KURIKULUM PENDIDIKAN
A. Pendahuluan
Kurikulum adalah sejumlah pengalaman pendidikan,
kebudayaan, sosial, olahraga, dan kesenian yang disediakan oleh sekolah bagi
murid-murid di dalam dan di luar sekolah dengan maksud menolongnya untuk
berkembang menyeluruh dalam segala segi dan merubah tingkah laku mereka sesuai
dengan tujuan-tujuan pendidikan.
Kurikulum mengandung atau terdiri atas
komponen-komponen:
1. Tujuan,
2. Isi
atau program,
3. Metode
atau proses belajar-mengajar,
4. Evaluasi.
Setiap komponen dalam kurikulum di atas saling
berkaitan, bukan masing-masing merupakan bagian integral dari kurikulum
tersebut. Komponen tujuan mengarahkan atau menunjukkan sesuatu yang hendak
dituju dalam proses pembelajaran.
Maka dalam makalah ini, kami akan menguraikan
tentang pengertian kurikulum pendidikan, jenis-jenis kurikulum pendidikan,
prinsip-prinsip kurikulum pendidikan islam, serta karakteristik kurikulum 2013
dan isi kurikulum pendidikan islam.
B.
Kurikulum Pendidikan
1.
Pengertian Kurikulum Pendidikan
a.
Secara
Etimologi
Kurikulum banyak di identikan dengan bahan
ajar yang selalu berubah dari periode ke periode. Kurikulim berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang
artinya pelari dan curere yang berarti tempat berpacu.
Dalam bahasa Arab, kata kurikulum biasa diungkapkan dengan manhaj yang
berarti jalan yang terang yang dilalui oleh manusia pada berbagai bidang
kehidupan. Sedangkan kurikulum pendidikan (manhaj
al-dirasah) dalam kamus tarbiyah adalah seperangkat perencanaan dan
media yang dijadikan acuan oleh lembaga pendidikan dalam mewujudkan
tujuan-tujuan pendidikan.
Maurice Dulton mendefinisikan kurikulum adalah
“sebagai pengalaman-pengalaman yang di dapatkan oleh pembelajaran dibawah naungan
sekolah”.[1]
Jadi, kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran
yang di tawarkan oleh lembaga pendidikan atau jurusan untuk mencapai tujuan
pendidikan.
b.
Secara
Terminologi
Kurikulum dapat ditafsirkan dalam pengertian yang berbeda-beda, dari
beberapa sumber yang ditemukan, kurikulum dapat dimaknai dalam tiga konteks,
yaitu kurikulum sebagai mata pelajaran, kurikulum sebagai pengalaman belajar,
dan kurikulum sebagai perencanaan program belajar.
Crow and Crow mendefinisikan kurikulum adalah “rancangan pengajaran atau sejumlah mata pelajaran yang disusun
secara sistematis untuk menyelesaikan suatu program untuk memperoleh ijazah”.[2]
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kurikulum adalah sejumlah mata
pelajaran yang harus ditempuh atau dipelajari siswa disekolah atau perguruan
tinggi untuk memperoleh ijazah tertentu.
2. Jenis-Jenis Kurikulum Pendidikan
Sebagaimana kita ketahui, dalam dunia pendidikan terdapat
berbagai macam jenis kurikulum pendidikan. Setiap jenis kurikulum, memiliki
pengertian dan pemahaman yang berbeda.
Jika
dilihat dari sudut guru pengembang kurikulum, dikenal jenis-jenis sebagai
berikut:
a. Open Curriculum (kurikulum
terbuka)
Dalam
kurikulum ini guru memiliki kebebasan untuk mengembangkan kurikulum sesuai
dengan keinginannya dan kemampuan yang dimilikinya.
b. Close Curriculum (kurikulum
tertutup)
Kurikulum yang
disediakan sudah ditentukan secara pasti mulai dari tujuan, materi metode dan
evaluasinya, sehingga guru tinggal melaksanakan apa adanya.
c. Guide Curriculum (kurikulum
terbimbing)
Kurikulum setengah terbuka dan
setengah tertutup. Rambu-rambu pengajar telah ditentukan dalam kurikulum, akan
tetapi guru masih dapat mengembangkan kurikulum tersebut lebih lanjut di dalam
kelas.
Nasution mendefinisikan berdasarkan
struktur mata pelajaran, jenis-jenis kurikulum pendidikan terbagi atas:
1.
Separate Subject
curriculum merupakan bahan pelajaran yang disajikan dalam
subjek/ mata pelajaran yang terpisah-pisah, yang satu lepas dari yang lain.
Dimana setiap mata pelajaran disusun secara terpisah antara yang satu dengan
yang lain dalam kurun waktu yang dibatasi dan dipegang oleh guru kelas, 2. Correlated Curriculum merupakan tiap
mata pelajaran mempunyai hubungan satu sama lain. Mata pelajaran dalam
kurikulum ini disajikan secara terpisah-pisah, tetapi mata pelajaran yang
memiliki kedekatan atau yang sejenis dikelompokkan, sehingga menjadi satu
bidang studi. Untuk memadukan antara pelajaran yang satu
dengan yang lainnya ditempuh dengan cara kolerasi sebagai berikut: a) Kolerasi
okasional, yaitu kolerasi yang diadakan sewaktu-waktu bila ada hubungannya, b) Kolerasi
etis, yaitu yang bertujuan untuk membentuk budi pekerti sebagai pusat pelajaran
diambil pendidikan agama atau budi pekerti, c) Kolerasi sistematis, yaitu
kolerasi ini disusun oleh guru sendiri, d) Kolerasi informal, yaitu kurikulum
ini dapat berjalan dengan cara beberapa guru saling bekerja sama, saling
meminta untuk mengkolerasikan antara mata pelajaran yang dipegang guru A dengan
mata pelajaran yang dipegang oleh guru B, e) Kolerasi formal, yaitu kurikulum
yang sudah direncanakan oleh guru dan tim secara bersama-sama, f) Kolerasi
meluas, merupakan fungsi dari beberapa budang studi yang memiliki ciri khas
yang sama dipadukan menjadi satu bidang studi, 3. Integrated
curriculum merupakan kurikulum yang disusun secara menyeluruh
untuk membahas suatu pokok masalah tertentu. Topik pembahasan ditentukan secara
demokratis antara peserta didik dengan guru. Ada
2 sifat yang membedakan integrated curriculum dengan kurikulum lainnya,
yaitu: a) Kurikulum ini menekankan pada nilai-nilai sosial. b) Struktur
kurikulum ini ditentukan oleh problem sosial dan perikehidupan sosial. Bentuk
kurikulum ini merupakan penghalusan dan penyederhanaan dari unsur-unsur
kebudayaan yang dimiliki oleh semua anggota masyarakat, hukum-hukum normatif,
dan lainnya.[3]
Jadi, setiap struktur
mata pelajaran, jenis-jenis kurikulum pendidikan dapat dibagi berdasarkan jenis kurikulum tersebut, sesuai dengan
peranannya masing-masing.
3.
Prinsip-prinsip
Kurikulum Pendidikan Islam
kurikulum pendidikan islam memiliki beberapa prinsip yang
mendasari terbentuknya kurikulum pendidikan islam tersebut, diantaranya:
a.
Prinsip
berdasarkan islam termasuk ajaran dan nilai-nilainya. Maka setiap yang
berkaitan dengan kurikulum, termasuk falsafah, tujuan-tujuan,
kandungan-kandungan, metode mengajar, cara-cara perlakuan, dan
hubungan-hubungan yang berlaku dalam lembaga-lembaga pendidikan hurus
berdasarkan pada agama dan akhlak islam.
b.
Prinsip mengarah kepada tujuan
Seluruh
aktivitas dalam kurikulum diarahkan untuk mencapai tujuan yang dirumuskan
sebelumnya.
c.
Prinsip
(integritas) antara mata pelajaran, pengalaman-pengalaman, dan aktivitas yang
terkandung di dalam kurikulum, begitu pula dengan pertautan antara kandungan
kurikulum dengan kebutuhan murid juga kebutuhan masyarakat.
d.
Prinsip relevansi
Adanya kesesuaian
pendidikan dengan lingkungan hidup murid, relevansi dengan kehidupan masa
sekarang dan akan datang, relevansi dengan tuntutan pekerjaan.
e.
Prinsip
fleksibelitas
Terdapat ruang gerak
yang memberikan sedikit kebebasan dalam bertindak , baik berorientasi pada fleksibelitas pemilihan program
pendidikan maupun dalam mengembangkan program pengajaran.
f.
Prinsip integritas
Kurikulum
tersebut dapat menghasilkan manusia seutuhnya, manusia yang mampu
mengintegrasikan antara fakultas dzikir dan fakultas pikir, serta manusia yang
dapat menyelaraskan struktur kehidupan dunia dan struktur kehidupan akhirat.
g.
Prinsip efisiensi
Agar kurikulum dapat
mendayagunakan waktu, tenaga, dana, dan sumber lain secara cermat, tepat, memadai
dan dapat memenuhi harapan.
h.
Prinsip kontinuitas dan kemitraan
Bagaimana
susunan kurikulum yang terdiri dari bagian yang berkelanjutan dengan
kaitan-kaitan kurikulum lainnya, baik secara vertikal (penjenjangan, tahapan)
maupun secara horizontal.
i.
Prinsip individualitas
Bagaimana
kurikulum memperhatikan perbedaan pembawaan dan lingkungan anak pada umumnya
yang meliputi seluruh aspek pribadi anak didik, seperti perbedaan jasmani,
watak inteligensi, bakat serta kelebihan dan kekurangannya.
j.
Prinsip kesamaan
memperoleh kesempatan, dan demokratis
Bagaimana kurikulum
dapat memberdayakan semua peserta didik memperoleh pengetahuan, keterampilan,
dan sikap diutamakan.
k.
Prinsip
kedinamisan
Agar kurikulum itu
tidak statis, tetapi dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
perubahan sosial.
l.
Prinsip
keseimbangan
Bagaimana kurikulum
dapat mengembangkan sikap potensi peserta didik secara harmonis.
m. Prinsip
evektivitas
Agar kurikulum dapat menunjang
efektivitas guru yang mengajar dan peserta didik yang belajar.[4]
Dari
uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam setiap prinsip kurikulum
pendidikan islam memiliki makna yang berbeda, tetapi tujuannya tetap satu,
yaitu untuk mengembangkan tujuan dan fungsi kurikulum sebagai mata pelajaran
yang harus ditempuh oleh peserta didik untuk memperoleh ijazah tertentu.
4. Karakteristik Kurikulum 2013 dan Isi Kurikulum
Pendidikan Islam
sebagaimana
yang telah ditetapkan oleh lembaga pendidikan yang berwenang dalam dunia
pendidikan, kurikulum 2013 memiliki karakteristik dan isi kurikulum pendidikan
Islam sebagai berikut:
a. Karakteristik
Kurikulum 2013
kurikulum 2013 itu
adalah usaha yang terpadu antara rekonstruksi kompetensi lulusan, dengan kesesuaian
dan kecukupan, keluasan dan kedalaman materi, revolusi pembelajaran
dan reformasi penilaian.
Adapun karakteristik
dari kurikulum 2013 tersebut adalah sebagai berikut:
1) Mengembangkan
keseimbangan antara pengemabangan sikap (keagamaan dan sosial), rasa ingin
tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik.
2)
Sekolah tidak terpisah dari masyarakat karena kurikulum
memberikan pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa
yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai
sumber belajar .
3)
Mengembangkan keterampilan menerapkan untuk setiap
pengetahuan yang dipelajari di kelas dalam berbagai situasi di sekolah dan
masyarakat sehingga memiliki kesempatan yang luas untuk menghilangkan
verbalisme.
4)
Sederhana dalam struktur kurikulum, dalam jumlah mata
pelajaran dan KD yang harus dipelajari peserta didik tetapi memberi waktu yang
cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap dan keterampilan.
5) Isi
kurikulum yaitu kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi Inti (KI) kelas
dan dirinci lebih lanjut dalam kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran.
6) Kompetensi Inti
(KI) bukan merupakan gambaran kategorial tetapi interaktif mengenai kompetensi
dalam aspek sikap, pengetahuan, dan ketrampilan (kognitif dan psikomotor) yang
harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata
pelajaran. Kompetensi Inti adalah kualitas yang harus dimiliki
seorang peserta didik untuk setiap kelas melalui pembelajaran KD yang
diorganisasikan dalam proses pembelajaran siswa aktif.
7)
Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang
dipelajari peserta didik untuk suatu tema di SD/MI, dan untuk materi pokok
suatu mata pelajaran di kelas tertentu di SMP/MTS, SMA/MA, SMK/MAK.
8)
Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar di jenjang
pendidikan dasar diutamakan pada ranah sikap sedangkan pada jenjang pendidikan
menengah berimbang dengan pada kemampuan intelektual (kemampuan kognitif
tinggi).
9) Kompetensi
Inti menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements) Kompetensi Dasar
dimana semua KD dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi
yang dinyatakan dalam Kompetensi Inti.
10) Kompetensi
Dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced)
dan memperkaya (enriched) antar mata pelajaran dan jenjang pendidikan
(organisasi horizontal dan vertikal).
11) Silabus
dikembangkan sebagai rancangan belajar untuk satu tema (SD/MI). Dalam silabus
tercantum seluruh KD untuk tema atau mata pelajaran di kelas tersebut. Setiap
tema terdiri atas beberapa sub-tema.[5]
Jadi, dalam
kurikulum 2013, guru dan siswa dituntut untuk aktif atau ikut berpartisipasi
dalam proses pembelajaran agar tujuan dari pendidikan tersebut dapat tercapai
sebagaimana mestinya.
b. Isi
Kurikulum Pendidikan Islam
Tidak hanya dalam kurikulum pendidikan nasional, dalam
kurikulum pendidikan islam, juga memiliki berbagai macam isi kurikulum yang
akan di bahas berikut ini.
Al-Ghazali
membagi isi kurikulum pendidikan islam menjadi empat kelompok dengan
mempertimbangkan jenis dan kebutuhan ilmu itu sendiri, yaitu:
1)
Ilmu-ilmu al-qur’an dan ilmu
agama. Misal: ilmu fiqh, as-sunnah, tafsir, dan sebagainya, 2) Ilmu-ilmu bahasa sebagai alat
untuk mempelajari al-qur’an dan ilmu agama, 3) Ilmu-ilmu yang fardu kifayah,
seperti ilmu kedokteran, matematika, industri, pertanian, teknologi, dan
sebagainya, 4) Ilmu-ilmu beberapa cabang ilmu filsafat.[6]
Jadi, dalam kurikulum pendidikan islam, tidak hanya
membahas tentang ke-Islaman saja, tetapi juga membahas seluruh aspek yang ada
dalam dunia pendidikan.
Isi kurikulum tersebut berpijak pada
klasifikasi ilmu pengetahuan dengan beberapa kelompok, yaitu sebagai berikut:
1) Ilmu
pengetahuan menurut kuantitas yang mempelajari
a)
Ilmu fardhu
‘ain, yaitu ilmu yang harus diketahui oleh setiap muslim yang bersumber
dari kitab Allah.
b)
Ilmu fardhu
kifayah, yaitu ilmu yang cukup dipelajari oleh sebagian orang muslim,
seperti ilmu yang berkaitan masalah duniawi, misalnya ilmu sihir, nujam, dan
perdukunan.
2) Ilmu
pengetahuan menurut fungsinya
a)
Ilmu tercela (madzmumah), yaitu ilmu yang tidak
berguna untuk masalah dunia dan masalah akhirat, serta mendatangkan kerusakan,
misalnya ilmu sihir, nujam, dan perdukunan.
b) Ilmu
terpuji (mahmudah), yaitu ilmu-ilmu agama yang dapat menyucikan jiwa dan
menghindarkan hal-hal yang buruk, serta ilmu yang dapat mendekatkan diri
manusia kepada Allah.[7]
Jadi, isi kurikulum
tersebut berpijak pada klasifikasi ilmu pengetahuan, sesuai dengan ilmu
pengetahuan menurut kuantitas yang mempelajari dan ilmu pengetahuan menurut
fungsinya, yang masing-masing memiliki bagiannya masing-masing.
C.
Penutup
1.
Simpulan
Dari
penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa kurikulum pendidikan dapat diartikan
kepada dua macam:
a. Sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau dipelajari siswa di
sekolah atau perguruan tinggi untuk memperoleh ijazah tertentu.
b.
Sejumlah
mata pelajaran yang ditawarkan oleh suatu lembaga pendidikan atau jurusan untuk mencapai tujuan pendidikan sesuai
dengan apa yang telah dirancang dan direncanakan sebelumnya.
2.
Saran
Penulis menyarankan agar pembaca lebih dapat memahami seluruh komponen yang
berkaitan dengan kurikulum pendidikan, serta dapat mengaplikasikannya dalam
dunia pendidikan sebagaimana mestinya. Agar tujuan dari pendidikan yang telah
dirancang dan ditetapkan sebelumnya, dapat tercapai sesuai apa yang ditargetkan
atau diharapkan.
Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam.
Implementasi-Kurikulum-2013-Final.pdf.
Mudlofir Ali, Aplikasi
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Bahan Ajar dalam
Pendidikan Agama Islam, 2011, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Nurhayati, (2012), Sumber
Jenis-jenis Kurikulum. (Online). Tersedia: www.slidershere.net/nurhayatiretnamasari/nurhayati-jenis-jenis-kurikulum.
(10 Sep 2012).
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, 2002, Kalam Mulia,
Jakarta.
Nova Riyanti Yusuf, 2012, Bunuh Diri dan Upaya Pencegahan,
(online), http://novariyantiyusuf.net/pelayanan-publik/konsultasi-online/item/116-bunuh-diri-dan-upaya-pencegahan, html (06 Juni 2014)
Islam Quest, 2010, Question, (online), http://www.islamquest.net/id/archive/question/fa4882, html (06 Juni 2014)
[1] Mudlofir Ali, Aplikasi
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Bahan Ajar dalam
Pendidikan Agama Islam (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011), hal. 2.
[3] Nurhayati,
(2012), Sumber Jenis-jenis Kurikulum. (Online). Tersedia: www.slidershere.net/nurhayatiretnamasari/nurhayati-jenis-jenis-kurikulum.
(10 Sep
2012)
[4]
Ramayulis, Ilmu
Pendidikan Islam… , hal. 161-162
[5]
Implementasi-Kurikulum-2013-Final.pdf
[6]
Bukhari Umar, Ilmu
Pendidikan Islam,hal. 174
Tidak ada komentar:
Posting Komentar