengan hukuman yang bersifat mendidik. Sebaliknya jika yang muncul dalam bentuk positif, tentu akan direspon dengan ganjaran riward atau penghargaan.
e.       Pakaian
Ketika seorang konselor berada di depan kelas, maka pada saat itu ia akan menjadi pusat perhatian  dan penilaian dari klien. Berkenaan dengan itu hendaknya konselor dapat  menampilkan pakaian yang berwibawa dan penuh simpatik, diantara cirinya yaitu: tidak banyak asesoris, warna yang standar dan tidak mencolok, model dan bentuknya rapi, ukurannya sesuai dengan norma yang berlaku dan agama, serta dasarnya tidak tipis dan dapat menutup aurat.
f.       Posisi ketika duduk
Posisi duduk dan berdiri seorang konselor akan mempengaruhi proses layanan informasi karir. Seorang konselor harus mampu menempatkan diri kapan harus berdiri dan duduk. Ketika seorang konselor dalam memberikan layanan informasi selalu duduk padahal seharusnya ia harus berdiri, maka akan mengurangi bobot proses layanan dan begitupun sebaliknya. Seorang konselo harus mengusahakan posisi yang membuat klien betah dan nyaman.
d.      Persiapan media
Dalam menyampaikan informasi karir, seorang konselor hendaknya didukung oleh media yang sesuai. Oleh sebab itu, konselor diharapkan mampu memilih media yang tepat diantara berbagai media yang ada. Diantaranya: infocus, slet, gambar dan sebagainya.


1 komentar: