BAB
II
PEMBAHASAN
INTERAKSI
SOSIAL
A.
Pengertian
Interaksi Sosial
Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial
yang menyangkut hubungan antarindividu, individu (seseorang) dengan kelompok,
dan kelompok dengan kelompok. Tanpa adanya interaksi sosial maka tidak akan
mungkin ada kehidupan bersama.
Pengertian interaksi sosial menurut para ahli:
a. Homans
(dalam Ali, 2004: 87)
Sebagai
suatu kejadian ketika suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang terhadap
individu lain diberi ganjaran atau hukuman dengan menggunakan suatu tindakan
oleh individu lain yang menjadi pasangannya.
b. Shaw
Suatu
pertukaran antarpribadi yang masing-masing orang menunjukkan perilakunya satu
sama lain dalam kehadiran mereka, dan masing-masing perilaku mempengaruhi satu
sama lain.
c. Thibaut
dan Kelley
Peristiwa
saling mempengaruhi satu sama lain ketika dua orang atau lebih hadir bersama,
mereka menciptakan suatu hasil satu sama lain atau berkomunikasi satu sama
lain.
d. Binner
Suatu
hubungan antara dua orang atau lebih individu, dimana kelakuan individu
mempengaruhi, mengubah atau mempengaruhi individu lain atau sebaliknya.
e. Young
Kontak
timbal balik antara dua orang atau lebih.
f. Psikologi
Tingkah Laku (Behavioristic Psychology)
Perangsangan
pereaksian antara kedua belah pihak individu.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa interaksi
sosial adalah pengaruh timbal balik antara individu dengan golongan didalam
usaha mereka untuk memecahkan persoalan yang dihadapinya dan didalam usaha
mereka untuk mencapai tujuannya. Interaksi sosial merupakan kunci dari semua
kehidupan sosial, karena tanpa interaksi sosial tak akan mungkin ada kehidupan
bersama.[1]
B.
Pola
Interaksi Sosial
1. Pola
interaksi asosiatif
proses-proses
yang mendorong dicapainya akomodasi, kerjasama dan asimilasi, yang pada giliran
selanjutnya menciptakan keteraturan sosial.
Empat bentuk proses
asosiatif:
a) Kerjasama
(koperasi)
Kerjasama
timbul ketika orang-orang menyadari adanya kepentingan yang sama pada saat
bersamaan, dan mempunyai pengertian bahwa kepentingan yang sama tersebut dapat
lebih mudah dicapai apabila dilakukan bersama-sama.
b) Akomodasi
Proses
atau keadaan. Sebagai proses, akomodasi merupakan upaya-upaya menghindarkan,
meredakan atau mengakhiri konflik atau pertikaian, sebagai keadaan.
c) Asimilasi
Proses
sosial tingkat lanjut yang ditandai oleh adanya upaya-upaya mengurangi
perbedaan serta mempertinggi kesatuan tindakan, sikap dan proses-proses mental
diantara orang-perorangan atau kelompok-kelompok dengan memperhatikan kepentingan
atau tujuan bersama.
d) Akulturasi
Suatu
keadaan dimana unsur-unsur kebudayaan asing yang masuk lambat laun diterima dan
diolah kedalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian
kebudayaan sendiri.
2. Pala
interaksi disosiatif
proses-proses
yang mengarah kepada terciptanya bentuk-bentuk hubungan sosial yang berupa
persaingan (kompetisi), kontravensi ataupun konflik (pertikaian), yang pada
giliran berikutnya menghambat terjadinya keteraturan sosial.
Tiga bentuk proses
disosiatif:
a. Persaingan
(kompetisi)
Suatu
proses sosial dimana orang perorangan atau kelompok-kelompok saling
memperebutkan sesuatu yang menjadi pusat perhatian dengan cara berusaha menarik
perhatian atau mempertajam prasangka, tanpa disertai dengan tindakan kekerasan
ataupu ancaman, melainkan dengan peningkatan mutu atau kualitas diri.
b. Konflik
(pertikaian)
Proses
sosial seperti halnya kompetisi atau persaingan, hanya bedanya pada
pertikaian disertai dengan ancaman atau
tindak kekerasan, baik fisik maupun nonfisik.
c. Kontroversi
Suatu proses komunikasi
antarmanusia, dimana antara pihak yang satu dengan pihak yang lain sudah
terdapat benih ketidaksesuaian, namun diantara pihak-pihak yang terlibat itu
saling menyembunyikan sikap ketidaksesuaiannya.[2]
C.
Faktor-faktor
Interaksi Sosial
1. Imitasi:
tindakan sosial meniru sikap, tindakan, tingkah laku atau penampilan fisik
seseorang secara berlebihan.
2. Sugesti:
pemberian pengaruh atau pandangan dari satu pihak kepada pihak lain. Akibatnya,
pihak yang dipengaruhi akan tergerak mengikuti pengruh atau pandangan itu dan
akan menerimanya secara sadar atau tidak sadar tanpa berpikir panjang.
3. Identifikasi:
kecenderungan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan orang lain. Orang
lain yang menjadi sasaran identifikasi dinamakan idola (kata idol berarti sosok
yang dipuja)
4. Simpati:
suatu proses dimana seseorag merasa tertarik dengan orang lain. Rasa tertarik
ini didasari atau didorong oleh keinginan-keinginan untuk memahami pihak lain
untuk memahami perasaannya ataupun bekerjasama dengannya.
5. Motivasi:
merupakan dorongan, rangsangan, pengaruh, atau stimulasi yang diberikan seorang
individu kepada individu lain sehingga orang yang diberi motivasi menuruti atau
melaksanakan apa yang dimotivasikan itu secara kritis, rasional, dan penuh rasa
tanggungjawab.
6. Empati:
proses kejiwaan seorang individu untuk larut dalam perasaan orang lain. Baik
suka maupun duka.[3]
D.
Contoh-contoh
Interaksi Sosial
1. Individu
dengan individu
·
Ayah dengan
anaknya
·
Siswa dengan
siswa
·
Dokter dengan
pasien
·
Pelayan restoran
dengan pelanggannya
·
Seorang siswa
dengan gurunya
·
Polisi dengan
sang tersangka
·
Penjual dengan
pembelinya
2. Individu
dengan kelompok
·
Pengkotbah
dengan umat-umat gerejanya
·
Guru dengan
semua siswanya yang berada dikelas
·
Ustad dengan
pengikut-pengikutnya
·
Presiden dengan
rakyatnya
·
Jendral dengan
pasukannya
·
Pemimpin
kelompok dengan anggotanya
·
Kepala bangunan
dengan pekerjanya.[4]
[2]
Tersedia di http://psychologymania.com/2012/11/pola-pola-interaksi-sosial.html?m=1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar