R1554 SKH

Minggu, 15 Juni 2014

PRASANGKA SOSIAL



PRASANGKA SOSIAL

A.    Pengertian Prasangka Sosial
Prasangka sosial merupakan sikap perasaan orang-orang terhadap golongan manusia tertentu, golongan rasa atau kebudayaan, yang berlainan dengan golongan orang yang berprasangka itu. Contoh mengenai prasangka sosial ialah attitude orang Jerman terhadap orang-orang keturunan Yahudi di negaranya, yang sudah lama terdapat di masyarakat Jerman, sejak akhir abad ke-19, dan yang memuncak pada zaman Jerman-Hitler dengan tindakan-tindakan yang bertujuan untuk meniadakan sama sekali golongan Yahudi di sana. Tindakan demikian menunjukkan adanya prasangka sosial pada orang-orang yang berbuat demikian.[1]
Jadi, prasangka sosial adalah suatu sikap negatif yang diperlihatkan oleh individu atau kelompok terhadap individu lain atau kelompok lain.[2]

B.     Hubungan Prasangka Sosial dengan Sikap
Sikap adalah suatu hal atau keadaan yang menentukan sifat dan hakikat perbuatan seseorang. Baik perbuatan yang dilakukan saat ini mupun perbuatan yang dilakukan masa  datang yang bertindak sesuai dengan perbuatan tersebut.
Sikap memiliki 3 macam aspek:
1.      Aspek kognitif, sikap yang berhubungan dengan gejala-gejala mengenai pikiran.
2.      Aspek afektif, aspek yang berwujud proses yang menyangkut perasaan-perasaan tertentu seperti: ketakutan, kedengkian, simpati, antipati, dan sebagainya yang ditujukan pada objek tertentu.
3.      Aspek konatif, aspek ini berwujud kecendrungan untuk berbuat sesuatu seperti kecenderungan memberi, kecenderungan menjauh dan lain sebagainya.

Dari uraian diatas prasangka sangat erat kaitannya dengan sikap seseorang. Karena prasangka merupakan pandangan dan perasaan-perasaan terhadap seseorang maupun kelompok yang menjadi objek prasangka tersebut. Prasangka sosial akan mempengaruhi tindakan dan sikap seseorang dalam berbagai hal dan prasangka sosial biasanya merupakan penilaian yang tidak objektif, dengan kata lain didasarkan pada penilaian yang tergesa-gesa.
C.    Stereo Type
Gambaran atau tanggapan tertentu mengenai sifat-sifat dan watak pribadi orang golongan lain yang bercorak negatif. Stereotip mengenai orang lain sudah terbentuk pada orang yang berprasangka sebelum ia mempunyai kesempatan untuk bergaul sewajarnya dengan orang-orang lain yang dikenakan prasangka itu. Stereotip biasanya terbentuk berdasarkan keterangan-keterangan yang kurang lengkap dan subjektif.
Contoh mengenai stereotip, misalnya gambaran orang Amerika Serikat berkulit putih di bagian selatan mengenai sifat dan watak orang Negro, dimana antara lain tercantum anggapan bahwa semua orang Negro itu bodoh, kurang ajar, dan tidak berkesusilaan. Peranan stereotip pada orang yang berprasangka itu sangat besar dalam pergaulan sosialnya dengan orang Negro itu. Stereotip menentukan sikapnya terhadap semua orang Negro, terlepas dari tingkat pendidikan, tingkat sosial-ekonominya, atau tingkat kebudayaannya.[3]

D.    Stigma
Stigma dalam kehidupan sosial memiliki makna yang menggambarkan ciri negatif yang melekat pada seseorang, biasanya karena faktor lingkungan atau perbuatan yang pernah dilakukannya sehingga di cap jelek oleh orang banyak misalnya bekas nara pidana dan anak nakal.



E.     Faktor Penyebab Prasangka Sosial
Prasangka timbul dari adanya norma sosial. Beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya prasangka.
1.      Orang berprasangka dalam rangka mencari kambing hitam. Misalnya: terjajah dan penjajah.
2.      Orang berprasangka, karena memang ia sudah dipersiapkan di dalam lingkungannya atau kelompoknya untuk berprasangka.
3.      Prasangka timbul karena adanya perbedaan, dimana perbedaan ini menimbulkan perasaan superior. Perbedaan disini bisa meliputi:
a.       Perbedaan phisik/biologis, ras.
Misal: Amerika Serikat dan Negro
b.      Perbedaan lingkungan/geografis.
Misal: orang kota dan orang desa.
c.       Perbedaan kekayaan.
Misal: orang kaya dan orang miskin.
d.      Perbedaan status sosial
Misal: majikan dan buruh.
e.       Perbedaan kepercayaan/agama.
f.       Perbedaan norma sosial.
4.      Prasangka timbul karena kesan yang menyakitkan atau pengalaman yang tak menyenangkan. Missal: bangsa yang dijajah dengan bangsa penjajah.
5.      Prasangka timbul karena adanya anggapan yang sudah menjadi pendapat umum atau kebiasaan di dalam lingkungan tertentu. Missal: orang selalu berprasangka terhadap status ibu tiri, atau anak tiri.[4]
F.     Cara Mengubah dan Cara Mengukur Prasangka Sosial
a.       Cara Mengubah Prasangka Sosial
Usaha mengubah prasangka sosial antar golongan harus dimulai pada didikan anak-anak di rumah dan di sekolah oleh orang tua dan gurunya. Dalam hal itu hendaknya dihindarkan pengajaran-pengajaran yang dapat menimbulkan prasangka-prasangka sosial tersebut dan ajaran-ajaran yang sudah berprasangka sosial. Tetapi juga penerangan-penerangan  yang menggunakan alat-alat komunikasi massa, seperti surat kabar, radio, film, televisi, dan lain-lain, mempunyai peranan besar dalam hal itu. Terutama penerangan yang memberi pengertian dan kesadaran mengenai sebab-sebab terjadinya, dipertahankannya, dan mengenai kerugian prasangka sosial bagi masyarakat sebagai keseluruhan dan bagi anggota-anggotanya.
Usaha menghilangkan/mengurangi prasangka :
1.      Usaha preventif: berupa usaha jangan sampai orang (kelompok) terkena prasangka. Menciptakan situasi atau suasana yang tentram, damai, jauh dari rasa permusuhan.melainkan dalam arti berlapang dada dalam bergaul dengan sesame manusia meskipun ada perbedaan.
2.      Usaha curatif: usaha menyembuhkan orang yang sudah terkena prasangka. Usaha di sini berupa usaha menyadarkan.[5]
b.      Cara Mengukur Prasangka
Prasangka sosial dapat diukur dengan cara mengevaluasi suatu kelompok/seseorang yang mendasarkan diri pada keanggotaan dimana seseorang tersebut menjadi anggotanya.
Kegiatan evaluasi meliputi 2 langkah yaitu mengukur dan menilai. Mengevaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, bagian mana dan untuk membuat sebuah keputuan.





                                          DAFTAR ISI
Dipl, Gerungan. Psikologi Sosial. PT Eresco. 1987. Bandung.
Abu, Ahmadi, dkk. Psikologi Sosial. Rineka Cipta. 1990. Semarang.
Google. com


[1] W. A. Gerungan Dipl, Psikologi Sosial (Bandung: PT Eresco, 1987) hal. 167
[2] Abu Ahmadi, dkk, Psikologi Sosial (Semarang: Rineka Cipta, 1990) hal. 212
[3] Gerungan, Psikologi Sosial… , hal. 168
[4] Abu ,Psikologi Sosial… , hal. 209-211
[5] Abu, Psikologi Sosial… , hal. 215-216

Tidak ada komentar:

Posting Komentar