WAWANCARA
A. Pengertian
Wawancara
Wawancara
adalah suatu cara pengumpulan data dengan jalan mengajukan pertanyaan secara
lisan kepada sumber data, dan sumber data juga memberikan jawaban secara lisan
pula.
Orang
yang melakukan interviu disebut penginterviu (interviuwer) sedangkan sumber
data atau orang yang diinterviu disebut responden (interviuwee). Percakapan
lisan antara penginterviu dengan responden umumnya dilakukan secara tatap muka
(face to face), tetapi tidak menutup kemungkinan untuk melakukan percakapan
dengan menggunakan media komunikasi, seperti menggunakan telepon misalnya.
Jenis
data yang cocok untuk dikumpulkan dengan menggunakan metode interviu antara
lain adalah data tentang identitas pribadi, latar belakang keluarga, temperamen,
karakter, penyesuaian, sikap dan minat.[1]
B. Jenis-jenis
Wawancara
Jika
ditinjau dari bentuk pertanyaan yang diajukan maka wawancara dapat
dikategorikan atas tiga bentuk, yaitu:
1. Wawancara
terencana-terstruktur
Bentuk wawancara terencana-terstruktur adalah suatu
bentuk wawancara dimana pewawancara menyusun secara terinci dan sistematis
rencana atau pedoman pertanyaan menurut pola tertentu dengan menggunakan format
yang baku. Pewawancara hanya membacakan pertanyaan yang telah disusun dan
kemudian mencatat jawaban responden secara tepat.
Keuntungan wawancara terstruktur ialah jarang
mengadakan pendalaman pertanyaan yang dapat mengarahkan yang diwawancarai agar
jangan sampai bedusta.
Contoh: pewawancara akan mewawancarai responden yang
terkait dengan kenakalan remaja.
Penjelasan pewawancara terhadap responden.
Dewasa ini kita sudah sama-sama melihat kenakalan
remaja yang terjadi di sekitar kita semakin lama semakin membuat kita khawatir.
Banyak sekali bentuk kenakalan remaja, misalnya tawuran, menghisap ganja,
pencurian, dan sebagainya.
Berikut ini kami akan mengajukan beberapa pertanyaan
yang terkait dengan kenakalan remaja tersebut. Kami harapkan saudara dapat
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang kami ajukan menurut keadaan yang
sebenarnya.
No
|
Pertanyaan
|
Jawaban
|
||
Selalu
|
Sering
|
Jarang
|
||
1
|
Mengisap narkoba dalam satu minggu
|
|
|
|
2
|
Melanggar peraturan sekolah dalam satu minggu
|
|
|
|
3
|
Merokok dilingkungan sekolah
|
|
|
|
4
|
Dan lain-lain
|
|
|
|
Untuk wawancara yang terencana dan terstruktur ini
pewawancara hanya membacakan pertanyaan yang telah disusun dan kemudian
mencatat jawaban responden secara tepat.
2. Wawancara
terencana –tidak terstruktur
Bentuk wawancara terencana tidak terstruktur adalah
suatu bentuk wawancara dimana pewawancara menyusun rencana (schedule) wawancara
yang mantap, tetapi tidak menggunakan format dan urutan yang telah ditetapkan.
Pertanyaan biasanya tidak disusun terlebih dahulu, malah disesuaikan dengan
keadaan responden.
Pelaksanaan tanya jawab mengalir seperti dalam
percakapan sehari-hari. Dalam proses wawancara demikian kadang-kadang terjadi
pewawancara atau yang diwawancarai sudah “mengajari” semua yang ada dibenaknya
dan apa yang diketahui kepada lawan bicaranya. Pada jenis wawancara seperti
ini, orang yang diwawancarai mungkin akan menjawab panjang lebar, artinya
pertanyaan yang diajukan dapat berkembang sejalan dengan proses yang terjadi,
jadi akan ada pertanyaan-pertanyaan lain.
Contoh: penjelasan pewawancara terhadap responden
Tugas saudara adalah menceritakan sebanyak mungkin
tentang jenis-jenis kenakalan remaja, faktor-faktor penyebab yang mendorong
bertambah meningkatnya kenakalan remaja.
a. Jenis-jenis
kenakalan remaja apa sajakah yang dilakukan bersama teman-temanmu?
b. Apakah
kamu bermasalah dengan keluargamu?
c. Bagaimana
caranya anda mengikutsertakan teman-teman dalam mendapatkan ganja?
Wawancara
tak berstruktur dapat dilakukan pada keadaan-keadaan sebagai berikut:
a. Bila
pewawancara berhubungan dengan orang “penting”
b. Jika
pewawancara ingin menanyakan sesuatu secara lebih mendalam lagi pada seseorang
subjek tertentu
c. Apabila
pewawancara menyelenggarakan kegiatan yang bersifat penemuan (discovery)
d. Jika
ia tertarik untuk mempersoalkan bagian-bagian tertentu yang tidak normal
e. Jika
ia tertarik untuk berhubungan langsung dengan salah seorang responden
f. Apabila
ia tertarik untuk mengungkapkan motivasi, maksud atau penjelasan dari responden
g. Apabila
ia mau mencoba dan mengungkapkan pengertian suatu peristiwa, situasi, atau
keadaan tertentu.
3. Wawancara
bebas
Wawancara bebas adalah wawancara yang dilakukan
secara alami, tidak diikat atau diatur oleh suatu pedoman, atau oleh suatu
format yang baku. Wawancara bebas ini lebih banyak memberikan seluas-luasnya
kepada responden dalam memberikan jawabannya. Cara menunjukkan pertanyaan
terserah pada pewawancara, sehingga diharapkan interviewee lebih luwes dan luas
dalam menyampaikan jawabannya dan data yang diungkap lebih mendalam.
Jadi jenis wawancara apa yang akan digunakan,
tergantung kepada data apa yang dibutuhkan. Apalagi bagi konselor di sekolah,
semua data yang akan dicari tentu terkait dengan kepentingan pelayanan
konseling. Bisa saja konselor mewawancarai orang tua siswa, siswa yang
bersangkutan, atau mungkin juga wali kelas.
Jenis wawancara yang lain dikemukakan oleh Patton
(1980:197) dalam Basrowi dan Suwandi (2002: 127-128), yaitu:
a. Wawancara
pembicaraan formal
Pada jenis wawancara ini pertanyaan yang diajukan sangat
bergantung pada pewawancara, jadi bergantung pada spontanitasnya dalam
mengajukan pertanyaan kepada yang diwawancarai. Hubungan pewawancara dengan
yang diwawancarai adalah dalam suasana biasa, wajar, sedangkan pertanyaan dan
jawabannya berjalan seperti pembicaraan biasa dalam kehidupan sehari-hari.
b. Pendekatan
menggunakan petunjuk umum wawancara
Jenis wawancara seperti ini mengharuskan pewawancara membuat
kerangka dan garis besar pokok-pokok pertanyaan dalam wawancara, tetapi tidak
harus dipertanyakan secara berurutan. Petunjuk wawancara hanyalah berisi
petunjuk secara garis besar tentang proses dan isi wawancara untuk menjaga agar
pokok-pokok yang direncanakan dapat tercakup seluruhnya. Pelaksanaan wawancara
dan pengurutan pertanyaan disesuaikan dengan keadaan responden dalam konteks
wawancara yang sebenarnya.
c. Wawancara
terbuka
Jenis wawancara ini adalah menggunakan seperangkat pertanyaan
baku. Urutan pertanyaan, kata-kata dan cara penyajianpun sama untuk setiap
responden. Wawancara demikian digunakan jika dipandang sangat perlu untuk
mengurangi variasi yang bisa terjadi antara seseorang yang diwawancarai dengan
yang lainnya.
Jenis
wawancara yang dikemukakan oleh Guba dan Lincoln (1981: 169-170) dalam (Basrowi
dan Suwandi: 2002: 128-130), yaitu:
a. Wawancara
oleh tim atau panel
Wawancara yang dilakukan oleh dua orang atau lebih terhadap
seorang yang diwawancarai. Dipihak lain, seorang pewawancara dapat saja
memperhadapkan dua orang atau lebih yang diwawancarai sekaligus yang dinamakan
panel.
b. Wawancara
tertutup dan terbuka
Pada wawancara tertutup yang diwawancarai tidak mengetahui dan
tidak menyadari bahwa mereka diwawancarai. Mereka tidak mengetahui tujuan
wawancara. Berbeda dengan wawancara terbuka, dimana subjeknya tahu bahwa mereka
sedang diwawancarai dan mengetahui pula apa maksud wawancara.
c. Wawancara
riwayat secara lisan
Jenis ini adalah wawancara terhadap orang-orang yang pernah
membuat sejarah atau yang membuat karya ilmiah, sosial, pembangunan,
perdamaian, dan sebagainya. Maksud wawancara ini ialah untuk mengungkapkan
riwayat hidup, pekerjaannya, kesenangannya, ketekunannya, dan pergaulannya.
d. Wawancara
terstruktur dan wawancara tak terstruktur
Dimana pewawancara
menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yanga akan
diajukan. Wawancara tak terstruktur dimana pertanyaan yang diajukan tidak
disusun terlebih dahulu, malah disesuaikan dengan keadaan dan ciri yang unik
dari responden. Kelancaran proses wawancara akan dipengaruhi juga oleh sifat
hubungan pribadi antara pewawancara dengan responden. Tugas pokok yang paling
rawan adalah menanamkan kepercayaan dan menjalin kerjasama dengan responden.
Berbicara dengan cara yang bersahabat mengenai hal-hal yang menarik responden,
akan menumbuhkan rasa hormat responden kepada pewawancara.[2]
C. Kebaikan
dan Keterbatasan Wawancara
1. Kebaikan
a. Sifatnya
fleksibel
b. Memungkinkan
penginterviu untuk mengamati “bagaimana” responden itu menjawab
c. Metode
ini dapat diterapkan kepada semua individu tanpa dibatasi oleh kemampuan
membaca dan menulis
2. Keterbatasan
a. Karena
sifatnya yang fleksibel dapat memberi peluang munculnya pertanyaan-pertanyaan
yang menyimpang dari tujuan semula.
b. Kenyataan
bahwa kesimpulan yang ditarik dari hasil interviu ini sering bersifat subyektif
c. Menyita
cukup banyak waktu dan tenaga
d. Penginterviu
yang kurang terampil akan mendapatkan data yang menyimpang (bias) dari keadaan
yang sebenarnya.[3]
D. Menyusun
Pedoman Wawancara
Sebelum
pelaksanaan interviu, terlebih dahulu perlu disiapkan suatu daftar pertanyaan
yang akan ditanyakan dalam interviu, atau sedikitnya suatu daftar yang memuat
pokok-pokok materi yang akan ditanyakan dalam interviu, yang disebut pedoman
interviu (interviu guide).
Sebagai
ilustrasi dibawah ini disajikan suatu bentuk pedoman interviu, yang digunakan
dalam interviu berstruktur.
Contoh:
PEDOMAN INTERVIU
Hari/
tanggal : .........................
Interviu ke :
.........................
Responden :
.........................
Kelas :
.........................
Tujuan :
Mengumpulkan data tentang faktor penyebab kesulitan belajar
No
|
Daftar Pertanyaan
|
Deskripsi Jawaban
|
1
|
Apakah
anda merasa puas dengan program khusus yang anda ikuti sekarang?
|
|
2
|
Mata
pelajaran apa saja yang anda senangi?
|
|
3
|
Mengapa
anda menyenangi mata pelajaran tersebut?
|
|
4
|
Mata
pelajaran apa saja yang kurang anda senangi?
|
|
5
|
Mengapa
anda kurang menyenangi mata pelajaran tersebut?
|
|
6
|
Di
dalam kelas apakah anda selalu mengikuti pelajaran dengan tekun?
|
|
7
|
Apakah
semua pekerjaan rumah (PR) anda kerjakan di rumah?
|
|
8
|
Apakah
anda mempunyai tempat belajar sendiri?
|
|
9
|
Bagaimana
pengaturan ruang belajar anda?
|
|
10
|
Berapa
jam rata-rata anda belajar di rumah setiap hari?
|
|
Interpretasi
hasil interviu:
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
Penginterviu,
.....................................................[4]
E. Syarat
Interviuwer
1. Kemampuan
dan keterampilan mewawancarai responden
2. Kemampuan
memahami dan menerima serta merekam hasil wawancara yang telah dilakukan
3. Karakteristik
sosial pewawancara
4. Rasa
percaya diri dan motivasi yang tinggi
5. Rasa
aman yang dimiliki.[5]
PENUTUP
A. Simpulan
Wawancara
adalah suatu cara pengumpulan data dengan jalan mengajukan pertanyaan secara
lisan kepada sumber data, dan sumber data juga memberikan jawaban secara lisan
pula.
Jika
ditinjau dari bentuk pertanyaan yang diajukan maka wawancara dapat dikategorikan
atas tiga bentuk, yaitu: wawancara terencana-terstruktur, wawancara
terencana-tidak terstruktur, dan wawancara bebas.
Dalam
wawancara tentu mempunyai kebaiakan dan keterbatasan. Kebaikan wawancara yaitu:
sifatnya fleksibel, memungkinkan penginterviu untuk mengamati “bagaimana”
responden itu menjawab, metode ini dapat diterapkan kepada semua individu tanpa
dibatasi oleh kemampuan membaca dan menulis. Sedangkan keterbatasannya adalah:
karena sifatnya yang fleksibel dapat memberi peluang munculnya pertanyaan-pertanyaan
yang menyimpang dari tujuan semula, kenyataan bahwa kesimpulan yang ditarik
dari hasil interviu ini sering bersifat subyektif, menyita cukup banyak waktu
dan tenaga, penginterviu yang kurang terampil akan mendapatkan data yang menyimpang
(bias) dari keadaan yang sebenarnya.
Sebelum
pelaksanaan interviu, terlebih dahulu perlu disiapkan suatu daftar pertanyaan
yang akan ditanyakan dalam interviu, atau sedikitnya suatu daftar yang memuat
pokok-pokok materi yang akan ditanyakan dalam interviu, yang disebut pedoman
interviu (interviu guide).
Syarat
yang harus dimiliki Interviuwer adalah: kemampuan dan keterampilan mewawancarai
responden, kemampuan memahami dan menerima serta merekam hasil wawancara yang
telah dilakukan, karakteristik sosial pewawancara, rasa percaya diri dan
motivasi yang tinggi, rasa aman yang dimiliki.
B. Saran
Berdasarkan
kesimpulan di atas, penulis memberi saran kepada pembaca, agar pembaca lebih
dapat menguasai materi mengenai wawancara serta dapat menggunakannya sebagaimana
mestinya.
DAFTAR PUSTAKA
Rafsel Tas’adi, Instrumentasi dalam Konseling, 2011,
STAIN Batusangkar Press, Batusangkar
Wayan Nurkancana, Pemahaman Individu, 1993,
Usaha Nasional, Surabaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar