KONSEP DASAR KURIKULUM
A. Pendahuluan
Kurikulum merupakan sejumlah mata pelajaran
yang ditawarkan oleh suatu lembaga pendidikan atau jurusan, serta kurikulum
juga merupakan sejumlah mata pelajaran yang harus di tempuh atau di pelajari
siswa di sekolah atau perguruan tinggi untuk memperoleh ijazah tertentu.
Kurikulum di sekolah adalah muatan dan proses,
baik formal maupun informal yang diperuntukkan bagi pembelajar untuk memperoleh
pengetahuan dan pemahaman, mengembangkan keahlian, dan mengubah apresiasi sikap
dan nilai dengan bantuan sekolah.
Sebagi program pendidikan yang telah
direncanakan secara sistematis, kurikulum mengemban peranan yang sangat penting
bagi pendidikan siswa. Apabila dianalisis dari sifat masyarakat dan kebudayaan,
dengan sekolah institusi sosial dalam melaksanakan operasinya, maka dapat
ditentukan tiga peranan kurikulum yang sangat penting, yakni peranan
konservatif, peranan kritis atau evaluatif dan peranan kreatif. Ketiga peranan
ini sangat penting dan perlu dilaksanakan secara seimbang. Kurikulum juga
mengemban berbagai fungsi tertentu. Kurikulum berfungsi sebagai penyesuaian,
pengintegrasian, fungsi diferensiasi, fungsi persiapan, fungsi pemilihan dan
fungsi diagnostik.
B.
Lembaga dan Lingkungan Pendidikan
1.
Pengertian
Kurikulum
Kurikulum
banyak di identikan dengan bahan ajar yang selalu berubah dari periode ke
periode.
Secara etimologi, kurikulum berasal dari bahasa Yunani yaitu kata curir dan
curere yang merupakan istilah bagi tempat berpacu, berlari, dalam sebuah
perlombaan yang telah dibentuk semacam rute pacuan yang harus dilalui para
competitor perlombaan. Dengan kata
lain, rute tersebut harus dipatuhi dan dilalui oleh para competitor sebuah
perlombaan. Konsekuensinya, adalah siapapun yang mengikuti kompetisi harus
mematuhi rute curere tersebut.
Dalam dunia
pendidikan, istilah kurikulum ditafsirkan dalam pengertian yang berbeda-beda
oleh para ahli. Kurikulum sekolah adalah muatan dan proses, baik formal maupun
informal yang diperuntukkan bagi pembelajar untuk memperoleh pengetahuan dan
pemahaman, mengembangkan keahlian dan mengubah apresiasi sikap dan nilai dengan
bantuan sekolah. Maurice Dulton mengatakan bahwa kurikulum dipahami sebagai “pengalaman-pengalaman
yang didapatkan oleh pembelajaran dibawah naungan sekolah”[1].
Berdasarkan
studi yang telah dilakukan oleh banyak ahli, dapat disimpulkan bahwa pengertian
kurikulum dapat ditinjau dari dua sisi yang berbeda, yakni menurut pandangan
lama dan baru. Pandangan lama, atau sering juga disebut pandangan tradisional,
merumuskan bahwa kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh
murid untuk memperoleh ijazah.
Pengertian tadi mempunyai implikasi sebagai berikut:
1.
Kurikulum
terdiri atas sejumlah mata pelajaran. Mata pelajaran sendiri pada hakikatnya
adalah pengalaman nenek moyang di masa lampau.
2.
Mata
pelajaran adalah sejumlah informasi atau pengetahuan, sehingga penyampaian mata
pelajaran pada siswa akan membentuk mereka menjadi manusia yang mempunyai
kecerdasan berpikir.
3.
Mata
pelajaran menggambarkan kebudayaan masa lampau.
4.
Tujuan
mempelajari mata pelajaran adalah untuk memperoleh ijazah
5.
Adanya
aspek keharusan bagi setiap siswa untuk mempelajari mata pelajaran yang sama.
6.
Sistem
penyampaian yang digunakan oleh guru adalah sistem penuangan (imposisi).[2]
Dari beberapa sumber dapat kita temukan bahwa
kurikulum dapat dimaknai dalam tiga konteks, yaitu kurikulum sebagai sejumlah
mata pelajaran, kurikulum sebagai pengalaman belajar, dan kurikulum sebagai
perencanaan program berlajar.
Pengertian kurikulum sebagai sejumlah mata
pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik, merupakan konsep kurikulum
yang sampai saat ini banyak mewarnai teori-teori dan praktek pendidikan.
Kurikulum sebagai sejumlah mata pelajaran
sering dihubungkan dengan usaha untuk memperoleh ijazah: sedangkan ijazah itu
sendiri menggambarkan kemampuan sesuai standar tertentu yang akan memperoleh
ijazah. [3]
2.
Peranan
Kurikulum
Sebagai program
pendidikan yang telah direncanakan secara sistematis, kurikulum mengamban
peranan yang sangat peting bagi pendidikan siswa. Apabila dianalisis dari sifat
masyarakat dan kebudayaan, dengan sekolah institusi social dalam melaksanakan
operasinya, maka dapat ditentukan tiga peranan kurikulum yang sangat penting,
yakni peranan konservatif, peranan kritis atau evaluatif dan peranan kreatif.
Ketiga peranan ini sama penting dan perlu dilaksanakan secara seimbang.
1.
Peranan
Konservatif
Salah satu
tanggung jawab adalah mentransmisikan dan menafsirkan warisan sosial pada
generasi muda. Dengan demikian, sekolah sebagai suatu lembaga sosial dapat
memengaruhi dan membina tingkah laku siswa sesuai dengan berbagai nilai sosial
yang ada dalam masyarakat, sejalan dengan peranan pendidikan sebagai suatu
proses sosial.
Proses ini
seiring dengan hakikat pendidikan itu sendiri, yang berfungsi sebagai jembatan
antara para siswa selaku anak didik dengan orang dewasa dalam suatu proses
pembudayaan yang semakin berkembang menjadi lebih kompleks. Oleh karena itu,
fungsi kurikulum menjadi teramat penting, karena ikut membantu proses
pembelajaran.
Dengan adanya
peranan konserfatif ini, maka kurikulum itu berorientasi pada masa lampau.
Meskipun demikian peranan ini masih mendasar sifatnya.
2.
Peranan
Kritis atau Evaluatif
Kebudayaan
senantiasa berubah dan bertambah. Sekolah tidak hanya mewariskan kebudayaan
yang ada, melainkan juga menilai dan memilih berbagai unsur kebudayaan yang
diwariskan. Dalam hal ini, kurikulum turut aktif berpartisipasi dalam kontrol
sosial dan member penekanan pada unsur berpikir kritis. Nilai-nilai sosial yang
tidak sesuai lagi dengan keadaan di masa mendatang dihilangkan, serta diadakan
modifikasi dan perbaikan. Dengan demikian, kurikulum harus merupakan pilihan
yang tepat atas kriteria tertentu.
3.
Peranan
Kreatif
Kurikulum
berperan dalam melakukan berbagai kegiatan kreatif dan konstruktif, dalam
artian menciptakan dan menyusun suatu hal yang baru sesuai dengan kebutuhan
masyarakat dimasa sekarang dan dimasa yang akan datang. Untuk membantu setiap
individu dalam mengembangkan semua potensi yang ada padanya, maka kurikulum
menciptakan, palajaran, pengalaman, cara berpikir, kemampuan dan keterampilan
yang baru, yang memberikan manfaat bagi masyarakat.
Ketika peranan
kurikulum tersebut harus berjalan secara seimbang, atau dengan kata lain
terdapat keharmonisan diantara ketiganya.dengan demikian, kurikulum dapat
memenuhi tuntutan waktu dan keadaan dalam membawa siswa menuju kebudayaan masa
depan.[4]
3.
Fungsi
Kurikulum dalam Pendidikan
Disamping memiliki peranan, kurikulum juga mengemban berbagai fungsi
tertentu (Alexander, 1918) mengatakan bahwa kurikulum berfungsi sebagai fungsi
penyesuaian, pengintegrasian, fungsi diferensiasi, fungsi persiapan, fungsi
pemilihan, fungsi diaknostik.
1.
Fungsi
Penyesuaian
Individu hidup
dalam lingkungan. Setiap individu harus mampu menyesuaikan diri terhadap
lingkungan secara menyeluruh. Karena lingkungan sendiri senantiasa berubah dan
bersifat dinamis, maka masing-masing individu harus memiliki kemampuan
menyesuaikan diri secara dinamis. Dibalik itu, lingkungan pun harus disesuaikan
dengan kondisi perorangan. Maka disinilah letaknya fungsi kurikuilum sebagai
alat pendidikan, sehingga individu bersifat weel-adjustade.
2.
Fungsi
Integrasi
Kurikulum
berfungsi mendidik pribadi-pribadi yang terintegrasi. Karena individu merupakan
bagian dari masyarakat, maka pribadi yang terintegrasi itu akan memberikan
sumbangan dalam pembentukan atau pengintegrasian masyarakat.
3.
Fungsi
Diferensiasi
Kurikulum perlu
memberikan pelayanan terhadap perbedaan diantara setiap individu di setiap
masyarakat. Pada dasarnya, diferensiasi akan mendorong orang berpikir kritis
dan kreatif, sehingga akan mendorong kemajuan social dalam masyarakat. Akan
tetapi, adanya diferensiasi tidak berarti mengabaikan solidaritas social dan
integrasi, karena diferensiasi juga dapat menghindarkan terjadinya stagnasi
social.
4.
Fungsi
Persiapan
Kurikulum
berfungsi mempersiapkan siswa agar mampu melanjutkan studi lebih lanjut untuk
suatu jangkauan yang lebih jauh, misal melanjutkan studi di sekolah yang lebih
tinggi atau persiapan belajar di dalam masyarakat. Persiapan kemampuan belajar
lebih lanjut sangat diperlukan, karena sekolah tidak mungkin memberikan semua
yang diperlukan siswa.
5.
Fungsi
Pemilihan
Perbedaan dan
pemilihan adalah dua hal yang saling berkaitan. Pengakuan atas perbedaan
berarti memberikan kesempatan kepada seseorang untuk menarik minatnya. Kedua
hal tersebut merupakan kebutuhan bagi masyarakat yang menganut sistem
demokratis. untuk mengembangkan kemampuan tersebut, maka kurikulum perlu
disusun secara luas dan bersifat fleksibel.
6.
Fungsi
Diagnostik
Salah satu segi
pelayanan pendidikan adalah membantu dan mengarahkan siswa untuk mampu memahami
dan menerima dirinya, sehingga dapat mengembangkan seluruh potensi yang
dimilikinya. Hal ini dapat dilakukan siswa jika menyadari semua kelemahan dan
kekuatan yang dimilikinya melalui proses eksplorasi. Selanjutnya siswa sendiri
yang memperbaiki kelemahan tersebut dan mengembangkan sendiri kemampuan yang
ada. Fungsi ini merupakan fungsi diagnostik kurikulum dan akan membimbing siswa
untuk dapat berkembang secara optimal.[5]
C. Penutup
1. Kesimpulan
Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan:
a) Kurikulum merupakan sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau
dipelajari siswa di sekolah atau perguruan tinggi untuk memperoleh ijazah
tertentu.
b)
Kurikulum merupakan sejumlah mata pelajaran
yang ditawarkan oleh suatu lembaga pendidikan atau jurusan.
2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Hamalik, Oemar. Dasar-dasar
pengembangan kurikulum. PT Remaja Rosdakarya. 2008. Bandung.
Hamalik, Oemar. Pembelajaran
dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Kencana Prenada Media Group. 2011. Jakarta.
Sanjaya, Wina. Pembelajaran dalam
implementasi kurikulum berbasis kompetensi. Kencana prenanda media
group. 2011. Jakarta.
Mudlofir, Ali. Aplikasi
pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan bahan ajar dalam
pendidikan agama islam. PT.
Rajagrafindo persada. 2011. Jakarta.
[1] Mudlofir Ali, Aplikasi Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Bahan Ajar dalam Pendidikan Agama Islam (Jakarta: PT Raja Granfindo Persada, 2011), hal. 1-2
[2] Sanjaya Wina, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2008), hal. 3-4
[3] Hamalik Oemar, Pembelajaran
dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), hal. 2
[4] Hamalik Oemar, Dasar-dasar
Pengembangan Kurikulum (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008) hal.
11-12
[5]
Oemar, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum... , hal. 13-14
Tidak ada komentar:
Posting Komentar