1.
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Perubahan pada cuaca yang terjadi pada
belakangan ini telah mengakibatkan banyak hal. Hal itu tidak hanya mempengaruhi
pertanian yang bergantung pada musim, tapi juga menimbulkan berbagai jenis
penyakit.
Perubahan cuaca tersebut hanya satu contoh
dampak yang dilahirkan perubahan iklim global. Perubahan iklim global
tidak hanya terjadi di Indonesia, namun hampir di semua belahan bumi. Tetapi, perubahan iklim itu terjadi disebabkan hal
lain, yaitu pemanasan global.
B.
Rumusan Masalah
Pemanasan global (global warming) merupakan
pemicu terjadinya perubahan iklim di seluruh belahan Bumi, termasuk Indonesia.
“Apasih sebenarnya pemicu terjadinya pemanasan global saat ini?” dan “Dampak
apa saja yang ditimbulkan oleh pemanasan ini bagi Indonesia?”
C.
Tujuan
Penulisan
Secara umum tujuan penulisan makalah ini untuk
memenuhi tugas dari dosen Ir. Dewirman Putra, M. Si.
dan adapun
secara khusus yaitu :
1.
Untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman
penulis dan pembaca mengenai
pemanasan global dan Indonesia.
2.
Untuk memberikan serta menambah informasi dan
pengetahuan bagi penulis dan pembaca.
D.
Ruang
Lingkup
Adapun
ruang lingkup pembahasan makalah ini, yaitu :
1.
Apa itu pemanasan global (global warming)?
2.
Pengaruh global warming bagi Indonesia.
3.
Landasan hukum yang terkait dengan
pemanasan global.
4.
Upaya-upaya pencegahan pemanasan global.
E.
Metode
Penulisan
Metode yang penulis gunakan dalam penyusunan
makalah ini adalah metode kepustakaan yaitu mengambil materi pembelajaran dari
buku-buku dan internet.
II. PEMANASAN GLOBAL (GLOBAL WARMING)
A. Pengertian
Global Warming
Global Warming (Pemanasan Global) adalah proses
peningkatan suhu rata-rata, atmosfer, laut, dan dataran bumi. Suhu rata-rata
global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 oC(1.33
± 0.32 oF) atau dari 15oC menjadi 15.6oC
selama seratus tahun terakhir.
Hasil pengukuran yang
lebih akurat oleh Stasiun Meteorologi dan juga data pengukuran satelit sejak
tahun 1957, menunjukkan bahwa sepuluh tahun terhangat terjadi setelah tahun 1980,
tiga tahun terpanas terjadi setelah tahun1990. Intergovernmental Panel on Climate Change(IPCC)
menyim-pulkan bahwa, “sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak
pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya
konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia.”Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30
badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari
negara-negara G8. Akan tetapi, masih terdapat beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa kesimpulan yang
dikemukakan IPCC tersebut. Secara kuantitatif nilai perubahan temperatur
rata-rata bumi ini kecil tetapi dampaknya sangat luar biasa terhadap
lingkungan.
Meningkatnya suhu global ini mengakibatkan
terjadinya perubahan-perubahan seperti meningkatnya permukaan air laut ,
perluasan gurun pasir, punahnya flora dan fauna tertentu, pelelehan es di
kutub, dan sebagainya.
B. Penyebab
Global Warming
Pemanasan global disebabkan oleh beberapa
factor. Penyebab
utama pemanasan global adalah pembakaran bahan bakar fosil, seperti batu bara,
minyak bumi, dan gas alam yang melepas CO2 (karbon dioksida)
dan gas-gas lainnya seperti metana(CH4), N2O, belerang,
dan CFC. Pelepasan gas-gas tersebut telah menyebabkan munculnya fenomena yang
disebut dengan efek rumah kaca( Green House Effect)[1].
Beberapa penyebab
pemanasan global, yaitu:
1. Efek Rumah Kaca
Efek rumah kaca terjadi
karena akibat polusi industri dari pembakaran minyak dan gas bumi, juga
terjadinya kerusakan hutan akibat tujuan komersial yang berlebihan, kadar CO2
atmosfer meningkat dan menciptakan apa yang disebut pengaruh rumah kaca[2].
Efek rumah kaca ini sangat
dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di bumi, karena tanpanya planet
ini akan menjadi sangat dingin. Dengan temperatur rata-rata sebesar 15 °C (59
°F), bumi sebenarnya telah lebih panas 33 °C (59 °F) dari temperaturnya semula,
jika tidak ada efek rumah kaca suhu bumi hanya -18 °C sehingga es akan menutupi
seluruh permukaan Bumi. Akan tetapi sebaliknya, apabila gas-gas tersebut telah
berlebihan di atmosfer akan meng-akibatkan pemanasan
global.
2. Efek Umpan Balik
Umpan balik ini
meningkatkan kandungan air absolut di udara, kelembaban
relatif udara hampir konstan
atau bahkan agak menurun karena udara menjadi menghanga.Umpan balik ini hanya
berdampak secara perlahan-lahan karena CO2 memiliki usia yang panjang
di atmosfer.
Efek umpan balik karena
pengaruh awan. Bila dilihat dari bawah, awan akan memantulkan kembali
radiasi infra merah ke permukaan, sehingga akan meningkatkan efek pemanasan.
Sebaliknya bila dilihat dari atas, awan tersebut akan memantulkan sinar matahari
dan radiasi infra merah ke angkasa, sehingga meningkatkan efek pendinginan.
Untuk mengetahui efek netto-nya menghasilkan pemanasan atau
pendinginan hal tersebut tergantung pada tipe dan ketinggian awan tersebut. Hal ini sulit direpresentasikan dalam model
iklim, karena awan sangat kecil bila dibandingkan dengan jarak antara
batas-batas komputasional dalam model iklim (sekitar 125 hingga 500 km untuk
model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat). Walaupun demikian,
umpan balik awan berada pada peringkat dua bila dibandingkan dengan umpan balik
uap air dan dianggap positif (menambah pemanasan) dalam semua model yang
digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat.
Umpan balik penting
lainnya adalah hilangnya kemampuan memantulkan cahaya (albedo) oleh es.Ketika
temperatur global meningkat, es yang berada di dekat kutub mencair dengan
kecepatan yang terus meningkat. Umpan balik positif akibat terlepasnya CO2dan
CH4 dari melunaknya tanah beku (permafrost)adalah mekanisme lainnya
yang berkontribusi terhadap pemanasan. Selain itu, es yang meleleh juga akan
melepas CH4 yang juga menimbulkan umpan balik positif.
3.
Peternakkan
Beberapa jenis gas rumah
kaca bertanggung jawab langsung ter-hadap pemanasan yang kita
alami dan manusialah kontributor terbesar dari terciptanya gas-gas rumah kaca
tersebut. Kebanyakan dari gas rumah kaca ini dihasilkan oleh peternakan,
pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor, pabrik-pabrik modern,
pembangkit tenaga listrik serta pembabatan hutan.
Menurut Laporan PBB
tentang peternakan dan lingkungan yang diterbitkan pada tahun 2006
mengungkapkan bahwa, "industri peternakan adalah penghasil emisi gas rumah
kaca yang terbesar (18%), jumlah ini lebih banyak dari gabungan emisi gas rumah
kaca seluruh transportasi di seluruh dunia (13%). Hampir seperlima (20%) dari emisi karbon berasal dari peternakan. Jumlah
ini melampaui jumlah emisi gabungan yang berasal dari semua kendaraan di dunia.
Sektor peternakan telah
menyumbang 9 persen karbon dioksida, 37 persen gas metana (mempunyai efek
pemanasan 72 kali lebih kuat dari CO2 dalam jangka 20 tahun, dan 23 kali dalam
jangka 100 tahun), serta 65 persen dinitrogen oksida (mempunyai efek pemanasan
296 kali lebih lebih kuat dari CO2). Peternakan juga menimbulkan 64 persen
amonia yang dihasilkan karena campur tangan manusia sehingga mengakibatkan
hujan asam.
Peternakan juga telah
menjadi penyebab utama dari kerusakan tanah dan polusi air. Saat ini peternakan
menggunakan 30 persen dari permukaan tanah di bumi, dan bahkan lebih banyak
lahan serta air yang digunakan untuk menanam makanan ternak.
Menurut laporan Bapak
Steinfeld, pengarang senior dari Organisasi Pangan dan Pertanian, Dampak Buruk
yang Lama dari Peternakan - Isu dan Pilihan Lingkungan (Livestock's Long
Shadow-Environmental Issues and Options), peternakan adalah penggerak utama
dari penebangan hutan. kira-kira 70 persen dari bekas hutan di Amazon telah
dialih-fungsikan menjadi ladang ternak.
Dalam laporan yang
dikeluarkannya tahun 2001, (IPCC) Inter-governmental
Panel on Climate Change menyimpulkan bahwa
temperatur udara global telah meningkat 0,6 derajat Celsius (1 oF) sejak 1861. Panel setuju bahwa pemanasan tersebut
terutama disebabkan oleh aktivitas manusia yang menambah gas-gas rumah kaca ke
atmosfer.
Jika emisi gas rumah kaca
terus meningkat, para ahli memprediksi konsentrasi karbondioksioda di atmosfer
dapat meningkat hingga tiga kali lipat pada awal abad ke-22. Akibatnya, akan terjadi perubahan iklim secara dramatis.
Walaupun sebenarnya peristiwa perubahan iklim ini telah terjadi beberapa kali
sepanjang sejarah Bumi, manusia akan menghadapi masalah ini dengan risiko
populasi yang sangat besar.
C. Dampak Global Warming
Dampak pemanasan global
yang terjadi di setiap Negara berbeda karena faktanya iklim di setiap Negara
berbeda yaitu terdiri dari tropik dan subtropik. Di daerah subtropik dampak pemanasan global
terutama terjadi pada perubahan suhu yang makin ekstrim saat musim panas dan
musim dingin. Sedangkan di daerah tropik terutama berpengaruh terhadap
pergesiran musim serta meningkatnya kasus wabah penyakit. Dampak yang dirasakan
Negara kepulauan adalah ancaman berkurangnya panjang garis pantai akibat meningkatnya permukaan air
laut karena mencairnya lapisan es di kutub.
Dampaknya beragam, seperti dampak terhadap
cuaca, tinggi muka laut, pertanian, flora dan fauna, dan kesehatan manusia.
1.
Cuaca
Para ilmuan memperkirakan
bahwa selama pemanasan global, daerah bagian Utara dari belahan Bumi Utara (Northern
Hemisphere) akan memanas lebih dari daerah-daerah lain di Bumi. Akibatnya,
gunung-gunung es akan mencair dan daratan akan mengecil. Akan lebih sedikit es
yang terapung di perairan Utara tersebut. Musim tanam akan lebih panjang di
beberapa area. Temperatur pada musim
dingindan malam hari akan
cenderung untuk meningkat.
Daerah hangat akan menjadi
lebih lembab karena lebih banyak air yang menguap dari lautan. Kelembaban yang
tinggi akan meningkatkan curah hujan, secara rata-rata, sekitar 1 persen
untuk setiap derajat Fahrenheit pema-nasan (Curah hujan di
seluruh dunia telah meningkat sebesar 1 persen dalam seratus tahun terakhir
ini). Badai akan menjadi lebih sering. Selain itu, air akan
lebih cepat menguap dari tanah. Akibatnya beberapa daerah akan menjadi lebih
kering dari sebelumnya. Angin akan bertiup lebih kencang dan mungkin dengan
pola yang berbeda. Topan badai (hurricane) yang memperoleh kekuatannya
dari penguapan air, akan menjadi lebih besar. Pola cuaca menjadi tidak
terprediksi dan lebih ekstrim.
2.
Peningkatan Permukaan Laut
Global warming akan mencairkan banyak es di
kutub. Akibatnya, Tinggi muka laut di
seluruh dunia telah meningkat 10-25 cm (4-10 inchi) selama abad ke-20 dan
para ilmuan IPCC memprediksi pening-katan lebih lanjut 9-88 cm
(4-35 inchi) pada abad ke-21.
Ketika tinggi lautan
mencapai muara sungai, banjir akibat air pasang akan meningkat di daratan.
Negara-negara kaya akan menghabiskan dana yang sangat besar untuk melindungi
daerah pantainya, sedangkan negara-negara miskin mungkin hanya dapat melakukan
evakuasi dari daerah pantai. Kenaikan tinggi permukaan laut akan
sangat mempengaruhi ekosistem pantai.
Menurut perhitungan para ahli IPCC,”kenaikan
100cm permukaan laut akan menenggelamkan 6% daerah Belanda, 17,5% daerah
Bangladesh, dan ribuan pulau kecil di Indonesia akan tenggelam.”
Akibat yang ditimbulkan peningkatan air laut,
yaitu:
a)
Meningkatnya frekuensi dan intensitas banjir.
b)
Perubahan arus laut dan meluasnya kerusakan
mangrove.
c)
Meluasnya intrusi air laut.
d)
Ancaman terhadap kegiatan sosial-ekonomi
masyarakat pesisir.
e)
Berkurangnya luas daratan atau hilangnya
pulau-pulau kecil.
3.
Pertanian
Bumi yang hangat akan menghasilkan banyak
makanan dari sebelumnya, tetapi hal tersebut tidak sama beberapa tempat.
Mungkin ada yang mendapat keuntungan dari lebih tingginya curah hujan dan lebih lamanya masa tanam.
Di lain pihak, daerah pertanian gurun yang menggunakan air irigasi dari
gunung-gunung yang jauh dapat menderita jika snowpack (kumpulan
salju) musim dingin, yang berfungsi sebagai reservoir alami, akan mencair
sebelum puncak bulan-bulan masa tanam. Tanaman pangan dan hutan dapat mengalami
serangan serangga dan penyakit yang lebih hebat.
4.
Gangguan Ekologis
Hewan dan tumbuhan menjadi
makhluk hidup yang sulit menghindar dari efek pemanasan ini karena sebagian
besar lahan telah dikuasai manusia. Dalam pemanasan global, hewan cenderung
untuk bermigrasi ke arah kutub atau ke atas pegunungan. Tumbuhan akan mengubah
arah pertumbuhannya, mencari daerah baru karena habitat lamanya menjadi terlalu
hangat. Beberapa tipe spesies yang tidak mampu secara cepat berpindah menuju
kutub mungkin juga akan punah.
5.
Kesehatan Manusia
Perubahan cuaca dan
lautan dapat mengakibatkan munculnya penyakit-penyakit yang berhubungan
dengan panas (heat stroke) dan kematian. Temperatur yang panas juga dapat
menyebabkan gagal panen sehingga akan muncul kelaparan dan malnutrisi. Perubahan cuaca yang ekstrem dan peningkatan permukaan
air laut dapat menyebabkan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan bencana
alam (banjir, badai dan kebakaran) dan kematian akibat trauma. Timbulnya
bencana alam biasanya disertai dengan perpindahan penduduk ke tempat-tempat
pengungsian dimana sering muncul penyakit, seperti: diare, malnutrisi, defisiensi
mikronutrien, trauma psikologis,
penyakit kulit, dan lain-lain.
Pergeseran ekosistem dapat memberi dampak pada penyebaran penyakit
melalui air maupun penyebaran penyakit melalui vektor (vector-borne diseases). Seperti meningkatnya kejadian Demam Berdarah karena munculnya ruang (ekosistem) baru untuk nyamuk ini berkembang biak. Ditambah pula
dengan polusi udara hasil emisi gas-gas pabrik yang tidak terkontrol
selanjutnya akan berkontribusi terhadap penyakit-penyakit saluran pernafasan
seperti asma, alergi, penyakit jantung dan paru kronis, dan lain-lain.
III. PENGARUH
GLOBAL WARMING BAGI INDONESIA
Pemanasan global yang bermuara pada perubahan
iklim khususnya di negara kita
sungguh memiliki dampak yang sangat serius. Indonesia mulai merasakan dampak
pemanasan global yang dibuktikan dari berbagai perubahan iklim maupun bencana
alam yang terjadi. Pemanasan tersebut bisa mengakibatkan kemarau panjang,
banjir, merosotnya produktivitas pertanian, tenggelamnya pulau dan mewabahnya
malaria.
A.
Dampak
Pemanasan Global bagi Negara Kita
1. Perubahan
Iklim
a. Peningkatan
temperatur bumi
IPCC mengatakan bahwa kenaikan
suhu Bumi periode 1990-2005 antara 0,15-0,13 oC, jika kondisi
ini dibiarkan maka diprediksikan periode 2050-2070 suhu Bumi akan naik pada
kisaran 4,2oC.
b. Kenaikan
suhu udara
Peningkatan suhu juga diperkirakan membuat
musim kemarau Indonesia semakin panjang dan memunculkan bencana kekeringan
sehingga gagal panen, krisis air bersih, dan kebakaran hutan. Sebaliknya musim
hujan semakin pendek, tapi dengan curah semakin tinggi sehingga bisa
menyebabkan banjir. Dari BMG menyebutkan, februari 2007 merupakan periode
dengan intensitas curah hujan tertinggi selama 30 tahun terakhir di Indonesia.
Di awal tahun 2010 ini
beberapa daerah bagian barat Indonesia diterpa badai yang besar seperti daerah
Jawa Timur yang mengakibatkan banyak rumah yang hancur dan pohon-pohon tumbang
sehingga mengakibatkan aliran listrik terhenti.
Pengaruh kenaikan suhu
udara rata-rata secara global sangat berpengaruh terhadap terjadinya
kekeringan. Kekeringan selain berdampak terhadap lahan pertanian dan vegetasi
juga menye-babkan mudahnya terjadi kebakaran hutan. Kekeringan juga te-lah
mengubah habitat lingkungan. Banyak kawasan rawa dan -danau yang mengering,
hutan lebat merubah menjadi hutan -biasa, hutan biasa menjadi sabana dan sabana
menjadi semak belukar.
2. Pertanian
a.
Mengubah pola presipitasi, penguapan, air
limpasan, dan kelembaban tanah.
b.
Risiko terjadinya ledakan hama dan penyakit
tanaman.
c.
Terancamnya ketahanan pangan
Ketahanan pangan adalah salah satu
titik perhatian kita sebab kelangsungan Negara ini bertumpu pada ketersediaan
padi disamping alternatif bentuk pangan lain seperti umbi-umbian dan
biji-bijian. Misalnya, di Jawa Tengah produksi padi dari 8.729.291 ton (2006)
menjadi 8.378.854 ton (2007), penurunan sebesar 350.436 ton.
3. Kelautan
a.
Naiknya permukaan air laut (bisa menenggelamkan
daerah pesisir yang produktif).
Kenaikan permukaan air laut dapat
menyebabkan semakin meluasnya daerah yang terkena banjir. “Tanpa
adanya upaya pencegahan maka kita akan kehilangan 2.000 pulau karena air laut
akan naik pada ketinggian 90 cm. Tadinya kita memiliki 17.504 pulau tapi
kini tinggal 17.480 pulau.” (sumber : kompas.com)
Pemanasan air laut yang mempengaruhi
keanekaragaman hayati laut. Peningkatan
jenis penyakit yang dibawa melalui air dan vektor. Pemanasan global dan perubahan iklim
menyebabkan munculnya penyakit-penyakit. Penyakit yang paling jelas terlihat
seperti penyakit demam berdarah, diare, malaria, kolera, dan virus.
4. Flora
dan Fauna
a.
Terjadinya perubahan habitat.
b.
Kepunahan pada flora maupun fauna.
Adanya penebangan liar (illegal logging),
pengalihan fungsi lahan, eksploitasi hutan yang berlebihan, dan akibat dari
bencana-bencana alam. Akibatnya flora maupun fauna berkurang karena tempat
mereka dialih fungsikan. Bagi hewan yang tidak bisa ber-adaftasi dengan
lingkungan baru maka akan punah dan sebaliknya.
5.
Pertahanan dan Keamanan
Indonesia
yang memiliki posisi strategis yang berada di persilang-an dunia dapat menjadi
suatu kerawanan. Sehingga, bila terjadi per-pindahan penduduk akibat bencana
alam, maka beberapa tempat di ke-pulauan Indonesia dapat menjadi tujuan
migrasi. Benca alam pun ter-kadang menyebabkan di beberapa daerah di Indonesia
terjadi pemadaman listrik. Jika, hal ini terus terjadi maka akan mengganggu
kestabilan/keamanan Negara.
B. Kerangka Hukum Pencegahan Pemanasan Global
Terdapat beberapa kelompok
yang menyuarakan keinginan kembali ke alam untuk menyelamatkan Bumi.Kerjasama
internasional telah dilakukan di tahun 1992, pada Earth
Summit di Rio
de Janeiro, Brazil, 150 negara berikrar untuk menghadapi masalah gas rumah
kaca. Pada tahun 1997 Conference of Parties to UNFCCC di Jepang, 160 negara merumuskan persetujuan yang lebih kuat yang
dikenal dengan Protokol Kyoto. Pada tahun 2007 di Nusa Dua Bali,
Indonesia diadakan pertemuan UNFCCC kembali.
Saat ini Indonesia telah meletakkan beberapa
institusi hukum yang terkait dengan pemanasan global seperti :
1. UU No.23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
2. UU No.26 Tahun 2007 Tentang Penataan
Ruang.
3. UU No.30 Tahun 2007 Tentang Energi.
4. UU 27
Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil.
5. Peraturan
Pemerintah No.59 Tahun 2007 Tentang Panas Bumi.
6. Peraturan
Pemerintah No.58 Tahun 2007 Tentang Perubahan Atas PP
No.35 Tahun 2002 Tentang Dana Reboisasi.
7. PP No.6
Tahun 2007 Tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana
Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan.
8. UU No.18
Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah.
Di beberapa daerah juga terdapat peraturan yang
terkait dengan pemanasan global seperti: Perda Kabupaten Lampung Barat No.18
tahun 2004 tentang Pengelolaan SDM dan Lingkungan Hidup Berbasis Masyarakat.
Perda Kabupaten Lampung Timur No.3 Tahun 2002 tentang Rehabilitasi Pesisir,
Pantai, dan Laut dalam Wilayah Kabupaten Lampung Timur.
Pencegahan pemanasan global harus mengedepankan
aspek sinergitas dari institusi hukum internasional, institusi hukum nasional,
dan institusi hukum di daerah.
C. Pencegahan Pemanasan Global
Tahun 2009 menjadi tahun yang penting bagi
bangsa Indonesia yang rentan terhadap perubahan iklim. Sepanjang tahun 2009,
telah diadakan serangkaian perundingan internasional untuk menetapkan
kesepakatan baru mengenai penanggulangan perubahan iklim. Perundingan diawali di Born, Jerman pada 29
Maret-8 April
yang diakhiri pada bulan Desember di Kopenhagen, Denmark.
Hari Bumi 2009 pada 22 April dijadikan momentum
lahirnya Green Generation Campaign (Kampanye Generasi Hijau). Prinsip Green
Generation yaitu memperjuangkan bebas emisi gas rumah kaca (GRK) pada masa
mendatang dengan menggunakan energi ramah lingkungan yang menggantikan bahan
bakar fosil seperti BBM dan batu bara.
Usaha-usaha praktis dan sederhana untuk
‘mendinginkan’ Bumi, seperti :
1. Mematikan
listrik antara di dua titik pada pukul 17.00 s/d 22.00
2. Ganti
bola lampu ke jenis CFL.
3. Hemat
energy dengan cara selektif menggunakan peralatan elektronik.
4. Kurangi pemakaian
mobil/kendaraan pribadi
5. Kurangi
pemakaian kemasan plastik
6. Hemat
penggunaan kertas
7. Memilih
dan mengelola sampah rumah tangga
8. Menanam
pohon di halaman rumah
9. Jemur
pakaian di luar
IV. PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pemanasan global (global warming) adalah adanya
proses peningkatan suhu rata-rata, atmosfer, laut, dan daratan Bumi. Hal ini
diakibatkan oleh akumulasi dari emisi buangan ke udara berupa gas-gas CO2,
CFC, metana, dan lain-lain yang menyebabkan efek rumah kaca dan menipisnya
lapisan ozon akibat pencemaran yang mengakibatkan radiasi matahari yang
memanasi Bumi tanpa atau hanya sedikit terfilter oleh lapisan ozon.
Perubahan iklim terjadi hampir di semua belahan
Bumi, termasuk Indonesia. Indonesia mulai merasakan dampak pemanasan global
yang di-buktikan dari berbagai perubahan iklim maupun bencana alam yang
terjadi.
Di Indonesia bencana alam banyak terjadi akibat
kesadaran masyarakat yang lemah, seperti pembalakan liar, kebakaran hutan, dan
pembuangan CO2. Agar bencana alam dapat diminimalisir diperlukan
sinkronisasi antara pemerintah, dunia usaha, dan individu.
Dampak yang dirasakan oleh negara Indonesia,
seperti :
1. Perubahan
iklim
2. Pertanian
3. Kelautan
4. Flora dan fauna
5. Pertahanan dan keamanan
B. Saran
Pemanasan global ini sangat berpengaruh
terhadap kelangsungan hidup di Bumi. Kita sebagai generasi muda khususnya bisa
menjaga Bumi ini karena masa depan kita, masa depan anak cucu kita sangat
tergantung kepada bagaimana kita menjaga dan melestarikan lingkungan. Semoga
kita akan lebih sadar dan peduli bagaimana menjaga kelestarian alam dan
lingkungan, mulai dari lingkungan terdekat dengan cara menggunakan
produk-produk yang ramah lingkungan dan hal bermanfaat lainnya terhadap
lingkungan.
Mulailah dari diri kita
sendiri, masyarakat dan bangsa kita tidak akan berubah dan pada akhirnya semua
manusia di Bumi tidak juga berubah kalau tidak ada yang memulainya. Mari
kita mulai dari sekarang juga.
DAFTAR PUSTAKA
Wirakusumah, Sambas. 2004. Dasar-dasar
Ekologi Menopang Pengetahuan Ilmu-ilmu Lingkungan. Jakarta: UIP
[2] Sambas Wirakusumah, Dasar-dasar Ekologi Menopang Pengetahuan Ilmu-ilmu
Lingkungan (Jakarta: UIP, 2003),
hal. 9
Tidak ada komentar:
Posting Komentar