R1554 SKH

Kamis, 14 Januari 2016

MACAM-MACAM SKALA PENGUKURAN INSTRUMEN



MACAM-MACAM SKALA PENGUKURAN INSTRUMEN

A.    Skala Likert
Skala Likert menurut Djaali ialah skala yang dapat dipergunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang suatu gejala atau fenomena pendidikan. Skala Likert adalah suatu skala psikometrik yang umum digunakan dalam kuesioner, dan merupakan skala yang paling banyak digunakan dalam riset berupa survei. Nama skala ini diambil dari nama Rensis Likert, yang menerbitkan suatu laporan yang menjelaskan penggunaannya.[1]
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan Skala Likert, variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan.
Instrumen penelitian yang menggunakan skala Likert dapat dibuat dalam bentuk checklist ataupun pilihan ganda.
Keuntungan skala Likert adalah :
1.   Mudah dibuat dan diterapkan
2.   Terdapat kebebasan dalam memasukkan pertanyaan-pertanyaan, asalkan mesih sesuai     dengan konteks permasalahan
3.   Jawaban suatu item dapat berupa alternative, sehingga informasi mengenai item tersebut     diperjelas.
4.   Reliabilitas pengukuran bisa diperoleh dengan jumlah item tersebut diperjelas.
Instrumen penelitian yang menggunakan skala likert dapat dibuat dalam bentuk checklist ataupun pilihan ganda.
1.      Contoh bentuk checklist: 
Berilah jawaban pernyataan berikut sesuai dengan pendapat anda, dengan member tanda (Ö) pada kolom yang tersedia.

No
Pertanyaan
Jawaban
SS
ST
RG
TS
STS
12
Sekolah ini akan menggunakan teknologi informasi dalam pelayanan administrasi dan akademik……………………………

Ö








2.      Contoh bentuk pilihan ganda
Berilah salah satu jawaban terhadap pertanyaan berikut sesuai dengan pendapat anda, dengan cara memberi tangda silang pada nomor jawaban yang tersedia.
Kurikulum baru 2013 akan segera diterapkan di lembaga pendidikan anda?
a.       Sangat tidak setuju
b.      Tidak setuju
c.       Ragu-ragu
d.      Setuju
e.       Sangat setuju.[2]
     
B.     Skala Thurstone
Skala Thurstone merupakan skala yang disusun dengan memilih butir yang berbentuk skala interval. Setiap skor memiliki kunci skor dan jika diurut kunci skor menghasilkan nilai yang berjarak sama.
Adapun contoh skala penilaian model Thurstone adalah seperti gambar di bawah ini.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEher1YJ3i60blidyei32YzlIRN-Sl1IsIyVXdFlU1lMunLJnJ84FgKHgVB5Ib2AZ2yMV6j3rbNKxvTDgh8sO7Jv_RbP1DDUDwrY5N_4CH_NEjrclU-1cBwm7heeWGFyu_1KuDLAm3HtgUFf/s320/contoh+bentuk+skala+thurstone.JPG
Nilai 1 pada skala di atas menyatakan sangat tidak relevan, sedangkan nilai 11 menyatakan sangat relevan.[3]

Pembuatan skala Thurstone dapat dilakukan dengan langkah-langkah seperti berikut:
1.      Mengumpulkan sejumlah pernyataan misalnya 50-100 tingkatan yang merepresentasikan secara luas perbedaan tingkat, disenangi, netral, dan tidak disenangi terhadap suatu objek atau subjek yang hendak diteliti.        
2.      Pernyataan ini diberikan pada sejumlah responden misal 50 orang atau lebih yang cukup mengenal terhadap objek atau subjek agar dapat memilih ke dalam 11 tingkatan kategori tersebut. Kategori A terdiri atas pernyataan yang dianggap disenangi atau favorit, E F netral, dan J K merupakan kategori tidak disenangi atau tidak favorit.
3.      Klasifikasi pernyataan ke dalam kategori, dengan pertimbangan penilaian terhadap objek atau subjek secara psikologis, tetapi hanya merefleksikan persepsi mereka terhadap kategori pernyataan yang disediakan.
4.      Pernyataan yang nilainya menyebar dibuang, dan pernyataan yang mempunyai nilai bersamaan digunakan untuk pembuatan skala.
Skor tinggi pada skala berarti mereka memiliki tingkat prasangka terhadap sifat yang ingin diteliti. Skor terendah berarti responden mempunyai sifat favorit terhadap sifat yang ingin diteliti.
Skala Thurstone tidak terlalu banyak digunakan sebagai instrumen di bidang pendidikan karena model ini mempunyai beberapa kelemahan yang di antaranya seperti berikut:
1.      Memerlukan terlalu banyak pekerjaan untuk membuat skala.
2.      Nilai pada skala yang telah dibuat memungkinkan pada skor sama mempunyai sikap berbeda.
3.      Nilai yang dibuat dipengaruhi oleh sikap para juri atau penilai.
4.      Memerlukan tim penilai yang objektif.[4]


C.     Skala Guttman
Skala Guttman dikembangkan oleh Louis Guttman. Skala ini mempunyai ciri penting, yaitu merupakan skala kumulatif dan mengukur satu dimensi saja dari satu variabel yang multidimensi. Skala Guttman yaitu skala yang menginginkan jawaban tegas seperti jawaban benar-salah, ya-tidak, pernah – tidak pernah. Untuk jawaban positif seperti setuju, benar, pernah dan semacamnya diberi skor 1; sedangkan untuk jawaban negatif seperti tidak setuju, salah, tidak, tidak pernah, dan semacamnya diberi skor 0. Dengan skala ini, akan diperoleh jawaban yang tegas yaitu Ya - Tidak, Benar - Salah dan lain-lain. Penelitian menggunakan skala Gutman dilakukan bila ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan.
Skala ini dapat pula dibentuk dalam bentuk checklist atau pilihan ganda. Skor 1 untuk skor tertinggi dan skor 0 untuk terrendah. (Analisa seperti pada skala likert).
Contoh: Apakah anda Setuju dengan kebijakan perusahaan menaikkan harga jual? a. Setuju b. Tidak Setuju

D.    Semantik Defferensial 
Skala differensial yaitu skala untuk mengukur sikap dan lainnya, tetapi bentuknya bukan pilihan ganda atau checklist tetapi tersusun dalam satu garis kontinum. Sebagai contoh skala semantik defferensial mengukur gaya kepemimpinan seorang pimpinan (pimpinan).
Gaya Kepemimpinan
Demokrasi
7   6   5   4   3   2   1
Otoriter
Bertanggung     jawab
7   6   5   4   3   2   1
Tidak ber-tanggung jawab
Memberi Kepercayaan
7   6   5   4   3   2   1
Mendomi-nasi
Menghargai bawahan
7   6   5   4   3   2   1
Tidak menghargai         bawahan
Keputusan     diambil bersama
7   6   5   4   3   2   1
Keputusan diambil  sendiri


Responden yang memberi penilaian angka 7, berarti persepsi terhadap gaya kepemimpinan adalah sangat positif; sedangkan responden yang memberikan penilaian angka 1 persepsi kepemimpinan adalah sangat negatif.
Kemudian dalam skala ini digunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya tidak pilihan ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum yang jawabannya sangat positifnya terletak dikanan garis, dan jawaban yang sangat negatif terletak dibagian kiri garis atau sebaliknya. Data yang diperoleh adalah data interval dan baisanya skala ini digunakan untuk mengukur sikap/karakteristik tertentu yang dipunyai oleh seseorang.  Responden dapat memberi jawaban pada rentang jawaban yang positif sampai dengan negatif.

E.     Rating Scale
Rating Scale, data mentah yang diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Responden menjawab, senang atau tidak senang, setuju atau tidak setuju, pernah atau tidak pernah adalah merupakan data kualitatif. Dalam skala model Rating Scale, responden tidak akan menjawab salah satu dari jawaban kualitatif yang telah disediakan, tetapi menjawab salah satu jawaban kuantitatif yang telah disediakan. Oleh karena itu Rating Scale ini lebih fleksibel, tidak terbatas untuk pengukuran sikap saja tetapi untuk mengukur persepsi responden terhadap fenomena lainnya, seperti skala untuk mengukur status sosial ekonomi, pengetahuan, kemampuan, dan lain-lain.Yang penting dalam Rating Scale adalah harus dapat mengartikan setiap angka yang diberikan pada alternatif jawaban pada setiap item instrumen. Orang tertentu memilih jawaban angka 2, tetapi angka 2 oleh orang tertentu belum tentu sama maknanya dengan orang lain yang juga memilih jawaban dengan angka 2. Contoh “Beri tanda silang (x) pada angka yang sesuai dengan penilaian Anda terhadap pelayanan PT. Telkomsel !”.[5]

F.     Skala Remmer
Dengan menggunakan teknik seperti yang digunakan oleh Thurstone, Remmer mengembangkan pola skala yang umum, untuk mengukur sikap terhadap orang tertentu, lembaga-lembaga tertentu dan sebagainya. Item-item yang digunakan untuk mengukur sikap terhadap lembaga tertentu antara lain adalah sebagai berikut:
Contoh:
            Dibawah ini adalah suatu daftar statemen tentang......... (lembaga tertentu). Silahkan isi tanda (V) di depan setiap statemen yang menurut pendapat anda cocok dengan keadaan lembaga tersebut.
1.      Sangat sempurna dalam segala bidangnya
2.      Merupakan lembaga yang paling terpuji
3.      Diperlukan oleh setiap warga negara
4.      Lembaga yang paling dicintai
5.      Mewakili pemikiran dalam kehidupan modern
6.      Dan seterusnya.
Cara memberikan jawaban terhadap skala sikap Remmers sama dengan cara memberikan jawaban terhadap skala sikap Thurstone, yaitu dengan cara memberikan tanda chek (V) di depan setiap statemen yang dipilih. Begitu pula cara pemberian skornya juga sama, yaitu dengan cara memberikan skor tertentu untuk setiap item yang dipilih berdasarkan daftar skor yang telah ditetapkan sebelumnya.

G.    Strong Vocational Interest Blank
Strong cocational interest blank dirancang untuk mengukur minat (interest). Mula-mula dikembangkan oleh E. K Strong pada tahun 1927; dan kemudian direvisi tahun 1938. Inventori ini terdiri dari 400 item yang dapat dikerjakan tanpa batas waktu. Pada umumnya sebahagian besar siswa dapat menyelesaikan inventori ini sekitar 30 sampai 60 butir.
Inventori ini terdiri atas beberapa bagian. Bagian-bagian tersebut antara lain adalah sebagai berikut: bagian pertama terdiri dari 100 item yang merupakan daftar pekerjaan. Bagian kedua terdiri dari 36 item yang merupakan daftar mata pelajaran. Bagian ketiga terdiri dari 49 item yang merupakan daftar hobi. Bagian keempat terdiri 48 item yang merupakan daftar kegiatan. Sedangkan bagian kelima terdiri dari 47 item yang merupakan daftar kekhasan (pecularities). Dibelakang daftar tersebut diisi huruf: L - I - D. Siswa yang berminat terhadap pekerjaan/ pelajaran/ hobi kegiatan/ kekhasan tersebut supaya melingkari huruf L. Yang tidak menentu (indifferent) supaya melingkari huruf I, dan yang tidak berminat supaya melingkari huruf D.[6]

H.    Skala Rasio
Skala rasio adalah skala interval yang memiliki nilai dasar (based value) yang tidak dapat diubah. Contoh : umur responden memiliki nilai dasar nol.





















PENUTUP
A.    Simpulan
Skala-skala pengukuran instrumen terdiri atas, Skala Likert menurut Djaali ialah skala yang dapat dipergunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang suatu gejala atau fenomena pendidikan.
Skala Thurstone merupakan skala yang disusun dengan memilih butir yang berbentuk skala interval. Setiap skor memiliki kunci skor dan jika diurut kunci skor menghasilkan nilai yang berjarak sama.
kala Guttman yaitu skala yang menginginkan jawaban tegas seperti jawaban benar-salah, ya-tidak, pernah – tidak pernah. Untuk jawaban positif seperti setuju, benar, pernah dan semacamnya diberi skor 1; sedangkan untuk jawaban negatif seperti tidak setuju, salah, tidak, tidak pernah, dan semacamnya diberi skor 0. Dengan skala ini, akan diperoleh jawaban yang tegas yaitu Ya - Tidak, Benar - Salah dan lain-lain.
Skala differensial yaitu skala untuk mengukur sikap dan lainnya, tetapi bentuknya bukan pilihan ganda atau checklist tetapi tersusun dalam satu garis kontinum.
Rating Scale, data mentah yang diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Responden menjawab, senang atau tidak senang, setuju atau tidak setuju, pernah atau tidak pernah adalah merupakan data kualitatif.
Skala Remmer, Remmer mengembangkan pola skala yang umum, untuk mengukur sikap terhadap orang tertentu, lembaga-lembaga tertentu dan sebagainya.
Strong cocational interest blank dirancang untuk mengukur minat (interest). Selanjutnya Skala rasio adalah skala interval yang memiliki nilai dasar (based value) yang tidak dapat diubah. Contoh : umur responden memiliki nilai dasar nol.

B.     Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis memberi saran kepada pembaca, agar pembaca lebih dapat menguasai macam-macam skala pengukuran instrumen serta dapat menggunakannya sebagaimana mestinya.
                                                                                                                                          

DAFTAR PUSTAKA

Wayan Nurkancana, Pemahaman Individu, 1993, Usaha Nasional, Surabaya
Sylvia Astrid, 2013, Macam-macam Skala Pengukuran, (Online), Tersedia: http://sylviastrid.blogspot.co.id/2013/09/macam-macam-skala-pengukuran-untuk.html (22 September 2015)                                                                                   
Dreamerzone, 2013, Skala Pengukuran Untuk Instrumen Penelitian, (Online), Tersedia: https://dreamerzone16.wordpress.com/2013/09/17/skala-pengukuran-untuk-instrumen-penelitian/ html, (22 September 2015)
Berbagi, 2011, Bentuk Skala Pengukuran, (Online), Tersedia: http://berbagireferensi.blogspot.co.id/2011/03/bentuk-skala-pengukuran-dalam.html (22 September 2015)
Sukardi, 2012, Pengertian Skala Thurstone Skala Guttman pada Instrumen Penelitian, (Online), Tersedia: http://www.duniapelajar.com/2012/12/24/pengertian-skala-thurstone-skala-guttman-pada-instrumen-penelitian/ html, (22 September 2015)



[1] Sylvia Astrid, 2013, Macam-macam Skala Pengukuran, (Online), Tersedia: http://sylviastrid.blogspot.co.id/2013/09/macam-macam-skala-pengukuran-untuk.html (22 September 2015)                                                             
[2] Dreamerzone, 2013, Skala Pengukuran Untuk Instrumen Penelitian, (Online), Tersedia: https://dreamerzone16.wordpress.com/2013/09/17/skala-pengukuran-untuk-instrumen-penelitian/ html, (22 September 2015)
[3]  Berbagi, 2011, Bentuk Skala Pengukuran, (Online), Tersedia: http://berbagireferensi.blogspot.co.id/2011/03/bentuk-skala-pengukuran-dalam.html (22 September 2015)
[4]  Sukardi, 2012, Pengertian Skala Thurstone Skala Guttman pada Instrumen Penelitian, (Online), Tersedia: http://www.duniapelajar.com/2012/12/24/pengertian-skala-thurstone-skala-guttman-pada-instrumen-penelitian/ html, (22 September 2015)
[5] Sylvia Astrid, 2013, Macam-macam Skala Pengukuran... ,
[6] Wayan Nurkancana, Pemahaman Individu (Surabaya: Usaha Nasional, 1993), hal. 83-86

Tidak ada komentar:

Posting Komentar