R1554 SKH

Minggu, 15 Juni 2014

KONSEP DASAR KURIKULUM


KONSEP DASAR KURIKULUM

A.    Pendahuluan
Kurikulum merupakan sejumlah mata pelajaran yang ditawarkan oleh suatu lembaga pendidikan atau jurusan, serta kurikulum juga merupakan sejumlah mata pelajaran yang harus di tempuh atau di pelajari siswa di sekolah atau perguruan tinggi untuk memperoleh ijazah tertentu.
Kurikulum di sekolah adalah muatan dan proses, baik formal maupun informal yang diperuntukkan bagi pembelajar untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman, mengembangkan keahlian, dan mengubah apresiasi sikap dan nilai dengan bantuan sekolah.
Sebagi program pendidikan yang telah direncanakan secara sistematis, kurikulum mengemban peranan yang sangat penting bagi pendidikan siswa. Apabila dianalisis dari sifat masyarakat dan kebudayaan, dengan sekolah institusi sosial dalam melaksanakan operasinya, maka dapat ditentukan tiga peranan kurikulum yang sangat penting, yakni peranan konservatif, peranan kritis atau evaluatif dan peranan kreatif. Ketiga peranan ini sangat penting dan perlu dilaksanakan secara seimbang. Kurikulum juga mengemban berbagai fungsi tertentu. Kurikulum berfungsi sebagai penyesuaian, pengintegrasian, fungsi diferensiasi, fungsi persiapan, fungsi pemilihan dan fungsi diagnostik.

B.     Lembaga dan Lingkungan Pendidikan
1.      Pengertian Kurikulum
Kurikulum banyak di identikan dengan bahan ajar yang selalu berubah dari periode ke periode.
Secara etimologi, kurikulum berasal dari bahasa Yunani yaitu kata curir dan curere yang merupakan istilah bagi tempat berpacu, berlari, dalam sebuah perlombaan yang telah dibentuk semacam rute pacuan yang harus dilalui para competitor perlombaan. Dengan kata lain, rute tersebut harus dipatuhi dan dilalui oleh para competitor sebuah perlombaan. Konsekuensinya, adalah siapapun yang mengikuti kompetisi harus mematuhi rute curere tersebut.
Dalam dunia pendidikan, istilah kurikulum ditafsirkan dalam pengertian yang berbeda-beda oleh para ahli. Kurikulum sekolah adalah muatan dan proses, baik formal maupun informal yang diperuntukkan bagi pembelajar untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman, mengembangkan keahlian dan mengubah apresiasi sikap dan nilai dengan bantuan sekolah. Maurice Dulton mengatakan bahwa kurikulum dipahami sebagai pengalaman-pengalaman yang didapatkan oleh pembelajaran dibawah naungan sekolah[1].
Berdasarkan studi yang telah dilakukan oleh banyak ahli, dapat disimpulkan bahwa pengertian kurikulum dapat ditinjau dari dua sisi yang berbeda, yakni menurut pandangan lama dan baru. Pandangan lama, atau sering juga disebut pandangan tradisional, merumuskan bahwa kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh murid untuk memperoleh ijazah.
Pengertian tadi mempunyai implikasi sebagai berikut:
                                                      1.            Kurikulum terdiri atas sejumlah mata pelajaran. Mata pelajaran sendiri pada hakikatnya adalah pengalaman nenek moyang di masa lampau.
                                                      2.            Mata pelajaran adalah sejumlah informasi atau pengetahuan, sehingga penyampaian mata pelajaran pada siswa akan membentuk mereka menjadi manusia yang mempunyai kecerdasan berpikir.
                                                      3.            Mata pelajaran menggambarkan kebudayaan masa lampau.
                                                      4.            Tujuan mempelajari mata pelajaran adalah untuk memperoleh ijazah
                                                      5.            Adanya aspek keharusan bagi setiap siswa untuk mempelajari mata pelajaran yang sama.
                                                      6.            Sistem penyampaian yang digunakan oleh guru adalah sistem penuangan (imposisi).[2]

Dari beberapa sumber dapat kita temukan bahwa kurikulum dapat dimaknai dalam tiga konteks, yaitu kurikulum sebagai sejumlah mata pelajaran, kurikulum sebagai pengalaman belajar, dan kurikulum sebagai perencanaan program berlajar.
Pengertian kurikulum sebagai sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik, merupakan konsep kurikulum yang sampai saat ini banyak mewarnai teori-teori dan praktek pendidikan.
Kurikulum sebagai sejumlah mata pelajaran sering dihubungkan dengan usaha untuk memperoleh ijazah: sedangkan ijazah itu sendiri menggambarkan kemampuan sesuai standar tertentu yang akan memperoleh ijazah. [3]

2.      Peranan Kurikulum
Sebagai program pendidikan yang telah direncanakan secara sistematis, kurikulum mengamban peranan yang sangat peting bagi pendidikan siswa. Apabila dianalisis dari sifat masyarakat dan kebudayaan, dengan sekolah institusi social dalam melaksanakan operasinya, maka dapat ditentukan tiga peranan kurikulum yang sangat penting, yakni peranan konservatif, peranan kritis atau evaluatif dan peranan kreatif. Ketiga peranan ini sama penting dan perlu dilaksanakan secara seimbang.
                                                      1.            Peranan Konservatif
Salah satu tanggung jawab adalah mentransmisikan dan menafsirkan warisan sosial pada generasi muda. Dengan demikian, sekolah sebagai suatu lembaga sosial dapat memengaruhi dan membina tingkah laku siswa sesuai dengan berbagai nilai sosial yang ada dalam masyarakat, sejalan dengan peranan pendidikan sebagai suatu proses sosial.
Proses ini seiring dengan hakikat pendidikan itu sendiri, yang berfungsi sebagai jembatan antara para siswa selaku anak didik dengan orang dewasa dalam suatu proses pembudayaan yang semakin berkembang menjadi lebih kompleks. Oleh karena itu, fungsi kurikulum menjadi teramat penting, karena ikut membantu proses pembelajaran.
Dengan adanya peranan konserfatif ini, maka kurikulum itu berorientasi pada masa lampau. Meskipun demikian peranan ini masih mendasar sifatnya.
                                                      2.            Peranan Kritis atau Evaluatif
Kebudayaan senantiasa berubah dan bertambah. Sekolah tidak hanya mewariskan kebudayaan yang ada, melainkan juga menilai dan memilih berbagai unsur kebudayaan yang diwariskan. Dalam hal ini, kurikulum turut aktif berpartisipasi dalam kontrol sosial dan member penekanan pada unsur berpikir kritis. Nilai-nilai sosial yang tidak sesuai lagi dengan keadaan di masa mendatang dihilangkan, serta diadakan modifikasi dan perbaikan. Dengan demikian, kurikulum harus merupakan pilihan yang tepat atas kriteria tertentu.
                                                      3.            Peranan Kreatif
Kurikulum berperan dalam melakukan berbagai kegiatan kreatif dan konstruktif, dalam artian menciptakan dan menyusun suatu hal yang baru sesuai dengan kebutuhan masyarakat dimasa sekarang dan dimasa yang akan datang. Untuk membantu setiap individu dalam mengembangkan semua potensi yang ada padanya, maka kurikulum menciptakan, palajaran, pengalaman, cara berpikir, kemampuan dan keterampilan yang baru, yang memberikan manfaat bagi masyarakat.
Ketika peranan kurikulum tersebut harus berjalan secara seimbang, atau dengan kata lain terdapat keharmonisan diantara ketiganya.dengan demikian, kurikulum dapat memenuhi tuntutan waktu dan keadaan dalam membawa siswa menuju kebudayaan masa depan.[4]

3.      Fungsi Kurikulum dalam Pendidikan
Disamping memiliki peranan, kurikulum juga mengemban berbagai fungsi tertentu (Alexander, 1918) mengatakan bahwa kurikulum berfungsi sebagai fungsi penyesuaian, pengintegrasian, fungsi diferensiasi, fungsi persiapan, fungsi pemilihan, fungsi diaknostik.

1.      Fungsi Penyesuaian
Individu hidup dalam lingkungan. Setiap individu harus mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan secara menyeluruh. Karena lingkungan sendiri senantiasa berubah dan bersifat dinamis, maka masing-masing individu harus memiliki kemampuan menyesuaikan diri secara dinamis. Dibalik itu, lingkungan pun harus disesuaikan dengan kondisi perorangan. Maka disinilah letaknya fungsi kurikuilum sebagai alat pendidikan, sehingga individu bersifat weel-adjustade.
2.      Fungsi Integrasi
Kurikulum berfungsi mendidik pribadi-pribadi yang terintegrasi. Karena individu merupakan bagian dari masyarakat, maka pribadi yang terintegrasi itu akan memberikan sumbangan dalam pembentukan atau pengintegrasian masyarakat.
3.      Fungsi Diferensiasi
Kurikulum perlu memberikan pelayanan terhadap perbedaan diantara setiap individu di setiap masyarakat. Pada dasarnya, diferensiasi akan mendorong orang berpikir kritis dan kreatif, sehingga akan mendorong kemajuan social dalam masyarakat. Akan tetapi, adanya diferensiasi tidak berarti mengabaikan solidaritas social dan integrasi, karena diferensiasi juga dapat menghindarkan terjadinya stagnasi social.
4.      Fungsi Persiapan
Kurikulum berfungsi mempersiapkan siswa agar mampu melanjutkan studi lebih lanjut untuk suatu jangkauan yang lebih jauh, misal melanjutkan studi di sekolah yang lebih tinggi atau persiapan belajar di dalam masyarakat. Persiapan kemampuan belajar lebih lanjut sangat diperlukan, karena sekolah tidak mungkin memberikan semua yang diperlukan siswa.
5.      Fungsi Pemilihan
Perbedaan dan pemilihan adalah dua hal yang saling berkaitan. Pengakuan atas perbedaan berarti memberikan kesempatan kepada seseorang untuk menarik minatnya. Kedua hal tersebut merupakan kebutuhan bagi masyarakat yang menganut sistem demokratis. untuk mengembangkan kemampuan tersebut, maka kurikulum perlu disusun secara luas dan bersifat fleksibel.
6.      Fungsi Diagnostik
Salah satu segi pelayanan pendidikan adalah membantu dan mengarahkan siswa untuk mampu memahami dan menerima dirinya, sehingga dapat mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya. Hal ini dapat dilakukan siswa jika menyadari semua kelemahan dan kekuatan yang dimilikinya melalui proses eksplorasi. Selanjutnya siswa sendiri yang memperbaiki kelemahan tersebut dan mengembangkan sendiri kemampuan yang ada. Fungsi ini merupakan fungsi diagnostik kurikulum dan akan membimbing siswa untuk dapat berkembang secara optimal.[5]



C.    Penutup
1.      Kesimpulan
Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan:
a)      Kurikulum merupakan sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau dipelajari siswa di sekolah atau perguruan tinggi untuk memperoleh ijazah tertentu.
b)      Kurikulum merupakan sejumlah mata pelajaran yang ditawarkan oleh suatu lembaga pendidikan atau jurusan.

2.      Saran


DAFTAR PUSTAKA


Hamalik, Oemar. Dasar-dasar pengembangan kurikulum. PT Remaja Rosdakarya. 2008. Bandung.
Hamalik, Oemar. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Kencana Prenada Media Group. 2011.  Jakarta.
Sanjaya, Wina. Pembelajaran dalam implementasi kurikulum berbasis kompetensi. Kencana prenanda  media  group. 2011. Jakarta.
Mudlofir, Ali. Aplikasi pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan bahan ajar dalam pendidikan agama   islam. PT. Rajagrafindo persada. 2011. Jakarta.




[1] Mudlofir Ali, Aplikasi Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Bahan Ajar dalam Pendidikan Agama Islam (Jakarta: PT Raja Granfindo Persada, 2011), hal. 1-2

[2]  Sanjaya Wina, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), hal. 3-4

[3] Hamalik Oemar, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), hal. 2

[4]  Hamalik Oemar, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008) hal. 11-12

[5] Oemar, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum... , hal. 13-14

Tidak ada komentar:

Posting Komentar