BAB II
PEMBAHASAN
PSIKOLOGI SOSIAL
A.
Pengertian
Psikogi Sosial
Ditinjau dari segi ilmu bahasa perkataan psikologi merupakan naturalisasi
dari kata psychology. Psikologi berasal dari kata psyche yang di artikan dengan
jiwa, dan perkataan logos yang di artikan ilmu pengetahuan (science), sehingga
dengan demikian perkataan psikologi di artikan sebagai ilmu pengetahuan
mengenai jiwa.Hal ini membuktikan bahwa di dalam perkataan ‘jiwa’ itu
terkandunglah beberapa sifat-sifat dari kebatinan manusia. Kalau kita hendak
mencari artinya yang pokok atau yang umum maka bolehlah perkataan jiwa iti di
artikan sebagai kekuatan yang menjadi penggerak jiwa manusia.
Psikologi sosial merupakan perkembangan ilmu pengetahuan yang baru,dan
merupakan cabang dari ilmu pengetahuan psikologi pada umumnya. Ilmu tersebut
menguraikan tentang kegiatan-kegiatan manusia dalam hubungannya dengan
situasi-situasi sosial, seperti situasi kelompok, situasi massa dan termasuk di
dalamnya interaksi antar orang dan hasil kebudayaannya.
Psikolgi Sosial Menuut Para Ahli:
1. Hartley dan Hartley ( 1961: 1) memberikan defenisi mengenai psikologi
sosial bahwa perilaku individu dalam konteks interaksi sosial. Interaksi sosial
adalah di mana adanya hubungan antara individu Satu dengan yang lain, atau
adanya situasi sosial
2. Myers (1983: 4) mengemukakan
pendapat bahwa psikologi sosial adalah bagaimana seseorang berpikir, pengaruh
dan berhubungan dengan orang lain.
3. Panitia istilah paidagogik yang tercantum dalam kamus paidagogik: psikologi
sosial adalah ilmu jiwa yang mempelajari gejala-gejala psikis pada massa,
bangsa, golongan, masyarakat dan sebagainya.
4. Kimbal Young (1956), psikologi sosial adalah studi tentang proses interaksi
individu manusia.
5. Joseph E. Mc. Grath (1965), psikologi sosial adalah ilmu pengetahuan yang
menyelidiki tingkah laku manusia sebagaimana dipengaruhi oleh kehadiran,
keyakinan, tindakan dan lambang-lambang dari orang lain.
6. Gordon W. Allport (1968), psikologi sosial ilmu pengetahuan yang berusaha
mengerti dan menerangkan bagaimana pikiran, perasaan, dan tingkah laku individu
dipengaruhi oleh kenyataan, imajinasi, atau kehadiran orang lain.
7. Krech, Crutchfield dan Ballachey (1962), psikologi sosial adalah ilmu yang
mempelajari tingkah laku individu didalam masyarakat.
8. W. A. Gerungan, ilmu jiwa adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari
dan menmyelidiki pengalaman dan tingkah laku individu manusia seperti yang
dipengaruhi atau ditimbulkan oleh situasi-situasi sosial.
9. Roueck dan Warren dalam bukunya “sociology” mendefinisikan, psikologi sosial
adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari segi-segi psikologis daripada tingkah
laku manusia, yang dipengaruhi oleh interaksi sosial.
10. Sherif dan sherif dalam bukunya “an aotline of social psycology” memberikan
definisi, social psychology is the behavior of the the individuals in relation
to social stimulus situation.
11. A. M. Chrus dalam bukunya “grondslagen der social psikologi” merumuskan,
psikologi sosial ialah ilmu pengetahuan yang mempelajari prilaku individu
manusia sebagai anggota masyakat.
12. Hubert Bonner dalam bukunya “social psychology” mengatakan, psikologi
sosial adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia.
Dari rumusan-rumusan tersebut diatas dapat di simpulkan
bahwa :
Psikologi sosial adalah suatu studi ilmiah tentang tingkah laku
individu-individu dalam hubungannya dengan situasi sosial.
B.
Sejarah Psikogi Sosial
Psikologi sosial menjadi satu ilmu yang mandiri
baru sejak tahun 1908. Pada tahun itu ada dua buku teks yang terkenal
yaitu "Introduction to Social Psychology" ditulis olehWilliam
McDougall - seorang psikolog - dan "Social Psychology : An
Outline and Source Book , ditulis oleh E.A. Ross -
seorang sosiolog. Berdasarkan latar belakang penulisnya maka dapat dipahami
bahwa psikologi sosial bisa di"claim" sebagai bagian dari psikologi,
dan bisa juga sebagai bagian dari sosiologi.
Publikasi lain yang dianggap fenomenal dalam
kelahiran psikologi sosial adalah tulisan dari Floyd
Allport pada tahun 1924. Dalam tulisannya Allport terlihat berorientasi modern,
setidaknya dalam padangan saat ini. Argumentasinya terbukti bahwa tingkah laku
sosial berakar dari berbagai faktor, mulai dari kehadiran orang lain hingga
penggunaan metode eksperimental untuk penelitian psikologi sosial. Ia juga
mengangkat isu yang ternyata di kemudian hari masih diperbincangkan dan
didiskusikan misalnya konformitas dan emosi seseorang yang terlihat dari
ekspresi wajah.
Tokoh lain yang berpengaruh pada perkembangan
psikologi adalah Kurt Lewin. Lewin dengan Teorinya field Theori (teori
lapangan) mengembangkan bagaimana perilaku terbentuk. Dia
memberikan rumusan teoritis B = f (P,E). Tingkah laku (B: Behavioral) merupakan
hasil dari fungsi (f) individu (P) dan lingkungan (E: Environment).
Psikologi sosial juga merupakan pokok bahasan
dalam sosiologi karena dalam sosiologi dikenal ada dua perspektif utama, yaitu
perspektif struktural makro yang menekankan kajian struktur sosial, dan
perspektif mikro yang menekankan pada kajian individualistik dan psikologi
sosial dalam menjelaskan variasi perilaku manusia.. Di Amerika disiplin ini
banyak dibina oleh jurusan sosiologi - di American Sociological
Association terdapat satu bagian yang dinamakan "social
psychological section", sedangkan di Indonesia, secara formal
disiplin psikologi sosial di bawah binaan fakultas psikologi, namun dalam
prakteknya tidak sedikit para pakar sosiologi yang juga menguasai disiplin ini
sehingga dalam berbagai tulisannya, cara pandang psikologi sosial ikut
mewarnainya
Tahun 1970 dan 1980-an merupakan puncak masa
pendewaan psikologi sosial. Ragam topik penelitiannya juga meluas. Misalnya,
kita temui atribusi, sikap, perbedaan geder, psikolgi lingkungan, psikologi
politik dan masih banyak lagi yang lainnya.
Di masa depan, penelitian akan mengarah pada kognisi
dan penerapan psikologi sosial dengan menggunakan perfektif kebudayaan. Faktor
kognisi berupa atribusi, sikap, stereotip, prasangka
dan disonansi kognitif (Baron dan Byrne, 1994; Glassman dan Hadd, 2004) adalah
dasar dari tingkah laku sosial manusia. Ketertarikan untuk mengembangkan faktor
ini dalam psikologi sosial berkembang pada tahun 1970-an. Perpektif kebudayaan
dan sosial sebagai tingkat analisis utama. Hal ini terlihat pada perkembangan
identitas sosial, representasi sosial dan sebagainya.
Kelahiran psikologi di
Indonesia menjadi awal dari keberadaan psikologi sosial di Indonesia. Diawali
dengan munculnya bagian psikologi sosial di fakultas psikologi di Universitas
Indonesia pada tahun 1967. Kelahirannya di Indonesia bersamaan dengan masa-masa
berkembangnya psikologi sosial di dunia. Selanjutnya, ditahun yang sama,
fakultas psikologi Universitas Indonesia mengembangkan bagian psikologi sosial
yang kemudian menghasilkan para peneliti-peneliti awal psikologi sosial di
Indonesia.
Psikologi sosial merupakan perkembangan ilmu pengetahuan
yang baru dan merupakan cabang dari ilmu pengetahuan psikologi pada umumnya.
Ilmu tersebut menguraikan tentang kegiatan-kegiatan manusia dalam hubungannya
dengan situasi-situasi sosial. Dari berbagai pendapat tokoh-tokoh tentang
pengertian psikologi sosial dapat disimpulkan bahwa psikologi sosial adalah
suatu studi ilmiah tentang pengalaman dan tingkah laku individu-individu dalam
hubungannya dengan situasi sosial.
Sedangkan latar belakang timbulnya psikologi
sosial, banyak beberapa tokoh berpendapat, semisal, Gabriel Tarde mengatakan,
pokok-pokok teori psikologi sosial berpangkal pada proses imitasi sebagai dasar
dari pada interaksi sosial antar manusia. Berbeda lagi dengan Gustave Le Bon,
bahwa pada manusia terdapat dua macam jiwa yaitu jiwa individu dan jiwa massa
yang masing-masing berlainan sifatnya.
Jiwa massa lebih bersifat primitif (buas,
irasional, dan penuh sentimen) dari pada sifat-sifat jiwa individu. Berlaianan
dengan Le Bon, Sigmund Freud berpendapat bahwa jiwa massa itu sebenarnya sudah
terdapat dan tercakup oleh jiwa individu, hanya saja sering tidak disadari oleh
manusia itu sendiri karena memang dalam keadaan terpendam. Dan masih banyak
lagi tokoh-tokoh yang berpendapat dalam buku yang mempunyai pengaruh terhadap
perkembangan psikologi sosial.
Pada tahun 1950 dan 1960 psikologi sosial tumbuh
secara aktif dan program gelar dalam psikologi dimulai disebagaian besar
universitas . Dasar mempelajari psikologi sosial berdasarkan potensi –potensi
manusia, dimana potensi ini mengalami proses perkembangan setelah individu itu
hidup dalam lingkungan masyarakat. Potensi-potensi tersebut antara lain:
a. kemampuan menggunakan
bahasa
b. adanya sikap etik
c. hidup dalam 3 dimensi
(dulu, sekarang, akan datang )
Ketiga pokok di atas biasa disebut sebagai syarat
human minimum. Dengan demikian yang tidak memenuhi human minimum dengan
sendirinya sukar digolongkan sebagai masyarakat. Obyek manusia mempelajari
psikologi sosial adalah kegiatan-kegiatan sosial / gejala-gejala sosial. Sedangkan
metode sosial antara lain:
a. Metode Eksperimen,
b. Metode survey,
c. Metode Observasi,
d. Metode diagnostik –
psychis,
e. Metode sosiometri.
Sebagai ilmu yang obyeknya manusia, maka
terdapat saling hubungan antara psikologi sosial dengan ilmu-ilmu lain yang
obyeknya juga manusia seperti misalnya : Ilmu hukum, Ekonomi, sejarah, dan yang
paling erat hubungannya adalah sosiologi. Letak psikologi sosial dalam
sistematik psikologi termasuk dalam psikologi yang bersifat empirik dan
tergolong psikologi khusus yaitu psikologi yang menyelidiki dan yang mempelajari
segi-segi kekhususan dari hal-hal yang bersifat umum dipelajari dalam lapangan
psikologi khusus. Sedangkan kedudukan psikologi sosial didalam lapangan
psikologi termasuk dalam psikologi teoritis, sedangkan psikologi sosial
tergolong dalam psikologi teoritis.
Mengenai psikologi sosial terdapat pertentangan
faham diantara beberapa tokoh ilmu jiwa social yang dalam garis besarnya dapat
dikelompokan menjadi dua aliran yakni, aliran subyektifisme yang menyatakan
bahwa individulah yang membentuk masyrakat dalam segala tingkah lakunya. Dan
aliran kedua adalah, obyektivisme yang merupkan kebalikan dari aliran
subyektivisme, bahwa masyarakatlah yang menentukan individu.
Selain dua aliran di atas, masih ada aliran yang
membicarakan masalah hubungan antara individu dengan masyarakat diantaranya
adalah aliran historis dan cultural personality.
Urutan Kronologi
Perkembangan Psikologi Sosial
1.
1898: Gabriel de Tarde mempublikasikan Etudes
de Psychologie Sociale (Studies ofSocial Psychology)
yang banyak membahas tentang imitasi, dasar teori belajar sosial dan
konformitas. Dan dalam American Journal of Psychology, Norman
Triplett menggambarkan eksperimen yang berkaitan dengan fasilitasi sosial.
2.
1908 : Edward Ross dan William McDougall mempublikasikan
buku teks Psikologi Sosial
3.
1918 – 1920 : para psikolog sosial (W. I. Thomas
dan F. Znaniecki’s) mulai mendefinisikan ranah mereka. Sikap menjadi konsep
utama.
4.
1921 : The Journal of Abnormal
Psychology menjadi The Journal of Abnormal andSocial
Psychology
5.
1924: Floyd Allport
mempublikasikan pengaruh social
6.
1934 : George Herbert Mead mempublikasikan
bukunya yang berjudul Mind, Self and Society yang menekankan pada interaksi
antara diri (self) dan orang lain
7.
1935 : Buku pegangan Psikologi Sosial untuk
pertama kalinya diterbitkan dengan Carl Murchinson sebagai
editornya.
8.
1936 : Muzafer Sherif menjelaskan
proses konformitas dalam The Psychology of Social Norms
9.
1939 : Kurt Lewin, bersama dengan muridnya
Ronald Lippit dan Ralph White, melaporkan studi eksperimental mengenai gaya-gaya
kepemimpinan. Pada tahun yang sama, Dollar-Miller mengenalkan teori
frustasi-agresi
10. 1941 : Dalam Social
Learning and Imitation, Neal Miller dan Jhon Dollarmengemukakan teori yang
perluasan dari prinsip-prinsip behavioristik dalam perilaku social.
11. 1945 : Kurt Lewin
mengemukakan penelitian tentang Dinamika Kelompok
12. 1954 : Buku
pegangan Psikologi Sosial edisi modern diterbitkan
dengan Gardner Linzey sebagai editornya.
13. 1957 : Leon
Festinger mempublikasikan A Theory of Cognitive Dissonance,
yang menampilkan suatu model yang menekankan pada konsistensi antara pemikiran
dan perilaku
14. 1958 : Fritz
Heider memberikan pondasi awal bagi teori atribusi melalui publikasi
padaThe Psychological of Interpersonal Behavior
15. 1959 : Jhon
Thibaut dan Harold Kelley mempublikasikan The Social
Psychology of Group yang merupakan pondasi bagi teori
pertukaran social
16. 1965 : The
Journal of Abnormal and Social Psychology terbagi dalam
dua publikasi yang terpisah, The Journal of Abnormal Psychology menjadi The
Journal of Personality and Social Psychology
17. 1985 : Edisi Ketiga buku
pegangan Psikologi Sosial dipublikasikan dengan Gardner
Linzey dan Elliot Aronson sebagai editornya.
C.
Hubungan Psikologi
Sosial dengan Ilmu Lainnya
1.
Hubungan psikologi dengan Fisiologi
Fisiologi (ilmu tentang tubuh manusia) dapat dihubungkan
dengan ilmu psikologi untuk memperoleh kejelasan tentang bagaimana sebenarnya
proses tingkah laku.
2. Hubungan Psikologi dengan ilmu
sosiologi
Untuk dapat mengetahui pola-pola reaksi manusia, sehingga
individu menjadi objek penyelidikan psikologi. Sosiologi adalah ilmu yang
berpengaruh pada psikologi Sosial. Sosiologi adalah suatu bidang ilmu yang
terkait dengan perilaku hubungan antar individu, atau antara individu dengan
kelompok, atau antar kelompok (interaksionisme) dalam perilaku sosialnya.
3. Hubungan Psikologi dengan IPA (Ilmu
Pengetahuan Alam)
Keduanya memiliki persamaan metode, yaitu metode induktif.
Penyelidikan psikologi sejalan dengan metodologi riset dalam periode hipotesis
dan eksperimen, dimana kebenaran diperoleh melalui proses pengajuan hipotesis
yang dilanjutkan dengan pengujian melalui eksperimen-eksperimen. Hubungan
Psikologi dan Ilmu Alam Pada permulaan abad ke-19 psikologi dalam penelitiannya
banyak terpengaruh oleh ilmu alam. Psikologi disusun berdasarkan hasil
eksperimen Objek penelitian psikologi: manusia dan tingkah lakunya yang selalu
hidup dan berkembang objek penelitian ilmu alam : benda mati.
Ilmu pegetahuan alam mempunyai pengaruh yang besar terhadap
perkembangan psikologi. Dengan memisahkan diri dari filsafat, ilmu pengetahuan
alam mengalami kemajuan yang cukup cepat, hingga ilmu pengetahuan alam menjadi
contoh bagi perkembangan ilmu-ilmu lain, termasuk psikologi, khususnya metode
ilmu pengetahuan mempengaruhi perkembangan metode dalam psikologi. Karenanya
sebagian ahli berpendapat, kalau psikologi ingin mendapatkan kemajuan haruslah
mengikuti cara kerja yang ditempuh oleh ilmu pengetahuan alam. Psikologi
merupakan ilmu yang berdiri sendiri terlepas dari filsafat, walaupun pada
akhirnya, metode ilmu pengetahuan alam tidak seluruhnya digunakan dalam
lapangan psikologi.
Oleh karena perbedaan dalam obyeknya. Sebab ilmu pengetahuan
alam berobyekkan pada benda-benda mati. Sedangkan psikologi berobyekan pada
manusia hidup, sebagai makhluk yang dinamik, berkebudayaan, tumbuh, berkembang
dan dapat berubah setiap saat. Sebagaimana diungkapkan diatas bahwa psikologi
menyelidiki dan mempelajari manusia sebagai makhluk dinamis yang bersifat
kompleks, maka psikologi harus bekerja sama dengan ilmu-ilmu lain. Tapi
sebaliknya, setiap cabang ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan manusia akan
kurang sempurna apabila tidak mengambil pelajaran dari psikologi. Dengan
demikian akan terjadi hubungan timbal balik.
4. Hubungan Psikologi dengan Ilmu-Ilmu
keguruan
Mendidik dan mengajar yang berhasil diantaranya harus
menyesuaikan diri dengan keadaan jiwa anak, dan itu semua memerlukan psikologi.
Hubungan Psikologi dengan Ilmu Pendidikan Ilmu Pendidikan: bertujuan memberikan
bimbingan hidup manusia sejak lahir sampai mati. Pendidikan tidak akan berhasil
dengan baik bilamana tidak didasarkan pada psikologi perkembangan. Hubungan
kedua disiplin ilmu ini melahirkan Psikologi Pendidikan Fireworks.
5. Hubungan Psikologi dengan ilmu
antropologi
Adapun antropologi adalah ilmu yang memfokuskan pada
perilaku sosial dalam suprastruktur budaya tertentu. Psikologi Sosial
mempelajari perilaku individu yang bermakna dalam hubungan dengan
lingkungan atau rangsang sosialnya. Perbedaan psikologi sosial dengan sosiologi
adalah fokus studinya. Fokus perhatian studi psikologi sosial
adalah perilaku Individu sedangkan sosiologi fokus pada sistem dan
struktur sosial yang dapat berubah atau konstan tanpa bergantung pada individu
atau lebih memfokuskan pada masyarakat dan budaya yang melingkupi individu.
Tiga
masalah yang menjadi fokus perhatian antropologi adalah kepribadian bangsa,
peranan individu dalam proses perubahan adat istiadat dan nilai universal.
Dalam persoalan ‘kepribadian bangsa’ sesudah perang Dunia ke-1
menunjukkan bahwa hubungan antar bangsa kian intensif, perhatian penjajah
terhadap kepribadian bangsa jajahan. Fokus studi antropologi awal tahun 1920-an
adalah antropologi tertarik pada lingkungan dan kebudayaan dari bayi dan
anak-anak, masa itu dianggap penting bagi pembentukan kepribadian dewasa yang
khas dalam suatu masyarakat. Hampir semua penelitian yang mendalami
“kepribadian bangsa” menyimpulkan bahwa ciri-ciri kepribadian yang tampak
berbeda pada bangsa-bangsa di dunia ini bersumber pada cara pengasuhan pada
masa kanak-kanak. Misalnya orang jepang yang dewasa menjadi bersifat memaksakan
kehendaknya, karena ketatnya latihan mengenai cara membuang air pada masa
kanak-kanak perkembangannya. Saat ini kesimpulan di atas tidak bisa diandalkan
lagi.
Dalam
perkembangannya, fokus pendekatan psikologis pada keanekaragaman kebudayaan,
berubah. Minat terhadap hubungan pengasuhan semasa anak-anak dan kepribadian
setelah dewasa, tetap dipertahankan, namun beberapa ahli antropologi mulai
meneliti faktor-faktor determinan yang mungkin jadi penyebab dari kebiasaan
pengasuhan anak yang beragam. Kebudayaan tertentu menghasilkan
karakteristik psikologi tertentu dan menimbulkan ciri budaya lainnya.
Kesimpulan mengenai pendekatan psikologis dalam antropologi budaya adalah bahwa
dengan menghubungkan variasi dalam pola budaya dengan masa pengasuhan anak,
kepribadian, kebiasaan, dan kepercayaan yang mungkin menjadi konsekuensi dari
faktor psikologis dan prosesnya. Anthropology in mental health,
memfokuskan diri pada aspek sosial budaya yang mempengaruhi kondisi/ gangguan
mental pada diri individu.
6. Hubungan Psikologi dengan llmu
Politik
Psikologi merupakan ilmu yang
mempunyai peranan penting dalam bidang polotik, “massa psikologi penting bagi
politisi untuk menyelami gerakan jiwa dari rakyat pada umumnya, golongan
tertentu pada khususnya. Psikologi sosial dapat menjelaskan bagaimana sikap dan
harapan masyarakat dapat melahirkan tindakan serta tingkah laku yang berpegang
teguh pada tuntutan masyarakat.
7. Hubungan Psikologi dengan Ilmu
Komunikasi
Banyak disiplin ilmu yang terlibat
dalam studi komunikas Dalam perkembangannya ilmu komunikasi melakukan
“perkawinan’ dengan berbagai ilmu lain Subdisiplin : komunikasi politik,
sosiologi komunikasi masa, psikologi komunikas Psikologi komunikasi : ilmu yang
berusaha menguraikan, meramalkan dan mengendalikan peristiwa mental dan
behavioral dalam komunikasi.
8. Hubungan Psikologi dengan Biologi
Mempelajari benda-benda hidup,
sedangkan psikologi mempelajari dan meneliti tingkah laku manusia (benda hidup)
dalam hubunganya dengan lingkungan Objek Formal Psikologi : tingkah laku
manusia Biologi : fisik Psikologi ilmu subjektif. Mempelajari penginderaan dan
persepsi manusia,menganggap manusia sebagai subjek (pelaku) Psikologi
mempelajari nilai yang berkembang dari persepsi subjek. Psikologi mempelajari
perilaku secara ‘molar’ (perilaku penyesuaian diri secara menyeluruh Biologi
ilmu Objektif Mempelajari manusia sebagai jasad/objek Mempelajari fakta yang
diperoleh dari penelitian terhadap jasad manusia Mempelajari perilaku manusia
secara molekular. Mempelajari molekul-molekul dari perilaku berupa
gerakan,refleks, proses ketubuhan.
Biologi sebagai ilmu yang
mempelajari tentang kehidupan, semua benda yang hidup menjadi obyek biologi,
dan cukup banyak ilmu-ilmu yang tergabung didalamnya. Baik psikologi dan
biologi sama-sama membicarakan manusia. Sekalipun masing-masing ilmu tersebut
meninjau dari sudut yang berlainan, namun dati segi-segi tertentu kedua ilmu
itu ada titik-titik pertemuan. Biologi maupun psikologi mempelajari perihal proses-proses
kejiwaan. Seperti telah dikemukakan diatas, bahwa disamping adanya hal yang
sama-sama dipelajari oleh kedua ilmu tersebut, misalnya soal keturunan.
Ditinjau dari segi biologi adalah hal yang berhubungan dengan aspek-aspek
kehidupan yang turun temurun dari suatu generasi ke generasi lain. Soal
keturunan juga dibahas oleh psikologi, misalnya tentang sifat, intelegensi, dan
bakat. Karena itu kurang sempurna kalau kita mempelajari psikologi tanpa
mempelajari biologi.
9. Hubungan Psikologi dengan Filsafat
Filsafat adalah ilmu yang
mempelajari tentang hakikat segala sesuatu. Karena itu, filsafat juga
mempelajari masalah-masalah hakikat jiwa, hakikat hidup, hubungan antara jiwa
dan Tuhan sebagai penciptanya dan lain sebagainya. Filsafat adalah hasil akal
manusia yang mencari dan memikirkan suatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya dalam
penyelidikannya filsafat berangkat dari apa yang dialami manusia Ilmu psikologi
menolong filsafat dalam penelitiannya. Kesimpulan filasafat tentang kemanusiaan
akan ‘pincang’ dan jauh dari kebenaran jika tidak mempertimbangkan hasil
psikolog.
Pada awalnya ilmu psikologi adalah
bagian dari ilmu filsafat , tetapi kemudian memisahkan diri dan berdiri sendiri
sebagai ilmu yg mandiri . Meskipun psikologi memisahkan diri dari filsafat ,
namau psikologi masih tetap mempunyai hubungan dengan filsafat , karena kedua
ilmu ini memiliki ilmu obyek yang sama yaitu manusia sebagai makhluk hidup .
Namun berbeda dalam pengkajiannya . Dalam ilmu psikologi , yang dipelajari dari
manusia adalah mengenai jiwa / mental , tetapi tidak dipelajari scr langsung
karena bersifat abstrak dan membatasi pd manifestasi dan ekspresi dari jiwa /
mental tsb , yakni berupa tingkah laku dan proses kegiatannya . Sedangkan dalam
ilmu filsafat yang dibicarakan adl mengenai hakikat dan kodrat manusia serta
tujuan hidup manusia . Sehingga ilmu psikologi dan filsafat terdapat suatu
hubungan yang timbal balik dan saling melengkapi antara keduanya.
10. Hubungan
Psikologi dengan Agama
Psikologi
dengan agama merupakan dua hal yang berhubungan erat. Mengingat agama sendiri
diturunkan kepada umat manusia dengan dasar-dasar yang disesuaikan oleh kondisi
psikologi dan situasi psikologi. Tanpa dasar, agama akan sulit diterima oleh
manusia. Karena didalam agama mengajarkan tentang bagaimana agar manusia tanpa
paksaan bersedia menjadi seorang hamba yang patuh dan taat pada ajaran agama.
Dalam agama, penuh dengan unsur-unsur paedagogis yang merupakan essensi pokok
dari tujuan agama yang diturunkan oleh tuhan kepada manusia. Unsur paedagogis
dalam agama tidak mempengaruhi manusia kecuali bila disampaikan sesuai petunjuk
psikologis.
Setiap
orang dapat menghayati perasaan keagamaan dirinya dan dapat meneliti
keberagaman orang lain. Makna agama dalam psikologis pasti berbeda-beda pada
tiap orang. Bagi sebagian orang, agama adalah ritual ibadah, seperti sholat dan
puasa. Bagi agama lain adalah pengabdian kepada sesama makhluk atau pengorbanan
untuk suatu keyakinan.
Hubungan
psikologi dengan agama mempelajari psikis manusia dalam hubungannya dengan
manifestasi keagamaan, yaitu kesadaran agama dan pengalaman agama. Kesadaran
agama hadir dalam pikiran dan dapat dikaji dengan intropeksi. Pengalaman agama
sendiri merupakan perasaan yang hadir dalam keyakinan sebagai buah dari amal
keagamaan semisal melazimkan dzikir. Jadi obyek studinya dapat berupa
gejala-gejala psikis manusia yang berkaitan dengan tingkah laku keagamaan dan
proses hubungan antara psikis manusia dengan tingkah laku keagamaan.
Antara
psikologi dengan agama tidak bermaksud untuk melakukan penelitian/kritik
terhadap ajaran agama tertentu, tapi semata untuk memahami dan melukiskan
tingkah laku keagamaan sebagai ekspresi dalam alam pikiran, perasaan, dan
sebagainya akibat adanya keyakinan agama tertentu. Contoh bahwa psikologi
dengan agama mempunyai hubungan erat dalam memberikan bimbingan manusia adalah
jika manusia melanggar norma-norma agama dipandang dosa.
Perasaan
berdosa inilah yang mengakibatkan perasaan nestapa dalam dirinya meskipun tidak
diberikan hukuman lahiriyah. Psikologi memandang bahwa orang yang berdosa telah
menghukum dirinya sendiri karena berbuat pelanggaran. Jiwa mereka tertekan dan
dihantui perasaan bersalah. Dan bila yang bersangkutan tidak dapat
mensublimasikan perasaannya, akan mengakibatkan semacam penyakit jiwa yang
merugikan dirinya sendiri. Dalam hal demikian itulah penuduk agama sangat
diperlukan untuk memberikan jalan sublimatif serta katharisasi mengingat
hubungan antara keduanya.
11. Hubungan Psikologi dengan
Paedagodiek
Kedua ilmu ini hampir tidak dapat
dipisahkan satu sama lain, oleh karena mempunyai hubungan timbal balik .
Paedogiek sebagai ilmu yang bertujuan untuk memberikan bimbingan hidup manusia
sejak dari lahir sampai mati tidak akan sukses, bilamana tidak dapat mendasarkan
diri kepada psikologi, yang tugasnya memang menunjukkan perkembangan hidup
manusia sepanjang masa, bahkan ciri dan wataknya serta kepribadiannya pun
ditunjukkan oleh psikologi.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
psikologi sosial adalah suatu studi ilmiah tentang
pengalaman dan tingkah laku individu-individu dalam hubungannya dengan situasi
sosial, seperti situasi kelompok, situasi massa, termasuk didalamnya interaksi
antar orang dan hasil kebudayaannya. Interaksi akan berjalan lancer bila masing-masing
pihak memiliki penafsiran yang sama atas pola tingkah lakunya, dalam suatu
struktur kelompok sosial. Masing-masing pihak telah mempelajari perangsang
serta respon mana yang harus dipilih dan dihindarkan.
Setiap tahunnya psikologi sosial
mengalami perkembangan yang pesat dan juga memiliki hubungan yang erat dengan
ilmu-ilmu sosial lainnya seperti: Hubungan psikologi dengan Fisiologi, Hubungan Psikologi
dengan ilmu sosiologi, Hubungan Psikologi dengan IPA (Ilmu Pengetahuan Alam),
dll. Sehingga dapat disimpulkan bahwa psikologi sosial tidak dapat berdiri
sendiri.
B.
SARAN
Bagi siapa saja yang membaca makala
ini, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
kesempurnaan makala ini. Muda-mudahan makala ini bisa bermanfaat untuk kita semua
dalam menjalankan perkuliahan sebagai seorang mahasiswa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar